OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 17 Desember 2017

Rindu Masjid Al-Aqsha, Rindu Tiga Masjid

Rindu Masjid Al-Aqsha, Rindu Tiga Masjid

Rakyat Palestina merayakan Idul Adha di pelataran Al-Aqsha. (maanews.net)

10Berita – Dalam salah satu haditsnya, Rasulallah SAW bersabda, “Janganlah (kalian) mengkhususkan melakukan perjalanan (jauh) kecuali menuju tiga masjid, (yaitu) Masjidil Haram (Mekkah), Masjidku (masjid Nabawi Madinah), dan masjid al-Aqsha (Palestina)”. (H.R. Bukhari-Muslim).

Ketiga masjid tersebut memiliki keutamaan masing-masing. Mari kita bahas sekilas.

Masjid Pertama: Masjidil Haram yang berada di kota Mekah. Itulah rumah ibadah yang pertama kali dibangun untuk umat manusia. Allah SWT berfirman,

“Sesunggunya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk (umat) manusia adalah (baitullah) yang ada di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam semesta.” (Ali Imran: 97)

Nabi Adam adalah orang yang pertama membangun kehidupan di kota Mekkah. Dia memulai pembangunan kakbah. Tentu saja, kakbah yang dibangunnya sangat sederhana. Dia hanya meletakan batu-batu untuk menunjukan sebuah tempat sebagai rumah ibadah. Maka, bentuk bangunan pun sangat sederhana. Hanya sebuah kotak berbentuk kubus (kakbah).

Ketika Nabi Ibrahim membawa risalah kenabian, dia bersama puteranya, Nabi Ismail meninggikan kakbah. Allah SWT berfirman

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikandasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.(Al-Baqarah: 127)

Dalam proses pengerjaan meninggikan Kakbah itu, Nabi Ibrahim berdiri di atas sebuah batu. Sedemikian lamanya dia berdiri hingga telapak kakinya membekas di atas batu itu. Bekas telapak kaki itu kemudian kita kenal sebagai “Maqam Ibrahim”.

Pada masa jahiliyah, batu itu diletakkan bersisian dengan Kakbah. Setelah cahaya Islam menyingsing dan kewajiban shalat diturunkan, para sahabat Nabi enggan menunaikan shalat di belakang maqam Ibrahim itu karena mereka tidak ingin ada sesuatu yang menghalangi Kakbah.

Suatu hari, ketika Rasulallah SAW sedang tawwaf, Umar bin Khatab menyampaikan kepada Rasulallah SAW agar arah di mana maqam Ibrahim itu berada dibenarkan pula untuk mejadi tempat shalat. Usulan Umar bin Khattab itu diperkenankan Allah SWT dalam firman-Nya:

“Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud”. (Al Baqarah:125)

Sejak itu, kemudian Rasulallah SAW menganjurkan, apabila selesai tawwaf, hendaklah kita shalat sunnah di belakang maqam Ibrahim dan mengarah ke ka’bah. Shalat di Masjidil Haram bernilai seratus ribu kali dibandingkan shalat di masjid lainnya.

Masjid kedua: Masjid Nabawi di kota Madinah. Ketika Rasulallah SAW hijrah dari Mekkah ke Madinah, beliau SAW menaiki unta. Para sahabat yang berada di Madinah menyambut beliau dan menawarkan untuk menempati tanah mereka. Namun Rasulallah SAW mengatakan biarkan saja unta itu berjalan, sampai dimana unta berhenti, di tempat itulah kelak dibangun masjid Nabi.

Unta tersebut ternyata berhenti di atas sebidang tanah milik dua anak yatim yang berada di bawah perwalian As’ad bin Zurarah. Ketika itu, tanah tersebut telah dijadikan tempat ibadah oleh As’ad bin Zurarah. Oleh karenanya, Rasulullah kemudian memanggil kedua anak yatim tersebut untuk menanyakan berapa harga tanah mereka. Namun keduanya menjawab, “Tanah ini kami hibahkan saja, wahai Rasulullah”. Rasulullah SAW menolak tawaran tersebut dan membelinya dengan harga yang pantas.

Dalam riwayat lain disebutkan, unta itu berhenti di tanah lapang yang berada di depan rumah Abu Ayyub al-Anshari. Sebagian tanahnya adalah milik As’ad bin Zararah yang dkemudian ia serahkan sebagai wakaf. Sebagian lagi milik dua anak yatim bersaudara, Sahl bin ‘Amr dan Suhail bin ‘Amr yang lalu dibayarkan harganya oleh Abu Bakar As-Shiddiq. Di atas tanah tersebut kemudian didirikan masjid Nabawi.

