OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 17 Desember 2017

AS tak pantas terlibat dalam proses perdamaian di Timur Tengah

AS tak pantas terlibat dalam proses perdamaian di Timur Tengah

Moslemtoday.com : Wakil Ketua Dewan Pembina Yayasan Ilim Yayma Bilal Erdogan mengatakan bahwa dengan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, Amerika Serikat (AS) sekarang kehilangan wewenang untuk menjadi mediator dalam proses perdamaian.

“AS tidak pantas terlibat dalam proses perdamaian,” kata Bilal Erdogan kepada Anadolu Agency dalam sebuah wawancara.

Bilal Erdogan menyatakan bahwa langkah AS sebagai hal yang sangat disayangkan, dia meminta negara-negara Muslim untuk bersatu dan menyatukan suara “Apa yang dilakukan AS tidak sesuai dengan kenyataan dan tidak akan menciptakan perdamaian,” kata Bilal Erdogan.

Dia juga menambahkan bahwa keputusan AS terkait Yerusalem itu “tidak berlaku dan ilegal”.

Sebelumnya, “Keputusan AS ini sudah pernah diambil pada tahun 1995, tetapi hal tersebut bertentangan dengan keputusan Dewan Keamanan PBB tahun 1980,” katanya.

“Orang-orang Amerika telah mengkhianati institusi yang mereka ciptakan yaitu Dewan Keamanan PBB.”

Erdogan menambahkan bahwa hal itu menunjukkan AS tidak menghargai PBB dan sistem internasional yang didirikan setelah Perang Dunia II itu.

“Yerusalem adalah peninggalan kakek kami yang menjunjung tinggi nilai perdamaian.” ujar Erdogan memberikan motivasi tinggi kepada rakyat Turki.

Ilim Yayma Foundation adalah salah satu LSM yang terkemuka di Turki dalam bidang pendidikan.

Sumber : Anadolu Agency, Moslem Today 

WALHI: Negara Diduga Membiarkan PT Astra Argo Lestari Kriminalisasi Rakyat

WALHI: Negara Diduga Membiarkan PT Astra Argo Lestari Kriminalisasi Rakyat

10Berita , Sulbar – Sekitar 50-an warga Desa Polanto Jaya pada Kamis, 14 Desember 2017, melakukan aksi solidaritas di depan Pengadilan Negeri Pasang Kayu, Kabupaten Mamuju Utara Sulawesi Barat.

Aksi ini dipicu dengan penahanan terhadap 4 Petani desa Polanto Jaya yang dituduh melakukan pencurian kelapa sawit milik PT. Mamuang. Padahal dalam sejarahnya, warga Polanto Jaya secara sah memiliki hak atas tanah yang dibuktikan dengan sertifikat hak milik, SKPT dan bukti penguasaan lainnya, yang saat ini dikuasai oleh PT. Mamuang seluas 42 hektar.

Istiwati, istri dari Soeparto (salah satu terdakwa), dalam aksi ini membacakan surat yang ditulisnya sendiri dan ditujukan Kepada Presiden Joko Widodo. Dalam surat tersebut Istiwati meluapkan segala kemarahannya kepada Negara yang cenderung mengabaikan mereka sebagai rakyat kecil. “Apabila pemerintah setempat tidak bisa secepatnya menyelesaikan masalah ini, tidak bisa membebaskan suami kami dari masalah, kami berharap supaya peristiwa kami diketahui oleh bapak Presiden. Harus kepada siapa lagi kami minta pertolongan, ucap Istinawati.”

Massa aksi yang datang membawa spanduk dan pamflet yang bertuliskan “Bebaskan 4 Petani Polanto Jaya Yang dikriminalisasi- Kembalikan Tanah Rakyat Yang dirampas ASTRA! ” terus meneriakkan dukungan mereka terhadap 4 Petani tersebut.

Dalam Orasinya, Abdi Lasita selaku korlap aksi menyampaikan “bahwa negara seharusnya hadir sebagai representasi dari rakyat, bukan tunduk pada kekuatan modal. Selain itu Majelis Hakim harus berlaku adil, sebab para petani tersebut tidak bersalah.”

Agenda Sidang Lanjutan

Sidang dengan agenda pembacaan Putusan Sela dari Majelis Hakim ini dimulai pada pukul 16.00 WITA. Para petani yang didakwa melakukan pencurian tanda buah sawit ini didampingi oleh pengacara mereka saat menghadiri persidangan tersebut.

Dalam persidangan ini, Majelis Hakim memutuskan untuk menolak eksepsi dari pihak terdakwa dan akan segera mengagendakan peninjauan langsung ke Blok 11 yang menjadi Objek Sengketa.

Dalam eksepsinya, yang bacakan oleh pengacara petani, menyatakan bahwa dakwaan yang disampaikan Jaksa Penuntut Umum, tidak mendasar, terburu-buru dan batal demi hukum. Hal ini dikarenakan, Pertama; lahan seluas 42 hektar milik warga berdasarkan SHM, SKPT dan bukti kepemilikan lainya diklaim oleh perusahaan sebagai wilayah Hak Guna Usaha mereka. Kedua; tandan buah sawit yang mereka panen adalah tanaman petani sendiri, yang mereka tanam di lahan mereka sendiri. Ketiga; dakwaan tindak pidana tersebut tidak dapat dilanjutkan prosesnya, karena lahan tersebut masih berkonflik (a quo). Maka seharusnya pengadilan terlebih dahulu menyelesaikan kasus tersebut dengan menggunakan peradilan perdata. Keempat; lokasi petani yang dituduhkan melakukan pencurian tidak berada di wilayah kewenangan Pengadilan Negeri Pasangkayu Sulbar.

Bahwa penahanan terhadap 4 orang petani Polanto Jaya merupakan bentuk kriminalisasi yang dilakukan oleh perusahaan terhadap petani, upaya kriminalisasi ini merupakan cara perusahaan untuk melemahkan posisi rakyat yang sedang berjuang demi merebut hak-hak mereka.

Sementara itu, Manager Kampanye Eksekutif Daerah WALHI Sulawesi Tengah Stevandi menyatakan “bahwa perjuangan rakyat Polanto Jaya dalam mempertahankan tanahnya sudah dimulai sejak tahun 2004 ketika PT. Mamuang yang merupakan anak perusahaan dari Astra Agro Lestari (AAL) dengan didukung oleh aparat Brimob POLDA Sulawesi Barat Secara membabi buta melakukan penebangan tanaman warga”.

ASTRA Pemicu Konflik Di Sulawesi Tengah

Berdasarkan bukti Hak Guna Usaha (HGU) PT. Mamuang, Nomor 1 tahun 1992 bahwa wilayah PT. Mamuang terletak di desa Martajaya Kecamatan Pasang Kayu Kabupaten Mamuju Utara. PT. Mamuang tidak memiliki alas hak di wilayah Lalundu, Desa Polanto Jaya Kecamatan Rio Pakava Kabupaten Donggala secara Khusus di desa Polanto Jaya.

