OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 08 November 2023

Kecurangan, Bahkan Sebelum Pilpres 2024 Dilaksanakan

Kecurangan, Bahkan Sebelum Pilpres 2024 Dilaksanakan





10Berita, Oleh: Yusuf Blegur*

KECURANGAN demi kecurangan Pilpres 2024 bahkan sebelum dilaksanakan, begitu percaya diri dan melenggang mulus, menginjak-injak harga diri dan martabat bangsa. Tak adakah secuil keberanian rakyat Indonesia untuk menghentikannya?

Skandal KKN yang melibatkan Mahkamah Konstitusi sesungguhnya bukan yang pertama dan satu-satunya terjadi jelang Pilpres 2024. Selama terkait Jokowi sebagai capres ataupun ikut cawe-cawe, maka sesungguhnya Pilpres telah dipenuhi kecurangan bahkan sebelum dilaksanakan.

Mulai dari Pilpres 2014, 2019, terlebih 2024 yang sebentar lagi dilaksanakan, aroma rekayasa untuk memenangkan calon presiden tertentu kental terasa.

Kemunculan Jokowi dari Solo yang mengandalkan jabatan walikota begitu terkesan mendadak tanpa pengenalan publik yang luas, tanpa guratan prestasi yang membanggakan. Jokowi tiba-tiba menjadi media darling (semua media menjadi paduan suara yang membagus-baguskan Jokowi), sokongan ekonomi dan politik mengalir deras baik dari oligarki dunia usaha maupun partai politik.

Tak cukup sekadar itu, keluguan, kesan merakyat dan kejujuran dipoles sedemikian hebatnya, hingga rakyat terhipnotis meski hanya dari keluar masuk gorong-gorong dan kawasan kumuh serta makan di warteg.

Paling prinsipil juga tatkala kontroversi ijazah palsu menerpanya. Sungguh memalukan dan menjadi kejahatan yang tak bisa dimaafkan jika itu benar terbukti.

Kemunculannya memang seperti sihir, kepalsuan dan tidak nyata, melenyapkan logika dan akal sehat, yang kemudian melekat kuat pada eksistensinya hingga menjadi presiden. Tanpa bekal pengetahuan dan kapasitas yang memadai, Jokowi percaya diri meski memerankan jabatan presiden sebagai sekadar boneka.

Dalam pengendalian korporasi dan partai politik, Jokowi juga terkenal manut pada perorangan semacam Luhut Binsar Pandjaitan. Dengan jabatan presiden yang terhormat dan mulia yang digenggamnya, Jokowi justru nyaman sebagai petugas partai dan jongos pengusaha.

Begitu banyak dan kentara upaya-upaya kecurangan dan main kayu dipertontonkan Jokowi dan yang mendukungnya semenjak terlibat dalam bursa capres.

Publik belum amnesia saat kematian 894 orang petugas KPPS yang mendadak dan terjadi serentak di Pilpres 2019. Jumlah kematian yang tidak sedikit dan tidak biasa tanpa diketahui jelas penyebabnya saat melaksanakan kegiatan Pilpres.

Belum lagi pada saat menjelang Pilpres mulai dari menghambat kinerja saksi, sabotase logistik hingga kecurangan perhitungan suara yang merugikan pasangan Capres lainnya. Kecurangan yang menegasikan aspek-aspek terbuka, jujur dan adil begitu terasa dan rakyat tak bisa berbuat apa-apa.

Seperti sedang merencanakan kecurangan Pilpres seperti sebelumnya pada tahun 2014 dan 2019. Jokowi dan kroni mulai merancang skenario busuk mereduksi konstitusi dan demokrasi guna memenangkan Pilpres 2024.

Kegagalan perpanjangan jabatan presiden 3 periode dan manuver menunda pemilu, membuat Jokowi harus pasrah melaksanakan Pilpres 2024, tentunya pasti dengan strategi culas dan konspirasi jahat.

Berhasil memanfaatkan KPK untuk menjegal capres lain yang potensial, menaklukan para ketua umum partai politik menjadi budak belia, Jokowi juga memasang lembaga-lembaga survei menuruti pesanan hingga terlibat politik uang dan kejahatan informasi.