Allah SWT berfirman,“Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalam masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (At-Taubah: 108).

Diriwayatkan dari Abi Sa’id al-Khudri, ketika dia bertanya, apa maksud ayat “masjid yang didirikan atas dasar takwa”, Rasulallah SAW menjawab, “masjid kalian ini” (Masjid Nabawi). Walaupun sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “masjid yang didirikan atas dasar takwa” adalah Masjid Quba, namun hal tersebut tidak menggugurkan riwayat Abi Said al-Khudri di atas.

Karena itulah, sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulallah SAW berkata, “shalat di masjidku ini lebih baik dari seribu kali dari (shalat) di masjid lainnya, kecuali masjidil haram”.

Masjid ketiga: Masjid al-Aqsa. Secara ekspisit, masjid al-Aqsa disebut di dalam Alquran.

Allah SWT berfirman,

“Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada waktu malam dari Masjid Al-Haram ke Masjid Al-Aqsha yang diberkahi sekelilingnya untuk Kami perlihatkan ayat-ayat Kami, bahwasanya Dia itu Maha Mendengar dan Maha Melihat”. (Al-Isra: 1)

Ayat tersebut berkenaan dengan peristiwa Isra dan Mi’raj. Ayat tersebut sekaligus menunjukkan ketinggian, keutamaan, dan kemuliaan Masjid al-Aqsha. Dalam sejarah disebutkan, di sekitar kawasan Masjid al-Aqsha inilah para nabi dimakamkan. Antara lain, Nabi Ibrahim, Syu’aib, Musa, Dawud, Yunus, Sulaiman, dan beberapa sahabat Nabi seperti Salman Al-Farisi, Ubadah bin Shamit, dll.

Generasi pertama yang membebaskan Masjid al-Aqsa adalah Umar bin Khattab. Dia menerima kunci Masjid al-Aqsa langsung dari seorang pendeta yang sebelumnya menguasai kawasan tersebut. Memang, orang-orang Kristen Palestina memberikan mandat kepada Khalifah Umar bin Khattab agar diri, harta, dan kemuliaan mereka diberikan kepastian hukum dan jaminan keamanan. Umar bin Khattab pun memenuhi janjinya.

Generasi kedua yang memenangi perang merebut Masjid al-Aqsa adalah Shalahuddin al-Ayyubi. Konon, dia pernah berikrar untuk tidak akan tersenyum selama hidupnya sebelum membebaskan Masjid Al-Aqsha. Akhirnya pada tanggal 27 Rajab 573H bertepatan dengan 2 Oktober 1187 M, Masjid Al-Aqsha dan kawasan sekitarnya dapat dibebaskan kembali oleh Shalahuddin Al-Ayyubi dari penjajahan pasukan Salibis.

Generasi terakhir adalah Sultan Abdul Hamid II tahun 1876-1911 M, ketika memimpin Khilafah Turki Utsmani. Dia mempertahankan hak muslimin dengan tidak memberikan sejengkalpun tanah Masjid Al-Aqsha dan kawasan Palestina kepada orang-orang Yahudi.

Mereka begitu kuat memegang prinsip tentang kemuliaan Masjid al-Aqsa sebab dilandasi keimanan yang kokoh. Telah diriwayatkan dari Maimunah, wanita budak yang dimerdekakan oleh Nabi SAW, sesungguhnya dia berkata, “Wahai Rasulullah, berilah fatwa kami tentang Baitul Maqdis”. Nabi bersabda, “Datangilah dan shalatlah di sana. Bila engkau tidak bisa datang ke sana untuk menjalankan shalat di dalamnya, maka kirimkan minyak untuk menerangi lampu-lampunya”. (HR Abu Daud)

Ketika Rasulallah SAW menjelaskan keutamaan Masjid al-Aqsa, beliau membandingkannya dengan Masjid Nabawi. Rasulallah SAW berkata, “Shalat di masjidku ini lebih utama dibandingan empat kali shalat di dalamnya (Masjid al-Aqsha)….” Artinya, shalat di Masjid al-Aqsa bernilai dua ratus lima puluh kali lebih baik dari masjid manapun, selain Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

Sebagai muslim, patutlah kita merindukan ketiga masjid tersebut dan berniat secara sungguh-sungguh untuk bisa menunaikan shalat di dalamnya. Wallahu a’lam bis shawab.(inayatullah/)

Sumber :dakwatuna.com

Laskar-laskar Bersatu Kawal Aksi Bela Palestina

Laskar-laskar Bersatu Kawal Aksi Bela Palestina

ali muhtadin/hidayatullah.com

Puluhan anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) turut mengawal Aksi Bela Palestina di Lapangan Medan Merdeka Monas, Jakarta, Ahad (17/12/2017).