Situasi inilah yang memicu perlawanan-perlawanan rakyat terhadap PT.Mamuang yang melakukan penyerobotan lahan masyarakat.Perlawanan rakyat yang kian hari kian membesar dijawab oleh PT. Mamuang dengan intimidasi, represi sampai kriminalisasi dengan menggunakan aparat. “Penahanan 4 petani ini adalah bukti bagaimana perusahaan dengan dukungan negara berusaha terus melemahkan petani yang mempertahankan hak atas tanahnya, apalagi ke 4 petani tersebut merupakan tokoh yang selama ini gigih menentang perampasan oleh PT. Mamuang.” tegas Stevandi.

Selain kasus di Kabupaten Donggala, kasus-kasus yang sama juga terjadi Kabupaten Morowali Utara dan kabupaten Poso, dimana anak perusahaan Astra Agro Lestari Berproduksi. Belum lama ini, salah satu anak perusahaan PT. Agro Nusa Abadi (ANA) di Morowali Utara, diduga kuat menggunakan militer untuk melakukan pembungkaman terhadap petani di wilayah perusahaan, dengan pos-pos pengalaman militer yang berada di wilayah perusahaan.

Sumber : Kiblat.

AS tak pantas terlibat dalam proses perdamaian di Timur Tengah

AS tak pantas terlibat dalam proses perdamaian di Timur Tengah

Moslemtoday.com : Wakil Ketua Dewan Pembina Yayasan Ilim Yayma Bilal Erdogan mengatakan bahwa dengan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, Amerika Serikat (AS) sekarang kehilangan wewenang untuk menjadi mediator dalam proses perdamaian.

“AS tidak pantas terlibat dalam proses perdamaian,” kata Bilal Erdogan kepada Anadolu Agency dalam sebuah wawancara.

Bilal Erdogan menyatakan bahwa langkah AS sebagai hal yang sangat disayangkan, dia meminta negara-negara Muslim untuk bersatu dan menyatukan suara “Apa yang dilakukan AS tidak sesuai dengan kenyataan dan tidak akan menciptakan perdamaian,” kata Bilal Erdogan.

Dia juga menambahkan bahwa keputusan AS terkait Yerusalem itu “tidak berlaku dan ilegal”.

Sebelumnya, “Keputusan AS ini sudah pernah diambil pada tahun 1995, tetapi hal tersebut bertentangan dengan keputusan Dewan Keamanan PBB tahun 1980,” katanya.

“Orang-orang Amerika telah mengkhianati institusi yang mereka ciptakan yaitu Dewan Keamanan PBB.”

Erdogan menambahkan bahwa hal itu menunjukkan AS tidak menghargai PBB dan sistem internasional yang didirikan setelah Perang Dunia II itu.

“Yerusalem adalah peninggalan kakek kami yang menjunjung tinggi nilai perdamaian.” ujar Erdogan memberikan motivasi tinggi kepada rakyat Turki.

Ilim Yayma Foundation adalah salah satu LSM yang terkemuka di Turki dalam bidang pendidikan.

Sumber : Anadolu Agency, Moslem Today 

Dalam Alquran, Nama Yerussalem 70 Kali Disebutkan

Dalam Alquran, Nama Yerussalem 70 Kali Disebutkan


10Berita , Yerusalem merupakan salah satu kota tertua di dunia. Permukiman pertama di sana diduga berasal dari masa empat ribu tahun sebelum Masehi. Dalam pandangan Islam, Yerusalem mendapatkan posisi yang istimewa. Nabi Ibrahim, Nabi Ishaq, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, dan Nabi Isa, misalnya, pernah mendiami kota tersebut dan menyebarkan ajaran tauhid.

Selain itu, kiblat pertama umat Islam, Masjid al-Aqsha, terletak di Yerusalem. Termasuk di dalamnya adalah Qubbat ash-Shakhrah (Dome of the Rock), yang diyakini sebagai tempat Nabi Muhammad SAW berpijak sebelum Allah memberangkatkannya ke Sidratul Muntaha. Alquran surat al-Isra ayat kesatu mengabadikan perjalanan Isra-Miraj Rasulullah SAW ini dengan secara eksplisit menyebutkan nama Masjid al-Aqsha (harfiah: masjid yang terjauh).

Abdallah el-Khatib dalam artikelnya, Jerusalem in the Quran (British Journal of Middle Eastern Studies, Mei 2001) menjelaskan bahwa di dalam Alquran nama Yerusalem 70 kali disebutkan, baik secara eksplisit maupun implisit. Semua itu tersebar dalam 21 surat. Di antaranya termasuk sebutan Tanah Suci (al-ardha al-muqoddasat), Tanah yang Diberkati, dan Kota yang Diberkati. Misalnya, pada surat al-Maidah ayat 21, surat al-Araf ayat 137, surat al-Anbiya ayat 71 dan ayat 81, serta surat Saba ayat 18.

Dalam perspektif Islam pula, sejarah Yerusalem dapat ditarik dari peristiwa keluarnya Bani Israil dari Mesir di bawah pimpinan Nabi Musa. Alquran surat al-Maidah, misalnya, mengisahkan bagaimana Bani Israil menolak perintah Allah untuk berjuang merebut Yerusalem. Bahkan, secara kurang ajar mereka berkata, sebagaimana diabadikan dalam surat al-Maidah ayat 24 yang artinya: Pergilah kamu (Nabi Musa) bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja.

Akhirnya, Allah mentakdirkan Bani Israil tidak dapat memasuki Yerusalem sampai munculnya Nabi Yusya bin Nun. Di bawah komandonya, Bani Israel bangkit berjuang melawan bangsa Filistin untuk merebut Yerusalem, meskipun tidak sepenuhnya berhasil. Barulah sekitar seribu tahun sebelum Masehi, balatentara Bani Israil kembali angkat senjata. Kali ini, bangsa Filistin dipimpin Jalut, sedangkan Bani Israel dikomandoi Thalut.

Saat itu, Nabi Daud yang masih berusia muda tampil sebagai pahlawan karena berhasil menumbangkan Jalut. Setelah pemimpin Thalut meninggal dunia, Nabi Daud menjadi penggantinya. Dalam masa kepemimpinan Nabi Daud, Bani Israil mulai membangun Baitul Maqdis sebagai pusat peribadatan. Selanjutnya, putranya yang juga utusan Allah, Nabi Sulaiman, menyempurnakan pembangunan rumah suci itu. Baitul Maqdis ini merupakan cikal bakal Masjid al-Aqsha yang kita kenal sekarang.

Namun, kaum Yahudi memandang cukup berbeda bangunan yang dibina Nabi Sulaiman di Yerusalem itu. Mereka menamakannya Kuil Solomon. Dalam catatan sejarah, Kuil Solomon selesai dibangun pada 950 tahun sebelum Masehi (SM). Sepeninggalan Nabi Sulaiman, kerajaan Bani Israel ini pecah sehingga menjadi rentan terhadap serangan dari luar. Puncaknya, pada 587 SM Raja Babilonia Nebuchadnezzar menyerbu Yerusalem dan menghancurkan Kuil Solomon. Hampir seluruh Bani Israil digiring ke Babilonia untuk menjadi budak.