Contohnya ada capres yang didukung rakyat dengan antusias dan euforia atas kehadirannya namun surveinya rendah, sebaliknya Capres bermasalah KKN dan tidak populis justru angka surveinya tinggi. Kebohongan mana lagi yang Jokowi perbuat?

Tak cukup dari pelbagai kebobrokan yang telanjang dan hina itu, kini Jokowi memainkan Mahkamah Konstitusi (MK). Tanpa rasa malu, tanpa kehormatan dan tanpa ada beban, Jokowi begitu percaya diri memaksakan keluarganya tampil dalam panggung politik dan institusi negara.

Ketua MK yang notabene adik iparnya, sukses memainkan peran memuluskan pencalonan anaknya menjadi cawapres dengan mengubah persyaratan usia Cawapres meski cacat hukum. Tak ada urusan dengan "Vested of interest" atau "conflict of interest", bagi Jokowi yang penting bisa mencapai tujuan walau menghalalkan segala cara.

Plintat-plintut Jokowi termasuk berulang-ulang tidak konsisten menegaskan ikut cawe-cawe atau netral, sejatinya menjadi bentuk kebingungan dan rasa frustrasi Jokowi hingga menjadikan MK sebagai senjata pamungkas dan andalannya ikut memengaruhi Pilpres 2024.

Mari kita lihat apakah Jokowi mulus menjalankan ambisi dan syahwat kekuasaannya dalam pilpres 2024? Apakah fenomena MK menjadi antiklimaks dari rangkaian kejahatan konstitusi dan demokrasi, yang dilakukan Jokowi dan kroninya untuk Pilpres kali ketiga yang melibatkannya?

Atau ini menjadi babak baru pergumulan konflik moral dan etika yang berhadapan dengan pseudo demokrasi. Jawabannya sederhana, rakyat diam maka ketertindasan akan melekat selamanya, begitupun sebaliknya rakyat melawan maka kejahatan konstitusi dan demokrasi akan berpikir ulang untuk memaksakannya.

Tinggal rakyat yang bersikap akankah membiarkan kecurangan bahkan sebelum Pilpres 2024 dilaksanakan. Atau Pilpres akan berlumuran darah dan nyawa hanya untuk memilih presiden yang jauh dari kepantasan dan kelayakan.

Rasa malu dan sungkan menegakan kebenaran, lambat laun menjadi bibit subur kejahatan dan kemunafikan.


*) Penulis adalah Ketua Umum Relawan Bro Anies (Bronies)

Sumber: 

Related Posts:

  • Kenapa Status Yerusalem Begitu Peka?Kenapa Status Yerusalem Begitu Peka? 10Berita - YERUSALEM, sebuah kota di wilayah konflik Israel-Palestina. Kota yang namanya kini sedang hangat diperbincangkan di media terkait keputusan sepihak pemerintah Amerika yang meng… Read More
  • Gaji Istri Untuk Apa Dan Untuk Siapa?Gaji Istri Untuk Apa Dan Untuk Siapa? 10Berita - Salah satu ciri emansipasi wanita masa kini ialah keterlibatan mereka dalam dunia kerja dan mencari nafkah. Baik ketika masih hidup membujang maupun sudah berstatus istri. Wan… Read More
  • Apa Itu Perang Hijaratus Sijjil? Apa Itu Perang Hijaratus Sijjil? 10Berita - TANGGAL 14-21 November 2012, perang  itu diberi nama pertempuran Hijaratus Sijjil, yang berarti batu-batu penghancur. Istilah yang digunakan oleh para pejuang P… Read More
  • Bersatulah Umat Islam, Pedulilah Kepada Al-Aqsha’ ‘Bersatulah Umat Islam, Pedulilah Kepada Al-Aqsha’ 10Berita - PALESTINA—Ikatan Ulama Palestina dilaporkan telah menegaskan sikap penolakan mereka atas keputusan Presiden AS Donald Trump yang mengklaim Yerus… Read More
  • Ketika Peradaban Islam Mengobservasi LangitKetika Peradaban Islam Mengobservasi Langit 10Berita , JAKARTA -- Setelah ekspansi Islam tahap awal berhasil dilakukan, kaum Muslim mulai tertarik untuk mengobservasi langit. Pengamatan terhadap berbagai fenomena yang terjad… Read More