10Berita – Aksi Bela Palestina yang digelar Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Lapangan Medan Merdeka Monas, Jakarta, turut diamankan oleh puluhan ribu personel dari beberapa kesatuan laskar, Barisan Ansor Serbaguna (Banser) salah satunya.

Ketua Banser Jakarta Barat, Agung Gumanti, menyatakan sebanyak puluhan personel dikerahkan dari Banser.

“Ini perintah langsung dari Kiai Ma’ruf (Rais ‘Aam PBNU, Red),” katanya kepada hidayatullah.com di samping panggung utama aksi, Ahad (17/12/2017) pagi ini.

Baca: Qunut Nazilah di Monas, Jamaah Aksi Bela Palestina Menangis


Agung berharap agar berkumpulnya laskar dari berbagai ormas membuat acara berlangsung aman dan tertib.

“Ya kita harap kita bersatu seperti ini untuk menjaga NKRI,” tuturnya.

Sementara itu, Ketua Staf Operasional Laskar Pembela Islam (LPI) Pusat, Zainal Arifin, mengaku bersyukur adanya persatuan itu, dimana masalah penjajahan Zionis-Israel atas Palestina dapat menyatukan semua pihak.

“Alhamdulillah dengan persoalan Palestina ini semua bersatu, termasuk para laskar dari ormas-ormas,” ungkapnya di tempat yang sama.

Baca: Ribuan Massa Shalat Subuh Berjamaah di Lapangan Monas


Zainal berharap agar persatuan yang solid tersebut dapat tercipta seterusnya.

“Kan, ayatnya jelas, jangan bercerai-berai dan tetap berpegang teguh pada tali agama Allah,” pungkasnya.

Sementara itu secara terpisah, satuan pengamanan juga dikerahkan oleh ormas Hidayatullah.

“Kita turunkan khusus untuk 30 personel pengamanan di ring satu di depan panggung pertama,” ujar Sekretaris DPW Hidayatullah Jabodebek, Muhammad Isnaini, secara terpisah sebelumnya.

Pantauan hidayatullah.com, laksar dari ormas-ormas lain turut andil dalam mengamankan Aksi Bela Palestina, di antaranya HASMI, Jawara Betawi, Laskar Pemburu Aliran Sesat, dan yang lainnya.* Ali Muhtadin

Baca: Pagi-pagi Buta Monas Memutih


Rep: Admin Hidcom

Editor: Muhammad Abdus Syakur

Sumber: Hidayatullah.com

Sejumlah Selebriti Hadiri Aksi Bela Palestina

Sejumlah Selebriti Hadiri Aksi Bela Palestina

bilal tadzkir/hidayatullah.com

Massa mengibarkan bendera-bendera Palestina dalam Aksi Bela Palestina di Lapangan Medan Merdeka Monas, Jakarta, Ahad (17/12/2017).

10Berita – Aksi Bela Palestina yang digelar di Lapangan Medan Merdeka Monas, Jakarta, Ahad (17/12/2017) juga dihadiri oleh beberapa selebriti Tanah Air.

Salah satunya host kondang, Irfan Hakim, turut hadir meramaikan aksi tersebut.

Irfan menyatakan, kehadirannya sebagai bukti bahwa ia ikut merasakan apa yang dirasakan Palestina.

Baca: Laskar-laskar Bersatu Kawal Aksi Bela Palestina


“Gue hadir di sini ikut supaya merasakan apa yang saudara kami rasakan yang sepertinya dunia menutup mata apa yang terjadi di palestina,” ungkapnya kepada hidayatullah.com di sekitar panggung utama aksi.

Baginya, Palestina merupakan ruh dan jati diri umat Islam saat ini.

“Di sana juga ada Masjid Aqsha sempat menjadi kiblat umat Islam,” imbuhnya.

Irfan menyatakan akan terus menyuarakan dan menggaungkan untuk kemerdekaan Palestina.

“Palestina tidak sendiri, Palestina banyak peduli, salah satunya Indonesia,” tuturnya.

Baca: Qunut Nazilah di Monas, Jamaah Aksi Bela Palestina Menangis


Selain Irfan, sejumlah selebriti juga turut mewarnai jalannya Aksi Bela Palestina di antaranya, rekan Irfan yaitu Ramzi, serta Fadly vokalis band Padi, Opick Tombo Ati, dan lain sebagainya.* Ali Muhtadin

Rep: Admin Hidcom

Editor: Muhammad Abdus Syakur

Sumber : Hidayatullah.com

Menteri Lukman Hakim Diminta Turun dari Panggung, Kenapa?