Nasib baik baru tiba pada 539 SM. Pendiri Kekaisaran Persia, Koresh yang Agung, mengalahkan Kerajaan Babilonia. Kaisar Persia itu membebaskan Bani Israil dari kehinaan dan bahkan mengizinkan mereka kembali ke Yerusalem. Bani Israil lantas membangun kembali Kuil Sulaiman di bawah pimpinan Sheshbazzara. Inilah yang sering disebut sebagai Kuil Kedua. Bangunan ini bertahan cukup lama yakni dalam periode 516 SM hingga tahun 70 M.

Kehancuran Kuil Kedua terjadi dilatari dengan peristiwa sosial-politik. Sejak 63 tahun SM, wilayah Yerusalem dikendalikan Imperium Roma. Pada tahun 66, kaum Yahudi memberontak terhadap penguasa Roma. Pemberontakan ini dijawab dengan serbuan Kaisar Titus empat tahun kemudian atas Yerusalem. Kuil Kedua pun dihancurkan untuk menunjukkan dominasi Roma. Sampai tahun 135, kaum Yahudi hidup dalam kesulitan karena Imperium Roma lebih mendukung paganisme dengan, umpamanya, mendirikan kuil berhala di Yerusalem.

Namun, ajaran Nabi Isa telah menyebar ke luar daerah Yerusalem sejak abad pertama Masehi. Para pengikut Nabi Isa kerap diburu penguasa Roma dan bahkan disiksa, umpamanya, dengan menjadikannya umpan singa di gelanggang Colosseum. Nasib baik menghampiri kaum Kristen pada abad ketiga. Kaisar Konstantin I mendeklarasikan dukungannya terhadap ajaran Kristen.

Dengan demikian, status Yerusalem kembali dipulihkan sebagai kota yang dihormati penguasa. Salah satu warisan kaisar tersebut adalah Gereja Makam Suci (The Church of the Holy Sepulchre). Menurut kepercayaan Kristen, di sanalah lokasi Yesus disalib dan jasadnya sempat dimakamkan, untuk kemudian diyakini kosong karena Yesus bangkit kembali.

Sampai abad ketujuh, setidaknya ada tiga peristiwa besar yang berlangsung di Yerusalem. Pertama, serbuan tentara Persia (Sasanid) pada 614 yang berakibat pembantaian atas 60 ribu orang Kristen di Yerusalem. Lebih dari 30 ribu orang Kristen lainnya dibawa ke Persia untuk menjadi budak. Bangunan peribadatan Kristen di Yerusalem pun ikut diluluh-lantakkan.

Kedua, Kaisar Romawi Timur Heraclius kembali menguasai Yerusalem pada 629. Kali ini, orang-orang Yahudi menjadi sasaran untuk dibunuh. Sementara itu, Heraclius juga memulihkan kembali hegemoni Dunia Kristen atas Yerusalem sepeninggalan kekuatan Persia di sana. Saat dua peristiwa besar itu berlangsung, Islam mulai mengukuhkan pengaruhnya di Semenanjung Arab, khususnya setelah Penaklukan Makkah terjadi pada 630.

Ketiga, pembebasan Yerusalem oleh umat Islam di bawah kepemimpinan Umar bin Khaththab. Di masa khalifah kedua itu, baik kekaisaran Persia maupun Romawi Timur sedang mengalami degradasi. Sementara, umat Islam sedang bersemangat menyebarkan ajaran Rasulullah SAW ke luar Arab, antara lain, dengan jalan penaklukan. Pada 20 Agustus 636, tentara Muslim menang melawan pasukan Romawi Timur di Perang Yarmuk. Pada Juli 637, kaum Muslim berhasil mengepung Yerusalem.

Seperti digambarkan Karen Armstrong dalam bukunya, Jerusalem: One City Three Faiths, Khalifah Umar mendengar kabar tentang sikap keras pemuka Kristen Yerusalem, Sophronius. Dia menginginkan agar kunci gerbang Yerusalem diserahkan kepada Umar langsung, alih-alih pemimpin militer lapangan. Maka, datanglah Khalifah Umar ke sana, sedangkan Sophronius dan bawahannya telah menyiapkan gelaran upacara yang terkesan mewah demi menghormati Umar.

Begitu melihat kedatangan Umar, Sophronius dan kaum Kristen setempat terheran-heran. Pasalnya, sang khalifah tampil dengan busana yang biasa dikenakannya di Madinah: baju dengan bahan kain kasar, selayaknya rakyat miskin. Bagi Karen, agaknya para pemuka Kristen Yerusalem merasa tersentuh, betapa pemimpin Muslim itu lebih menghayati ajaran Yesus tentang empati kepada kaum papa ketimbang mereka.

Umar juga menunjukkan pentingnya gagasan welas asih lebih dari siapapun penakluk Yerusalem sebelumnya, mungkin selain Nabi Daud. Dia (Umar bin Khaththab) menerapkan penaklukan yang paling damai dan paling tanpa pertumpahan darah sepanjang sejarah panjang kota itu (Yerusalem) yang penuh kesedihan dan tragedi, tulis Karen Armstrong lagi.

Khalifah Umar juga menolak berdoa (shalat) di dalam gereja. Alasannya disampaikan kepada Sophronius. Umar tidak ingin gereja itu kemudian diubah oleh tentara Muslim menjadi masjid hanya karena pemimpinnya pernah berdoa di sana. Umar juga peka terhadap kaum Yahudi. Sejarah mencatat, selama kuatnya dominasi Romawi Timur di Yerusalem, kaum Kristen setempat menjadikan sisa bangunan Kuil Kedua yang dihancurkan Persia sebagai tempat sampah. Ini tentunya menyakiti perasaan kaum Yahudi.

Begitu melihat penampakan bangunan itu, Khalifah Umar untuk sesaat terkejut. Namun, seperti dituturkan sejarawan Mujir al-Din, Umar kemudian mengambil beberapa batu yang menimbun bekas Kuil Kedua itu. Tindakan Umar ini segera diikuti seluruh pasukan Muslim. Beberapa saat kemudian, situs tersebut tampak lebih bersih dari semula.

Umar sebagaimana seluruh kaum Muslim pada saat itu memahami benar signifikansi Yerusalem bagi tiga umat yang mengakui kenabian Ibrahim AS. Hanya saja, berbeda daripada penguasa Kristen maupun Yahudi yang saling mendiskreditkan satu sama lain, Khalifah Umar berupaya menjadikan Yerusalem sebagai rumah yang terbuka untuk kaum Muslim, kaum Kristen, dan kaum Yahudi.

Khalifah Umar selanjutnya memanggil Kaab bin Ahbar, seorang Muslim yang dahulunya beragama Yahudi untuk dimintai pendapatnya. Sahabat Nabi SAW bergelar al-Faruq ini ingin memastikan lokasi situs-situs di Yerusalem yang bersejarah dalam perspektif Yahudi. Sang khalifah juga mengajak para pemuka Yahudi dari Tiberia untuk ikut merestorasi kawasan Yerusalem. Bahkan, al-Faruq membolehkan 70 keluarga Yahudi Tiberia untuk menetap di Yerusalem. Menurut Karen Armstrong, baru di zaman Umar inilah kaum Yahudi melihat adanya harapan untuk hidup damai di Yerusalem.

Sejarah mencatat, tidak ada satu pun orang Kristen atau orang Yahudi kala penaklukan itu dipaksa memeluk Islam. Alih-alih pemaksaan, Khalifah Umar memerintahkan agar orang-orang taklukan diberikan perlindungan dan keamanan, baik atas diri maupun harta benda mereka. Selain itu, tentara Muslim juga dilarang menghalangi jalan masuk ke setiap gereja. Gubernur Yerusalem dilarang keras menyakiti orang-orang non-Muslim (kafir dzimmi). Lantaran aturan yang ketat tetapi penuh toleransi ini, tulis Karen Armstrong, kaum Kristen dari Nestorian dan Monofisit bahkan lebih menyukai Yerusalem di bawah kekuasaan Muslim, alih-alih Romawi Timur dahulu.

Setelah masa Khulafaur Rasyidin, kedamaian relatif masih menaungi Yerusalem. Pada 687, khalifah dari Dinasti Umayyah, Abdul Malik, memulai pembangunan Qubbat ash-Shakhrah (Dome of the Rock) di lokasi sebuah batu besar yang diyakini tempat berpijaknya Nabi Muhammad SAW sebelum menjalani Miraj ke Sidratul Muntaha. Bagaimanapun, sang khalifah juga menghendaki Qubbat ash-Shakhrah sebagai daya tarik para peziarah yang datang dari pelbagai penjuru dunia ke Yerusalem.

Empat tahun kemudian, kompleks ini selesai dibangun. Demikianlah, hingga tutup era abad ketujuh Masehi, dunia menyaksikan Yerusalem yang relatif tenteram bila dibandingkan masa-masa sebelumnya. Islam terbukti hadir dengan membawa toleransi yang penuh penghormatan terhadap kepercayaan-kepercayaan lain.

Situasi tersebut tidak bertahan selamanya. Memasuki abad ke-11, orang-orang Turki Seljuk menguasai Yerusalem dan melarang peziarah Kristen untuk memasukinya. Pada 1096, sekitar 100 ribu pasukan Salib datang ke Yerusalem untuk merebut kekuasaan. Bukan hanya kaum Muslim, bahkan sesama Kristen (Timur) pun menjadi korban kebiadabannya. Ketika petinggi Tentara Salib berhasil menguasai Yerusalem, kaum Yahudi dan kaum Muslim mengalami kesulitan untuk beribadah di sana. Keadaan relatif tenang untuk tiga umat agama ketika Sultan Shalahuddin al-Ayyubi dan Richard the Lion-Hearted menyepakati gencatan senjata pada 1192.

Sampai pertengahan abad ke-16, Yerusalem pada umumnya dikuasai sejumlah kesultanan Islam. Situasi pun dapat dikatakan berimbang. Bahkan, selanjutnya pada 1816 penguasa Muslim mengizinkan kaum Yahudi untuk masuk lebih leluasa ke Yerusalem. Dampaknya, populasi Yahudi kian meningkat pesat sejak saat itu. Pada akhir abad ke-19, pergerakan Zionisme yang digagas Theodore Herzl semakin pesat, sedangkan kesultanan Turki yang menguasai Yerusalem cenderung melemah. Puncaknya, dominasi penguasa Muslim atas Yerusalem runtuh pada 1917 atau 20 tahun setelah Kongres Zionis Sedunia yang pertama di Basel, Swiss. Turki menyerah terhadap Inggris Raya. Sementara itu, Dunia Arab terpecah-belah ke dalam banyak negara atas sokongan Barat.

Sumber : Republika Online

Inilah Doa dan Istighfar yang Bisa Menghapus Dosa Terbesar Dalam Hidup Anda

Inilah Doa dan Istighfar yang Bisa Menghapus Dosa Terbesar Dalam Hidup Anda


أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّومَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ

Astaghfirullaah Laa Ilaaha Illaa HuwalHayyal Qayyuma wa Atuubu Ilaihi

Artinya:
“Aku mohon ampun dan bertaubat kepada Allah yang tiada tuhan (berhak disembah) kecuali hanya Dia, Dzat Maha hidup kekal dan berdiri sendiri”

Sumber Doa
Dari Zaid bin Haritsah –maula Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam- berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ قَالَ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّومَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ غُفِرَ لَهُ وَإِنْ كَانَ قَدْ فَرَّ مِنْ الزَّحْفِ

“Siapa yang membaca Asataghfirullaah Laa Ilaaha Illaa HuwalHayyal Qayyuma wa Atuubu Ilaihi maka akan diampuni dosanya walaupun ia pernah lari dari medan perang.” (HR. Abu Dawud, Al-Tirmidzi, al-Thabrani, Al-Hakim dan Ibnu Abi Syaibah. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani Rahimahullah di Shahih Abi Dawud dan Shahih al-Tirmidzi)

Terdapat tambahan dalam sebagian riwayat –seperti dalam Sunan Al-Tirmidzi & al-Hakim-, “Astaghfirullah Al-‘Adzim”.

Tempat Khusus Membacanya
Telah datang beberapa riwayat yang menerangkan tempat khusus untuk membaca doa istighfar ini, seperti sesudah shalat, bangun tidur, dan di pagi hari Jum’at. Namun tak satupun dari keterangan-keterangan tersebut yang shahih sehingga tidak bisa diamalkan dengan kekhususannya tersebut.

Ada hadits yang berstatus maqbul –sebagian ulama menghasankannya dan sebagian lain menshahihkannya- menyebutkan istighfar tersebut tanpa mengaitkannya dengan waktu-waktu tertentu. Bisa dibaca pada waktu yang bebas tanpa mengkhususkannya dengan waktu dan tempat.

Al-Hakim mengeluarkannya dalam Mustadraknya dari hadits Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ قَالَ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّومَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ ثَلَاثًا غُفِرَتْ ذُنُوْبُهُ وَإِنْ كَانَ قَدْ فَارًّا مِنْ الزَّحْفِ

“Siapa yang membaca Asataghfirullaah Alladzii Laa Ilaaha Illaa HuwalHayyal Qayyuma wa Atuubu Ilaihi maka diampuni dosa-dosanya walaupun ia pernah lari dari medan perang.”(HR. Al-Hakim, beliau berkata: “ini adalah hadits shahih sesuai syarat Muslim namun Al-Bukhari dan Muslim tidak mengeluarkannya.” Hadits ini juga dikeluarkan oleh Al-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, no. 8541. Abu Nu’aim meriwayatkan yang serupa dalam Akhbar Ashbahan dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu)

Keutamaannya
Doa ini mengandung istighfar (permohonan ampunan) yang sangat agung dan memakai wasilah (sarana) yang sangat mulia dengan menyebut nama-nama Allah yang Maha Indah –Allah, Al-Adzim, Al-Hayyu, dan Al-Qayyum-, ikrar akan uluhiyah Allah dan tekad bertaubat saat itu juga.

Astaghfirullah memiliki makna meminta ampunan kepada Allah, memohon agar Allah menutupi dosa-dosanya, dan tidak menghukumnya atas dosa-dosa tersebut.

Disebut kalimat tauhid setelah kalimat “Aku meminta ampun kepada Allah” memberikan makna bahwa hamba tersebut mengakui kewajibannya untuk ibadah kepada Allah semata yang itu menjadi hak Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Ini menuntut agar orang yang beristighfar untuk membuktikan ubudiyahnya kepada Allah dengan mengerjakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Al-Hayyul Qayyum: dua nama Allah yang agung ini disebut sesudahnya memiliki kaitan dengan permintaan ampunan karena semua nama Allah dan sifat-Nya yang Maha tinggi yang Dzatiyah dan Fi’liyah kembali kepada keduanya.