Menteri Lukman Hakim Diminta Turun dari Panggung, Kenapa?

10Berita , Jakarta – Sudah puluhan ribuan massa berkumpul di lapangan Monumen Nasional Jakarta dalam rangka mengikuti Aksi Indonesia Bersatu Bela Palestina. Salah satu tamu yang hadir adalah Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.

Namun, ketika para peserta melihat Lukman menaiki panggung dan menyalami para tamu lainnya yang ada diatas panggung, terdengar beberapa teriakan tidak mengenakkan.

“Pro LGBT turun,” ucap salah satu peserta.

Teriakan salah satu peserta itu disambut dengan teriakan beberapa peserta lainnya yang menyuruh pendukung LGBT turun.

Diketahui, beberapa waktu lalu, viral di sosial media perihal wawancara Menteri Agama Lukman Hakim yang mendukung para pengidap LGBT.

Reporter: Muhammad Jundii
Editor: Jon Muhammad

Sumber :Kiblat.

Terjun Aksi Bela Palestina, Aa Gym Pimpin Pasukan RBTT ‘Bersenjata Lengkap’

Terjun Aksi Bela Palestina, Aa Gym Pimpin Pasukan RBTT ‘Bersenjata Lengkap’

10Berita , Bandung- KH Abdullah Gymnastiar atau yang kerap disapa denga Aa Gym memimpin langsung keberangkatan para jemaah untuk mengikuti Aksi Bela Palestina di Monumen Nasional Jakarta. 120 bus mengangkut para beserta aksi bertolak dari Bandung menuju Jakarta sekitar pukul 21.00 WIB, Sabtu (16/12/2017).

“Pemberangkatan 120 bus insyaalloh malam ini. Mohon doa para sahabat yaa,” ungkap Aa Gym di Masjid Darut Tauhid.

Dalam video siaran langsung yang diunggah Aa Gym di Facebooknya, tampak para peserta aksi tengah bersiap-siap untuk keberangkatan. Syal dan bendera Palestina tampak membalut leher para rombongan sebagai simbol dukungan dan protes terhadap pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Tak hanya yang muda saja, orang-orang tua pun tak kalah semangat. Mereka ikut berangkat dan membawa simbol dukungan untuk Palestina. “Bapak juga siap berangkat? tanya Aa. “Iya siap,” balas seorang pria tua yang ikut rombongan tersebut. “Alhamdullillah,” Aa Gym tersanjung.

Menarikanya, selain membawa poster dan simbol dukungan untuk Palestina, rombongan Aa gym juga dibekali ‘persenjataan’ berupa sapu lidi dan pengki sampah. Aa juga memperlihat persiapan persenjataan yang akan diangkut ke Monumen Nasional tersebut.

“Ini persiapan keberangkatan logistiknya. Assalamualaikum adik-adik. Ini logistik yang akan dibagikan setiap bis. Alhamdulillah persenjataanya, sapu lidi, pengki dan ini semua peralatan standar. Karena 120 bus rombongan di sini akan RBTT “Rapi Bersih Tertip Teratur,” tutur Aa gym.

Aa gym melanjutkan, “Ini pasukan yang mempersiapkan. Semoga berkah. Semoga berkah.” “Amiiin,” teriak pasukan yang mempersiapkan seluruh persenjataan tersebut.

Reporter: Syafi’i Iskandar
Editor: Jon Muhammad

Sumber : Kiblat.

Banyak Alasan untuk Membela Palestina, seperti ini…

Banyak Alasan untuk Membela Palestina, seperti ini…


bilal tadzkir/hidayatullah.com

Massa membentangkan bendera Palestina pada Aksi Bela Palestina di Lapangan Medan Merdeka Monas, Jakarta, Ahad (17/12/2017).

10Berita – Banyak alasan untuk ikut Aksi Bela Palestina. Termasuk warga-warga ini.

Abizar dari Pesantren Nurul Ilmi, Bogor, Jawa Barat, misalnya, ikut aksi itu sebagai bentuk solidaritas kepada saudara-saudaranya di Palestina.

Sedangkan Mawardi dari Cilebut, Bogor, mengaku, ikut aksi karena bela palestina.

Bahwasanya, kata dia, Baitul Maqdis itu kiblat pertama umat Islam yang harus dibela.