Sifat Dzatiyah merujuk kepada nama Al-Hayyu (Maha hidup kekal). Sedangkan sifat fi’liyah kembali kepada nama Al-Qayyum (Tegak berdiri sendiri dan mengurusi semua makhluk-Nya)

Ditutup doa tersebut dengan Waatubu Ilaihi (Aku bertaubat kepada-Nya) mengandung keinginan kuat dari hamba untuk bertaubat (kembali) kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala.

Karenanya jika hamba mengucapkan kalimat ini hendaknya ia jujur dalam melafadzkannya pada dzahir dan batinnya. Jika ia dusta, dikhawatirkan ia tertimpa kemurkaan Allah. (Lihat al-Fuuthaat al-Rabbaniyah: 3/701)

Allah siapkan balasan terbaik untuknya, yakni ampunan untuknya sehingga dihapuskan dosa-dosanya, ditutupi aib-aibnya, dilapangkan rizkinya, dijaga fisiknya, dipelihara hartanya, mendapat kucuran barakah, semakin meningkat kualitas agamanya, menjapatkan jaminan keamanan di dunia dan akhirat, dan mendapat keridhaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Dosa yang akan diampuni dengan doa istighfar ini bukan hanya dosa-dosa kecil, tapi juga dosa besar. Bahkan dosa yang terkategori min akbaril dzunub (dosa paling besar), yaitu lari dari medan perang, “… walaupun ia pernah lari dari medan perang.”

Lari dari medan perang adalah lari meninggalkan medan jihad fi sabilillah saat berkecamuk peperangan melawan orang kafir. Ini menunjukkan bahwa melalui doa istighfar yang agung ini Allah akan mengampuni dosa-dosa terbesar yang tidak memiliki konsekuensi hukuman jiwa dan harta seperti lari dari medan perang dan dosa-dosa semisalnya.

Jika hamba mengucapkan doa di atas dengan ikhlash, jujur, memahami makna-maknanya; niscaya ia akan mendapatkan kabar gembira maghfirah yang agung ini.

Penutup
Setiap diri kita dipenuhi dosa dan kesalahan; bisa berupa tidak menunaikan kesyukuran, tidak menunaikan perintahnya, tidak meninggalkan larangan-Nya, menyia-nyiakan kesempatan yang dibeirkan-Nya, lalai dari mengingat-Nya, dan sebagainya.

Dosa-dosa tersebut akan membuat sesak dada, menghilangkan keberkahan hidup, mempersempit rizki, membuat berat menjalankan ketaatan, menjadi sebab datangnya berbagai kesulitan, dan di akhirat menjadi sebab kegelapan dan kesengsaraan.

Karenanya setiap kita membutuhkan ampunan Allah setiap saat. Doa istighfar ini menjadi salah satu alternatif dan saranan meraih ampunan-Nya. Wallahu a’lam

Sumber: islamituindah.com.my



Dalam Alquran, Nama Yerussalem 70 Kali Disebutkan

Dalam Alquran, Nama Yerussalem 70 Kali Disebutkan


10Berita , Yerusalem merupakan salah satu kota tertua di dunia. Permukiman pertama di sana diduga berasal dari masa empat ribu tahun sebelum Masehi. Dalam pandangan Islam, Yerusalem mendapatkan posisi yang istimewa. Nabi Ibrahim, Nabi Ishaq, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, dan Nabi Isa, misalnya, pernah mendiami kota tersebut dan menyebarkan ajaran tauhid.

Selain itu, kiblat pertama umat Islam, Masjid al-Aqsha, terletak di Yerusalem. Termasuk di dalamnya adalah Qubbat ash-Shakhrah (Dome of the Rock), yang diyakini sebagai tempat Nabi Muhammad SAW berpijak sebelum Allah memberangkatkannya ke Sidratul Muntaha. Alquran surat al-Isra ayat kesatu mengabadikan perjalanan Isra-Miraj Rasulullah SAW ini dengan secara eksplisit menyebutkan nama Masjid al-Aqsha (harfiah: masjid yang terjauh).

Abdallah el-Khatib dalam artikelnya, Jerusalem in the Quran (British Journal of Middle Eastern Studies, Mei 2001) menjelaskan bahwa di dalam Alquran nama Yerusalem 70 kali disebutkan, baik secara eksplisit maupun implisit. Semua itu tersebar dalam 21 surat. Di antaranya termasuk sebutan Tanah Suci (al-ardha al-muqoddasat), Tanah yang Diberkati, dan Kota yang Diberkati. Misalnya, pada surat al-Maidah ayat 21, surat al-Araf ayat 137, surat al-Anbiya ayat 71 dan ayat 81, serta surat Saba ayat 18.

Dalam perspektif Islam pula, sejarah Yerusalem dapat ditarik dari peristiwa keluarnya Bani Israil dari Mesir di bawah pimpinan Nabi Musa. Alquran surat al-Maidah, misalnya, mengisahkan bagaimana Bani Israil menolak perintah Allah untuk berjuang merebut Yerusalem. Bahkan, secara kurang ajar mereka berkata, sebagaimana diabadikan dalam surat al-Maidah ayat 24 yang artinya: Pergilah kamu (Nabi Musa) bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja.

Akhirnya, Allah mentakdirkan Bani Israil tidak dapat memasuki Yerusalem sampai munculnya Nabi Yusya bin Nun. Di bawah komandonya, Bani Israel bangkit berjuang melawan bangsa Filistin untuk merebut Yerusalem, meskipun tidak sepenuhnya berhasil. Barulah sekitar seribu tahun sebelum Masehi, balatentara Bani Israil kembali angkat senjata. Kali ini, bangsa Filistin dipimpin Jalut, sedangkan Bani Israel dikomandoi Thalut.

Saat itu, Nabi Daud yang masih berusia muda tampil sebagai pahlawan karena berhasil menumbangkan Jalut. Setelah pemimpin Thalut meninggal dunia, Nabi Daud menjadi penggantinya. Dalam masa kepemimpinan Nabi Daud, Bani Israil mulai membangun Baitul Maqdis sebagai pusat peribadatan. Selanjutnya, putranya yang juga utusan Allah, Nabi Sulaiman, menyempurnakan pembangunan rumah suci itu. Baitul Maqdis ini merupakan cikal bakal Masjid al-Aqsha yang kita kenal sekarang.

Namun, kaum Yahudi memandang cukup berbeda bangunan yang dibina Nabi Sulaiman di Yerusalem itu. Mereka menamakannya Kuil Solomon. Dalam catatan sejarah, Kuil Solomon selesai dibangun pada 950 tahun sebelum Masehi (SM). Sepeninggalan Nabi Sulaiman, kerajaan Bani Israel ini pecah sehingga menjadi rentan terhadap serangan dari luar. Puncaknya, pada 587 SM Raja Babilonia Nebuchadnezzar menyerbu Yerusalem dan menghancurkan Kuil Solomon. Hampir seluruh Bani Israil digiring ke Babilonia untuk menjadi budak.