Ia pun mendesak Presiden Amerika Serikat Donald Trump agar mencabut keputusannya terkait Baitul Maqdis.


“Presiden Trump harus mencabut ucapannya yang mengakui Yerusalem (Baitul Maqdis, Red) sebagai ibu kota Israel dan minta maaf kepada umat Islam,” pesannya ditemui hidayatullah.com di Stasiun Juanda, Jakarta, Ahad (17/12/2017) pagi dalam perjalanan menuju Lapangan Monas sebagai lokasi aksi.

Sementara itu, Ibu Epi dari Bogor berangkat ke Jakarta untuk ikut aksi sejak sebelum subuh. Ia mengaku ikut aksi karena panggilan jiwa bela Palestina bela Masjidil Aqsha.

Pantauan media ini pagi sekitar pukul 06.40 WIB, Stasiun Juanda sudah diramaikan massa yang akan ikut Aksi Bela Palestina.


Semakin siang massa di stasiun semakin ramai, membludak.

“Antre di Stasiun Gondangdia dan Juanda dahsyat,” ujar Suhardi, Ketua Umum Syabab Hidayatullah, sekitar pukul 07.00 WIB secara terpisah.* Andi

Rep: Admin Hidcom

Editor: Muhammad Abdus Syakur

Sumber : Voa-islam.com

Bebaskan Al-Quds dengan Jalan Jihad

Bebaskan Al-Quds dengan Jalan Jihad


10Berita  – Al-Quds atau sering disebut Yerussalem adalah kota suci ketiga bagi umat Islam setelah Makkah dan Madinah. Di kota ini terdapat Masjid Al Aqsha, kiblat pertama umat Islam dan tempat terjadinya peristiwa Isra Mi’raj, mukjizat Nabi Muhammad saw.

Al Quds dan Al Aqsha begitu istimewa bagi umat Islam. Ibnu Abbas menuturkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda, “Para nabi tinggal di Syam dan tidak ada sejengkal pun kota Baitul Maqdis (Al Quds) kecuali seorang nabi atau malaikat pernah berdoa atau berdiri di sana.” (HR at-Tirmidzi). Rasulullah saw juga bersabda, “Tidaklah diadakan perjalanan dengan sengaja kecuali ke tiga masjid: Masjidku ini (Masjid Nabawi di Madinah), Masjidil Haram (di Makkah) dan Masjid Al Aqsha.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Sejak diberlakukannya Deklarasi Balfour hingga hari ini, Zionis Israel dengan pongahnya menduduki tanah Al Quds, merampok harta, membantai dan merenggut kehormatan umat Islam.

“Deklarasi Balfour sejatinya merupakan pintu bencana yang paling besar dalam sejarah umat manusia karena telah membuka penderitaan berkepanjangan bagi warga Palestina hingga satu abad lamanya. Mereka tertindas, terbunuh dan terusir dari tanah airnya sendiri.” Ungkap Wakil Ketua Badan Kerjasama Antarparlemen (BKSAP) DPR RI, Rofi Munawar, dalam pernyataan sikap yang disampaikan kepada media pada hari Kamis (2/11) di Jakarta.

Menyaksikan kejahatan Israel, sayangnya umat ini seperti macan ompong. Tak berdaya membela saudaranya lebih-lebih menghentikan kebiadaban dan kejahatan Israel.

Tindakan brutal Israel justru mendapat dukungan atau setidaknya pembiaran tanpa respon berarti oleh lembaga-lembaga dunia dan negara-negara besar, khususnya AS sebagai adikuasa. Bahkan Israel tampak memiliki kekebalan luar biasa atas kejahatannya.

Resolusi mandul dunia bagi persoalan Palestina tampak nyata. Perundingan tidak menghasilkan langkah maju bagi konflik Palestina-Israel. Justru semakin membuat Palestina makin terpuruk.

Kegagalan demi kegagalan untuk menghentikan kejahatan Israel dan mengusirnya dari wilayah pendudukan sesungguhnya berpangkal pada lemahnya kekuatan dunia Islam. Tidak ada persatuan yang menghadirkan komando tunggal dalam menyikapi Israel. Juga tidak terkumpul sumberdaya dunia Islam yang memadai baik berupa strategi unggul, senjata setara dan pasukan sebanding dengan kekuatan musuh.

Karena itu, umat Islam membutuhkan kepemimpinan politik untuk mewujudkan persatuan dan kekuatan yang unggul dan mampu menandingi musuh. Yakni kepemimpinan global yang pernah ada, yang dicontohkan oleh Rasulullah uswah terbaik kita, bahkan menjadi super power dunia.