Nasib baik baru tiba pada 539 SM. Pendiri Kekaisaran Persia, Koresh yang Agung, mengalahkan Kerajaan Babilonia. Kaisar Persia itu membebaskan Bani Israil dari kehinaan dan bahkan mengizinkan mereka kembali ke Yerusalem. Bani Israil lantas membangun kembali Kuil Sulaiman di bawah pimpinan Sheshbazzara. Inilah yang sering disebut sebagai Kuil Kedua. Bangunan ini bertahan cukup lama yakni dalam periode 516 SM hingga tahun 70 M.

Kehancuran Kuil Kedua terjadi dilatari dengan peristiwa sosial-politik. Sejak 63 tahun SM, wilayah Yerusalem dikendalikan Imperium Roma. Pada tahun 66, kaum Yahudi memberontak terhadap penguasa Roma. Pemberontakan ini dijawab dengan serbuan Kaisar Titus empat tahun kemudian atas Yerusalem. Kuil Kedua pun dihancurkan untuk menunjukkan dominasi Roma. Sampai tahun 135, kaum Yahudi hidup dalam kesulitan karena Imperium Roma lebih mendukung paganisme dengan, umpamanya, mendirikan kuil berhala di Yerusalem.

Namun, ajaran Nabi Isa telah menyebar ke luar daerah Yerusalem sejak abad pertama Masehi. Para pengikut Nabi Isa kerap diburu penguasa Roma dan bahkan disiksa, umpamanya, dengan menjadikannya umpan singa di gelanggang Colosseum. Nasib baik menghampiri kaum Kristen pada abad ketiga. Kaisar Konstantin I mendeklarasikan dukungannya terhadap ajaran Kristen.

Dengan demikian, status Yerusalem kembali dipulihkan sebagai kota yang dihormati penguasa. Salah satu warisan kaisar tersebut adalah Gereja Makam Suci (The Church of the Holy Sepulchre). Menurut kepercayaan Kristen, di sanalah lokasi Yesus disalib dan jasadnya sempat dimakamkan, untuk kemudian diyakini kosong karena Yesus bangkit kembali.

Sampai abad ketujuh, setidaknya ada tiga peristiwa besar yang berlangsung di Yerusalem. Pertama, serbuan tentara Persia (Sasanid) pada 614 yang berakibat pembantaian atas 60 ribu orang Kristen di Yerusalem. Lebih dari 30 ribu orang Kristen lainnya dibawa ke Persia untuk menjadi budak. Bangunan peribadatan Kristen di Yerusalem pun ikut diluluh-lantakkan.

Kedua, Kaisar Romawi Timur Heraclius kembali menguasai Yerusalem pada 629. Kali ini, orang-orang Yahudi menjadi sasaran untuk dibunuh. Sementara itu, Heraclius juga memulihkan kembali hegemoni Dunia Kristen atas Yerusalem sepeninggalan kekuatan Persia di sana. Saat dua peristiwa besar itu berlangsung, Islam mulai mengukuhkan pengaruhnya di Semenanjung Arab, khususnya setelah Penaklukan Makkah terjadi pada 630.

Ketiga, pembebasan Yerusalem oleh umat Islam di bawah kepemimpinan Umar bin Khaththab. Di masa khalifah kedua itu, baik kekaisaran Persia maupun Romawi Timur sedang mengalami degradasi. Sementara, umat Islam sedang bersemangat menyebarkan ajaran Rasulullah SAW ke luar Arab, antara lain, dengan jalan penaklukan. Pada 20 Agustus 636, tentara Muslim menang melawan pasukan Romawi Timur di Perang Yarmuk. Pada Juli 637, kaum Muslim berhasil mengepung Yerusalem.

Seperti digambarkan Karen Armstrong dalam bukunya, Jerusalem: One City Three Faiths, Khalifah Umar mendengar kabar tentang sikap keras pemuka Kristen Yerusalem, Sophronius. Dia menginginkan agar kunci gerbang Yerusalem diserahkan kepada Umar langsung, alih-alih pemimpin militer lapangan. Maka, datanglah Khalifah Umar ke sana, sedangkan Sophronius dan bawahannya telah menyiapkan gelaran upacara yang terkesan mewah demi menghormati Umar.

Begitu melihat kedatangan Umar, Sophronius dan kaum Kristen setempat terheran-heran. Pasalnya, sang khalifah tampil dengan busana yang biasa dikenakannya di Madinah: baju dengan bahan kain kasar, selayaknya rakyat miskin. Bagi Karen, agaknya para pemuka Kristen Yerusalem merasa tersentuh, betapa pemimpin Muslim itu lebih menghayati ajaran Yesus tentang empati kepada kaum papa ketimbang mereka.

Umar juga menunjukkan pentingnya gagasan welas asih lebih dari siapapun penakluk Yerusalem sebelumnya, mungkin selain Nabi Daud. Dia (Umar bin Khaththab) menerapkan penaklukan yang paling damai dan paling tanpa pertumpahan darah sepanjang sejarah panjang kota itu (Yerusalem) yang penuh kesedihan dan tragedi, tulis Karen Armstrong lagi.

Khalifah Umar juga menolak berdoa (shalat) di dalam gereja. Alasannya disampaikan kepada Sophronius. Umar tidak ingin gereja itu kemudian diubah oleh tentara Muslim menjadi masjid hanya karena pemimpinnya pernah berdoa di sana. Umar juga peka terhadap kaum Yahudi. Sejarah mencatat, selama kuatnya dominasi Romawi Timur di Yerusalem, kaum Kristen setempat menjadikan sisa bangunan Kuil Kedua yang dihancurkan Persia sebagai tempat sampah. Ini tentunya menyakiti perasaan kaum Yahudi.

Begitu melihat penampakan bangunan itu, Khalifah Umar untuk sesaat terkejut. Namun, seperti dituturkan sejarawan Mujir al-Din, Umar kemudian mengambil beberapa batu yang menimbun bekas Kuil Kedua itu. Tindakan Umar ini segera diikuti seluruh pasukan Muslim. Beberapa saat kemudian, situs tersebut tampak lebih bersih dari semula.

Umar sebagaimana seluruh kaum Muslim pada saat itu memahami benar signifikansi Yerusalem bagi tiga umat yang mengakui kenabian Ibrahim AS. Hanya saja, berbeda daripada penguasa Kristen maupun Yahudi yang saling mendiskreditkan satu sama lain, Khalifah Umar berupaya menjadikan Yerusalem sebagai rumah yang terbuka untuk kaum Muslim, kaum Kristen, dan kaum Yahudi.

Khalifah Umar selanjutnya memanggil Kaab bin Ahbar, seorang Muslim yang dahulunya beragama Yahudi untuk dimintai pendapatnya. Sahabat Nabi SAW bergelar al-Faruq ini ingin memastikan lokasi situs-situs di Yerusalem yang bersejarah dalam perspektif Yahudi. Sang khalifah juga mengajak para pemuka Yahudi dari Tiberia untuk ikut merestorasi kawasan Yerusalem. Bahkan, al-Faruq membolehkan 70 keluarga Yahudi Tiberia untuk menetap di Yerusalem. Menurut Karen Armstrong, baru di zaman Umar inilah kaum Yahudi melihat adanya harapan untuk hidup damai di Yerusalem.