Di sinilah urgensi menghadirkan kembali Khilafah Islamiyah. Karena hanya seorang Khalifah (pemimpin umat) yang mampu menyerukan jihad untuk membebaskan seluruh Palestina dan memobilisir sumber daya dunia Islam berikut 1,6 milyar penduduknya dengan keunggulan tsaqafah, ilmu dan kepakarannya, juga mendayagunakan limpahan kekayaan sumberdaya alamnya yang luar biasa.

Ingatlah, bagaimana Khalifah di masa lalu -sekalipun mereka dalam kedudukan lemah- mampu tegas menolak keinginan yahudi untuk membeli tanah Palestina. “Tanah itu bukan milikku, tetapi milik ummatku.” (Khalifah Abdul Hamid II, 1897)

Inilah kepentingan yang tidak bisa ditunda lagi, yakni umat ini harus serius dan sungguh-sungguh memperjuangkan kembalinya Khilafah ‘ala Minhaj an-Nubuwwah. Karena dengan tegaknya Khilafah perisai umat, maka bukan hanya Palestina, tapi seluruh negeri muslim akan terjaga kehormatannya juga terlindungi dari eksploitasi dan konspirasi jahat imperialisme. Allahu Akbar![]

 

Ditulis Oleh: Rizki Ika Sahana, aktivis dakwah tinggal di Bekasi

 

Sumber  Kiblat.

Imam Masjid Al-Aqsa : “Jerusalem kunci perdamaian dan perang, Jerusalem akan terus menjadi milik Palestina”

Imam Masjid Al-Aqsa : “Jerusalem kunci perdamaian dan perang, Jerusalem akan terus menjadi milik Palestina”

10Berita : Khotbah Jum’at di Masjid Al-Aqsa dalam shalat Jumat kemarin mengecam keputusan Presiden AS Donald Trump yang menyatakan Jerusalem sebagai ibukota Israel.

“Seratus tahun telah berlalu sejak deklarasi Balfour, dimana tanah kita [Palestina] diberikan oleh mereka yang tidak memilikinya kepada mereka yang tidak layak mendapatkannya,” ungkap Imam Al-Aqsa Sheikh Ismael Nawahda, seperti dilansir dari Anadolu Agency, Sabtu, (16/12/17).

“Sekarang, pada peringatan 50 tahun pendudukan Jerusalem, pemerintah AS mengatakan bahwa tanah suci ini sebagai ibukota Israel yang secara terang-terangan telah mengabaikan hak-hak Palestina dan umat Islam.”

Dengan menegaskan bahwa Yerusalem akan selalu menjadi milik Muslim dan Arab, dia menyatakan: “Kami berharap negara-negara yang telah bereaksi (OKI) terhadap keputusan AS, akan mengambil langkah konkret untuk membuktikannya.”

Sheikh Nawahda kemudian menyebut Jerusalem sebagai “kunci perdamaian dan perang” di wilayah tersebut.

Rabu, (6/12/17) Trump mengumumkan keputusan AS yang menyatakan Jerusalem (Al-Quds) sebagai ibukota Israel dan memindahkan kedutaan AS di Israel dari Tel Aviv ke kota suci tersebut.

Menanggapi langkah AS yang kontroversial tersebut, Organisasi Kerjasama Islam (OKI) menyelenggarakan KTT luar biasa di Istanbul rabu kemarin dan secara resmi mendeklarasikan bahwa Jerusalem adalah ibukota Palestina. (DH/MTD)

Sumber : Anadolu Agency
Redaktur : Hermanto Deli

Al-Quds, Ayasofya, dan Cahaya di Langit Eropa

Al-Quds, Ayasofya, dan Cahaya di Langit Eropa



Oleh: Wity

Laksana buih di lautan. Itulah kondisi umat Islam saat ini. Besar jumlahnya, tapi tak punya kekuatan. Berbagai konflik terus terjadi di negeri-negeri kaum muslim. Palestina adalah salah satunya. Bahkan konflik di negeri ini seolah tak pernah tidur. Sejak pendudukan Zionis Israel tahun 1948, peperangan terus saja terjadi. Pembantaian, pemerkosaan, pengeboman fasilitas umum, dan tindakan keji lainnya terus mewarnai negeri para nabi ini.

Kebengisan Zionis Israel atas Palestina begitu nyata, namun tak ada yang berani menghentikannya. Bahkan negeri-negeri muslim lainnya hanya mampu mengecam tanpa tindakan nyata. Mereka terus saja berharap pada solusi semu yang disodorkan PBB dan dunia.