Sejarah mencatat, tidak ada satu pun orang Kristen atau orang Yahudi kala penaklukan itu dipaksa memeluk Islam. Alih-alih pemaksaan, Khalifah Umar memerintahkan agar orang-orang taklukan diberikan perlindungan dan keamanan, baik atas diri maupun harta benda mereka. Selain itu, tentara Muslim juga dilarang menghalangi jalan masuk ke setiap gereja. Gubernur Yerusalem dilarang keras menyakiti orang-orang non-Muslim (kafir dzimmi). Lantaran aturan yang ketat tetapi penuh toleransi ini, tulis Karen Armstrong, kaum Kristen dari Nestorian dan Monofisit bahkan lebih menyukai Yerusalem di bawah kekuasaan Muslim, alih-alih Romawi Timur dahulu.

Setelah masa Khulafaur Rasyidin, kedamaian relatif masih menaungi Yerusalem. Pada 687, khalifah dari Dinasti Umayyah, Abdul Malik, memulai pembangunan Qubbat ash-Shakhrah (Dome of the Rock) di lokasi sebuah batu besar yang diyakini tempat berpijaknya Nabi Muhammad SAW sebelum menjalani Miraj ke Sidratul Muntaha. Bagaimanapun, sang khalifah juga menghendaki Qubbat ash-Shakhrah sebagai daya tarik para peziarah yang datang dari pelbagai penjuru dunia ke Yerusalem.

Empat tahun kemudian, kompleks ini selesai dibangun. Demikianlah, hingga tutup era abad ketujuh Masehi, dunia menyaksikan Yerusalem yang relatif tenteram bila dibandingkan masa-masa sebelumnya. Islam terbukti hadir dengan membawa toleransi yang penuh penghormatan terhadap kepercayaan-kepercayaan lain.

Situasi tersebut tidak bertahan selamanya. Memasuki abad ke-11, orang-orang Turki Seljuk menguasai Yerusalem dan melarang peziarah Kristen untuk memasukinya. Pada 1096, sekitar 100 ribu pasukan Salib datang ke Yerusalem untuk merebut kekuasaan. Bukan hanya kaum Muslim, bahkan sesama Kristen (Timur) pun menjadi korban kebiadabannya. Ketika petinggi Tentara Salib berhasil menguasai Yerusalem, kaum Yahudi dan kaum Muslim mengalami kesulitan untuk beribadah di sana. Keadaan relatif tenang untuk tiga umat agama ketika Sultan Shalahuddin al-Ayyubi dan Richard the Lion-Hearted menyepakati gencatan senjata pada 1192.

Sampai pertengahan abad ke-16, Yerusalem pada umumnya dikuasai sejumlah kesultanan Islam. Situasi pun dapat dikatakan berimbang. Bahkan, selanjutnya pada 1816 penguasa Muslim mengizinkan kaum Yahudi untuk masuk lebih leluasa ke Yerusalem. Dampaknya, populasi Yahudi kian meningkat pesat sejak saat itu. Pada akhir abad ke-19, pergerakan Zionisme yang digagas Theodore Herzl semakin pesat, sedangkan kesultanan Turki yang menguasai Yerusalem cenderung melemah. Puncaknya, dominasi penguasa Muslim atas Yerusalem runtuh pada 1917 atau 20 tahun setelah Kongres Zionis Sedunia yang pertama di Basel, Swiss. Turki menyerah terhadap Inggris Raya. Sementara itu, Dunia Arab terpecah-belah ke dalam banyak negara atas sokongan Barat.

Sumber : Republika Online

Sabtu, 16 Desember 2017

Wahai Para Istri, Apa yang Menghalangimu untuk …

Wahai Para Istri, Apa yang Menghalangimu untuk …

 

WAHAI para istri,

Apakah yang menyulitkanmu jika engkau menemui suamimu ketika dia masuk ke rumahmu dengan wajah yang cerah sambil tersenyum manis?

Beratkah bagimu untuk menghilangkan debu di wajah, kepala, dan pakaian suamimu kemudian engkau menciumnya?

Berhiaslah untuk suamimu dan raihlah pahala di sisi Allah Ta’ala. Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan, gunakanlah wangi-wangian! Bercelaklah! Berpakaianlah dengan busana terindah yang kau miliki untuk menyambut kedatangan suamimu. Ingat, janganlah sekali-kali engkau bermuka muram dan cemberut di hadapannya!

Wahai, para istri,

Janganlah engkau melembutkan suaramu kepada laki-laki yang bukan mahram sehingga terfitnahlah orang-orang yang di dalam hatinya terdapat penyakit, sehingga ia ber-prasangka buruk kepadamu!

Jadilah seorang istri yang memiliki sifat lapang dada, tenang, dan selalu ingat kepada Allah di dalam segala keadaan!

Wahai, para istri,

Ringankanlah segala beban suami, baik berupa musibah, luka, dan kesedihan!

Wahai, para istri,

Didiklah anak-anakmu dengan baik, penuhilah rumahmu dengan tasbih, takbir, tahmid, dan tahlil; serta perbanyaklah membaca al-Qur-an, khususnya surat Al-Baqarah, karena surat tersebut dapat mengusir syaitan!

Wahai, para istri,

Bangunkanlah suamimu untuk mengerjakan shalat malam, anjurkanlah dia untuk berpuasa sunnah dan ingatkanlah dia kembali tentang keutamaan berinfak; serta janganlah melarangnya untuk berbuat baik kepada orang tua dan menjaga tali silaturahim!

Perbanyaklah istighfar untuk dirimu, suamimu, orang tuamu, dan semua kaum Muslimin; serta berdo’alah selalu agar diberikan keturunan yang shalih dan memperoleh kebaikan dunia dan akhirat; dan ketahuilah bahwa Rabbmu Maha Mendengar do’a. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

“Dan Rabb kalian berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkan untuk kalian ….” (QS. Al-Mu’min [40]: 60)

Wahai, para istri,

Bersihkanlah rumahmu dari segala gambar-gambar makhluk hidup, alat-alat yang melalaikan, alat-alat musik, dan segala sesuatu yang dapat merusak! []

Diringkas dari Fiqhut Ta’aamul Baina az-Zaujaini wa Qabasat min Baitin Nubuwwah (hlm. 107-112) karya Abu ‘Abdillah Mushthafa bin al-‘Adawi, cet I/Darul Qasim, dengan sedikit tambahan dari penulis.

Sumber:
Panduan Keluarga Sakinah hlm 229 – 233 Cet. VIII / Jan 2012.
Penulis Yazid Abdul Qadir Jawas. Penerbit PUSTAKA IMAM ASY-SYAFI’I Jakarta.

Sumber : Islampos.

Laode Kamaludin: ICMI Tidak Didirikan untuk Kepentingan Politik Praktis

Laode Kamaludin: ICMI Tidak Didirikan untuk Kepentingan Politik Praktis

JAKARTA, (– Menanggapi acara pertemuan antara jajaran pengurus PDIP dengan para pengurus ICMI yang dilakukan pada hari Rabu (13/12) kemarin di kantor ICMI, Menteng Jakarta Pusat disikapi oleh beberapa pihak sebagai sebuah blunder bagi organisasi sebesar ICMI.