Kini, kesewenang-wenangan kembali terjadi atas Palestina. Presiden Amerika mengumumkan pemindahan ibukota Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem (Al-Quds). Inilah yang diinginkan Zionis Israel. Merampas Al-Quds dari tangan kaum muslim, hingga tak ada lagi nama Palestina di peta dunia.

Bagaimana tanggapan dunia, khususnya pemimpin negeri-negeri muslim atas keputusan tersebut? Mengecam. Ya, lagi-lagi hanya mengecam tanpa tindakan nyata. Sungguh, mereka tak lebih hanya seperti singa ompong. Padahal, Al-Quds adalah milik umat Islam. Tanah para Anbiya. Kota suci ketiga setelah Mekkah dan Madinah. Ah, masihkah kita akan diam?

Lain Al-Quds, lain pula Ayasofya (Hagia Sophia). Sebelumnya, Hagia Sophia adalah symbol kebanggaan Imperium Byzantium. Namun, setelah penaklukan Konstantinopel tahun 1453 oleh Sultan Mehmed II Al-Fatih, Hagia Sophia pun diubah menjadi masjid. Menjadi milik umat Islam selama berabad-abad.

Saat Daulah Islam runtuh tahun 1924, Hagia Sophia diubah menjadi museum atas desakan Eropa. Kini, saat Presiden Reccep Tayyip Erdogan berencana mengembalikannya menjadi masjid, Yunani dan umat Ortodoks mengecamnya. Mereka menganggap rencana tersebut sebagai bentuk provokasi dan tidak menghormati umat Ortodoks. Ah, lucu sekali. Lagi-lagi mereka memainkan standar ganda.

...Kenyataan bahwa sejarah akan terulang tak dapat dipungkiri. Dahulu, Islam pernah merajai dunia, termasuk Eropa. Andalusia (Spanyol) menjadi pusat peradaban Islam di Eropa kala itu. Bahkan, kemajuan Eropa saat ini, tak lepas dari peran Islam...


Di tengah ketidakberdayaan umat Islam dan duka yang menyelimuti Palestina, kabar gembira datang dari Eropa. Islam berkembang pesat di sana. Hal ini terlihat dari meningkatnya populasi muslim Eropa. Pew Research Center mempublikasikan penelitian mengenai jumlah Muslim di Eropa yang diproyeksikan akan meningkat.

Dalam riset tersebut, Muslim di Eropa menyumbang pertumbuhan penduduk di Eropa sebanyak 4,9 persen pada 2016 lalu. Lebih tepatnya, pada pertengahan 2016, diperkirakan jumlah penduduk Muslim mencapai 25,8 juta (4,9 persen dari keseluruhan populasi) atau meningkat dari 19,5 juta (3,8 persen) daripada 2010. (republika.co.id)

Masih riset yang sama menyatakan, jika arus imigrasi ke Eropa terjadi dalam jumlah sedang, populasi Muslim akan meningkat dua kali lipat menjadi 11,2 persen pada 2050. Sementara, jika arus imigrasi ke Eropa cukup tinggi, maka jumlah Muslim akan meningkat menjadi 14 persen. 

Kenyataan bahwa sejarah akan terulang tak dapat dipungkiri. Dahulu, Islam pernah merajai dunia, termasuk Eropa. Andalusia (Spanyol) menjadi pusat peradaban Islam di Eropa kala itu. Bahkan, kemajuan Eropa saat ini, tak lepas dari peran Islam. Pendidikan Islam di Andalusia masa itu adalah yang terbaik. Banyak pelajar dari Eropa dan Barat yang menimba ilmu di sana.

Sayang, kebencian Eropa dan Barat terhadap Islam begitu besar. Hingga mereka tak sudi mengakui kenyataan itu. Bahkan, setelah kekhilafahan runtuh, mereka sekuat tenaga menghilangkan jejak-jejak kegemilangannya.

Namun, kegemilangan Islam tak bisa ditutup-tutupi. Ia akan terus memancar meski dari celah terkecil sekalipun. Kini pancaran itu semakin membesar, dan pasti akan terus membesar.