Ketika Panjimas menanyai pakar politik, DR Laode Kamaluddin yang melihat pertemuan itu karena figur seorang ketua ICMI yag sekarang (Jimly Asiddiqi) terlalu kreatif untuk urusan jangka pendek dan dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

“Kedekatan pribadi boleh saja, tetapi ICMI itu tidak didirikan untuk kepentingan politik praktis sama halnya dengan KAHMI yang intinya adalah wadah organisasi para kecendekiaan,” ujar Laode.

Dalam acara kunjungan kemarin itu jajaran pengurus DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dipimpin langsung oleh Sekjen PDIP,  Hasto Kristyanto. Sedangkan dari pihak ICMI langsung  ketuanya, Jimly Asiddiqi yang mengomandoi jajaran pengurus ICMI yang menyambut hangat rombongan partai berlambang banteng tersebut.

“Mungkin ini merupakan kunjungan pertama kali partai politik ke ICMI. Karena itu, kunjungan kami ke ICMI sangat tepat untuk bersama-sama membuat agenda pembangunan ke depan. Kami juga akan mengundang Prof Jimly untuk hadir dalam sebuah seminar yang menjelaskan bahwa politik bukan semata-mata untuk kekuasaan dan kami meminta kritik dari Prof untuk partai politik,” kata Hasto.

Sedangkan dari sisi Jimly Assidiqie selaku Ketua ICMI mengatakan bahwa antara ICMI dengan PDIP itu memiliki persamaan.

“Saya rasa ICMI mempunyai kesamaan sikap terkait isu kerukunan-kebangsaan dengan PDIP. Termasuk isu Pilkada yang sempat meretakan kebhinekaan,” tandasnya. [ES]

Sumber : Panjimas.com

Benarkah Isu Palestina Sekadar Perebutan Wilayah? Ini Jawaban Mohammad Natsir

Benarkah Isu Palestina Sekadar Perebutan Wilayah? Ini Jawaban Mohammad Natsir

10Berita : Penjajahan yang terjadi di Palestina oleh Zionis adalah isu yang terus menjadi perhatian umat Islam. Para ulama sepakat, apa yang terjadi di Palestina adalah persoalan umat (qadhaya al-ummah), yang menjadi tanggung jawab Muslim seluruh dunia. Namun, ada saja orang-orang yang mengatakan bahwa apa yang terjadi di Palestina adalah sekadar perebutan tanah atau wilayah. Bahkan, ada yang mengatakan, di Palestina tidak terjadi apa-apa, sekadar konflik politik. Benarkah?

Adalah Allahyarham Dr Mohammad Natsir, tokoh umat dan bangsa ini yang sejak dulu memiliki kepedulian terhadap nasib umat Islam di Palestina, memiliki jawaban terhadap pernyataan-pernyataan tersebut.

“Soalnya bukan sepotong tanah yang bernama Palestina. Soalnya kita menghadapi satu gerakan akidah, gerakan kepercayaan yang beraksi dengan teratur dan tertib, bukan di satu tempat saja, tetapi di seluruh dunia. Kita berhadapan dengan satu gerakan agama yang beraksi politik internasional, yang satu sama lain saling membantu,” kata Natsir.

Natsir yang sudah sejak tahun 1950-an sudah menyuarakan pembelaannya terhadap umat Islam di Palestina dalam konferensi-konferensi internasional, baik yang diselenggarakan oleh Liga Dunia Islam (Rabithah Al-Alam Al-Islami) ataupun Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika, menyatakan, ”Palestina adalah soal Islam dan soal umat. Kita harus melihat bahwa soal Palestina itu bukanlah soal lokal, bukanlah soal orang Arab, bukanlah semata-mata soal teritorial, tetapi adalah soal Islam dan umat Islam seluruhnya.”

Mantan Perdana Menteri RI yang juga aktif mengunjungi para pengungsi Palestina di kamp-kamp penampungan dan melakukan lobi-lobi dengan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk Palestina ini menegaskan, gerakan Zionisme itu adalah gerakan agama, bukan gerakan politik saja. (itu) gerakan agama dengan aksi politik Zion. Zionisme itu dinamakan menurut nama satu bukit: Zion.


DR Mohammad Natsir

“Jadi ditanamkanlah satu cita-cita hidup untuk mendirikan suatu negara-negara dari kaum Yahudi yang bertebaran di seluruh dunia ini. Dan tahap pertama ialah akan mendirikan Haikal kembali, di tempat Masjidil Aqsha sekarang itu. Itu yang ditujunya,” ujar tokoh yang semasa hidupnya kerap bertukar pikiran dengan para tokoh dunia Islam untuk mencarikan solusi terbaik bagi Muslimin Palestina itu.

Pendiri Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) ini juga menjelaskan, serdadu-serdadu Zionis kalau sudah masuk atau menuju ke medan perang di Sinai, mereka mengeluarkan Talmud (Taurat) dari sakunya. “Mereka baca Taurat itu di tengah medan perang untuk menegaskan cita-cita keagamaan mereka,” terangnya.

Natsir juga mengingatkan umat Islam dengan perkataan pendiri Zionisme, Theodore Herzl, ketika berpidato dalam Kongres Zionisme di Bassel, Swiss, pada 1897.

“Kita harus kembali ke sana (Palestina), dan apa yang dinamakan Masjidil Aqsha itu harus diganti dengan mendirikan Haikal (Solomon Temple, red),” seru Herzl yang dikutip Natsir. (AW/Salam-Online)

 

Sumber tulisan:

Natsir, Masalah Palestina, Jakarta: Penerbit Hudaya, 1971Natsir, Approach Baru Masalah Penjelesaian Palestina, Penerbit: Corp Mubaligh Bandung (C.M.B) Biro Penerbitan dan Penjiaran, 1970

Sumber :  Salam Online.

Mencium Anak Adalah Sunnah Nabi Muhammad SAW

Mencium Anak Adalah Sunnah Nabi Muhammad SAW


10Berita-“Kamu mencium anak cucumu karena imbalan dari setiap ciuman adalah surga.” (HR Bukhari)
4 anggota tubuh anak yang perlu dicium orang tua setiap hari:

1. Di Ubun-ubun
Menunjukkan kebanggaan orang tua terhadap anak sambil didoakan agar menjadi anak sholeh atau soleh solehah Aminn..

2. Di Dahi
Menandakan orang tua Ridho atas keberadaan anak. Rasulullah SAW mencium Fatimah radhiallahu anha di dahinya.

3. Di Kedua Pipi
Sambil mengucap Masya Allah, semoga tanda shauq (perasaan sayang dan rindu) orang tua terhadap anak.

4. Di Tangan Anak 
Tanda Mawaddah wa hub (kasih sayang) sambil mengucap Barokallah sebagaimana Rasulullah SAW juga selalu mencium tangan putri tercinta : Fatimah RA.

Perhatian: Usaplah dada anak sambil istighfar saat ia menunjukkan kecenderungan berbuat salah atau sedang marah, untuk menenangkannya.

Lakukan tindakan mawaddah warahmah ini diiringi kalimat-kalimat Toyibah

Sumber: kompasiana.com