Cepat atau lambat, cahaya Islam akan kembali bersinar di langit Eropa, bahkan dunia. Saat itu tiba, tak akan ada lagi yang berani menyentuh Al-Quds. Tak ada lagi yang berani menentang Hagia Sophia menjadi mesjid. Tak ada lagi yang berani mengusik umat muslim. Semoga kita bisa menyaksikannya bila saat itu tiba. Wallahu alam. (rf/)

Ilustrasi: Google

Sumber : voa-islam.com

Menyoal Demonstrasi: Logika Terbalik Para Pengklaim Sebutan ‘Salafi’

Menyoal Demonstrasi: Logika Terbalik Para Pengklaim Sebutan ‘Salafi’


10Berita – Semua tahu daging babi itu haram. Semua juga sepakat kalau turunannya, olahannya, sekecil apapun bentuknya, haram juga hukumnya. Ini logika yang kita pakai. Sayangnya, logika seperti ini tidak dipakai kaum yang sering mengklaim dirinya sebagai ‘Salafi’. Terutama dalam masalah demokrasi. Hukum demokrasi mereka tegas mengharamkannya, tetapi turunan demokrasi, hasil-hasilnya, mereka menikmatinya. Menghukumi para penguasa negeri demokrasi sebagai ‘ulil amri’. Dan menuduh para pengkritik penguasa, yang sejatinya berjuang untuk Islam, sebagai kaum ‘khawarij’. Sayangnya, sikap seperti ini banyak mereka tunjukkan justru saat penguasanya cenderung sekuler. Saat penguasanya Muslim, mereka tidak konsisiten, dan ikut-ikutan kaum sekuler menggoyang penguasa. Apa yang terjadi di Mesir adalah contoh nyata. Saat Mursi dikudeta mereka diam saja, saat Al-Sisi didemo, mereka bilang haram hukumnya.

Saya tidak tahu pasti alasan kaum pengklaim sebutan ‘Salafi’ bersikap seperti ini. Dari survey acak yang saya lakukan, dan hasil interaksi dengan mereka, saya menduga ini karena kekurang-pahaman mereka tentang dunia politik, atau istilah kerennya siyasah syar’iyyah. Tidak sampai di pikiran mereka, bagaimana jika para penguasa ini ‘ditunggangi’ musuh-musuh Islam. Bagaimana jika ternyata, ‘Salafi’ ini dimanfaatkan penguasa untuk memuluskan agenda pribadi mereka. Tetapi jika pun mereka tidak paham politik, mestinya jangan banyak berkomentar, karena akan kelihatan tidak profesional. Persis seperti Abu Janda, yang ‘gak ono pinter-pintere blass’ itu.

Semua sepakat, jika ada orang lain ingin merebut dan menempati rumah kita, kita wajib mempertahankannya. Apalagi rumah kita juga sah secara legal, lengkap dengan Sertifikat dan IMB-nya. Bahkan jika orang terus memaksa, maka tetangga, saudara, msayarakat akan dengan sukarela membantu kita. Tetapi pengaku ‘Salafi’ tidak sepakat dengan ini. Untuk urusan Palestina, mereka menyuruh orang Palestina, sang pemilik rumah yang sah untuk pergi, dan memberikan tanah tumpah darah mereka kepada Yahudi. Alasannya bisa macam-macam. Mungkin salah satunya untuk I’dad, persiapan berjihad merebut kembali tanah Palestina. Tetapi, kaum pengaku ‘Salafi’ mana punya pengalaman Jihad, wong kaum Jihadis banyak mereka hukumi sebagai ‘khawarij’. Lagi-lagi, mereka tidak profesional, tidak mampu menyatukan kata dan perbuatan. Dan beginilah mentalitas Abu Janda, manusia ‘gak ono pinter-pintere blass’ itu.

Saya tidak tahu pasti, apakah mereka bisa memahami ayat 19 surat At-Taubah. Karena prakteknya jauh panggang dari api. Pengklaim ‘Salafi’ tampak lebih dominan hanya dari taklim ke taklim, tetapi minim aksi solidaritas dunia Islam. Jikapun tampak kegiatanoutdoor, rata-rata fasilitasnya cukup wah, seperti program Muslim Family Land itu. Ustadz-ustadz merekapun, paling jauh tampak tidur di kursi, tetapi kursi bandara, sementara ustadz ‘Non Salafi’ sering tampak tidur di tikar rumah-rumah pedalaman.

‘Ala kulli hal, pengaku diri sebagai kaum ‘Salafi’ adalah salah satu elemen umat ini. Mereka eksis, memiliki kontribusi riil, dan menjadi bagian integral ummat. Mari doakan mereka dalam kebaikan, agar berubah cara berfikir dan bertindaknya. Meyakini bahwa Islam tegak melalui berbagai pengorbanan, bukan sekedar taklim ke taklim. Memahami bahwa perjuangan Islam berasa nikmat saat diliputi banyak keterbatasan, bukannya dengan pelbagai fasilitas ‘wah’ dan perut terus-terusan kenyang. Wallohu a’lam.

Sumber : Kiblat.