10Berita – Dalam kehidupan kita, mungkin kita sering berfikir, sudah banyak sekali cara kita untuk menyadarkan seseorang yang kita cintai, untuk merubah sifat seseorang yang sangat disayangi. Akan tetapi, segala cara dan upaya kita, ternyata tidak mampu untuk merubahnya menjadi seseorang yang baik. Sebenarnya apa yang salah dengan upaya kita, bagaimanakah caranya agar kita dapat merubah seseorang?
Mengenai hal ini, perlu kita ketahui dan pahami dengan baik, hidayah atau petunjuk hanyalah milik Allah, bagaimana pun upaya kita untuk merubah seseorang, bagaimana pun kerja keras kita untuk menyadarkan seseorang, maka itu tidak ada artinya jika Allah tidak menghendaki hidayah kepadanya, orang tersebut tidak akan berubah sampai Allah memberikannya hidayah. Allah berfirman yang artinya “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Alloh memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Alloh lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS Al Qashash: 56).
Hidayah adalah hak prerogatif Allah, yakni merupakan otoritas Allah SWT untuk hamba-hamba pilihan-Nya, sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S 28 Al- Qashash : 56 dan Q.S .2 : Al Baqarah : 272.
Adapun cara untuk mendapat hidayah Taufiq salah satunya adalah dengan berdo’a, Bersungguh-sungguh, bergabung dengan lingkungan yang kondusif, dan memperbanyak amal sholeh.
Namun, ketika hidayah datang kepada seseorang, hal itu merupakan sesuatu yang sangat luar biasa. Rezeki yang sangat membahagiakan, yang mungkin bisa menyelamatkan kita dari penderitaan di dunia dan akhirat kelak.
Begitu banyak cerita tentang orang yang mendapatkan hidayah yang mampu membuat kita berdecak kagum. Salah satunya seperti yang dialami oleh Arnold Van Doorn yang dahulunya sangat membenci Islam.
Seperti apa kisahnya? Simak kisah Arnold berikut ini.
ARNOLD VAN DOORN (Produser Film Fitna): Ada apa dengan Islam?
Siapa pun orangnya, terlepas dari perilaku yang nista, pendosa kelas kakap, dedengkot pengingkar, kafir tulen, musuh Islam, bahkan namanya menjadi target utama kaum Muslim. Tapi ketika Allah Aza wa Jalla berkehendak membalikkan hatinya, ia akan jatuh tersungkur, bersujud tak berdaya, memohon mohon ampunan.
Ia adalah Arnold van Doorn, musuh besar Islam yang darahnya pernah dihalalkan untuk dibunuh karena filmnya FITNA yang terang terangan menghina Islam dan Rasulullah shallallahu alayhi wasallam. Bahkan film tersebut sempat menggemparkan dunia. Tak hanya itu, di jagad perpolitikan Belanda, sebagai wakil ketua di PVV (Partai Kebangsaan Belanda) ia sangat gencar mengincar Islam, termasuk pembangunan masjid di negerinya. Tapi sekarang justru ia berbalik arah dan mengejutkan dunia.
Bagaimana sampai dirinya berbalik menjadi mualaf?
Ia berkata, “Karena rasa penasaran saja terhadap Islam.”
Penasaran yang bagaimana?
“Iya, kurangnya apa kami memerangi Islam, menghambat, memfitnah, memusuhi dgn berbagai cara sampai menutup segala akses agar Islam tidak berkembang bahkan enyah dari negeri kami. Tapi apa yang terjadi justru Islam semakin melenggang, melesat jauh hingga menohok kami. Itulah yg membuat kami penasaran, ada apa di balik Islam itu, ada magic apa di dalamnya?”
Anda penasaran?
“Yah, mencari tahu tentang Islam. Saya benar benar berniat ingin mengetahui ajarannya lebih dalam tentang Islam. Karena selama ini saya hanya tahu tentang Islam dari perkataan orang orang yg membencinya. Saya sengaja beli terjemahan Alquran, hadits dan buku buku referensi Islam. Tanpa meninggalkan aktivitasku, saya mulai membaca dengan teliti, mengkaji satu per satu”.
Waktu itu bagaimanakah sikap teman teman?
Mengkhawatirkan anda?
“Tidak, mereka tahunya saya hanya baca referensi Islam, tidak sampai berpikir bahwa nantinya saya akan mendapat hidayah. Karena di dunia kami pada umumnya kami mengkaji sebuah pemikiran atau suatu paham tanpa harus mempercayai dan mengikutinya. Bahkan, tidak sedikit orang yg mempelajari Islam untuk kemudian menyerangnya. Nah di situlah saya justru bukannya menyerang tapi malah ikut terhanyut”.
Butuh berapa lama Anda mendalami Islam?
“Hampir setahun saya harus mengkaji Alquran, sunnah, dan sejumlah referensi Islam lainnya. Beberapa bulan mempelajari, saya semakin penasaran. Saya kaget, ternyata isinya kok begini? Bener nih? Ah, tidak mungkin, tidak mungkin Islam mengajarkan seperti ini. Ini mungkin hanya menutup nutupi agar orang tertarik, tidak mungkin sekali. Agar tidak semakin penasaran, akhirnya saya mencari orang yang lebih paham, lalu sering berdialog untuk mengetahui lebih jauh tentang Islam. Dia adalah Abu Khaulani, rekanku yang menjabat di dewan kota Den Haag. Dia juga yang nantinya menghubungkanku dengan masjid As Sunnah”.
Apa yang membuat anda terheran heran hingga mencari seorang yang tahu tentang Islam?
“Meskipun waktu itu saya memiliki fondasi kristen yang sangat kuat, tapi jujur saja semakin mempelajari semakin dalam saya merasakan Islam semakin spesial. Ajaran ajaran yang selama ini digembar gemborkan fanatik, menindas wanita, teroris, kejam, biadab, tidak toleran, membabi buta memusuhi barat justru tidak saya temukan. Justru yang saya temukan dalam Islam adalah agama yang sangat toleran, penuh perdamaian, sangat menghormati bahkan mengangkat derajat kaum perempuan. Penuh dengan keindahan. Awalnya saya tidak percaya, saya tidak mau menerima fakta itu, saya ingin buang pengaruh pengaruh yang meracuni pikiranku. Tapi, hati ini tidak bisa menolak. Akalku tidak bisa dibohongi. Saya teriak tidaaaaakkk!!!, tapi hati dengan kuat mengatakan iyaaa!!!”
Anda tetap bersikeras menolak?
“Sebenarnya iya, maunya menolak. Tapi saya kalah dengan hati nurani, hingga pada suatu saat saya benar benar mengaku kalah, tunduk , menangis dan bersujud kepada Rabb Yang Maha Agung telah yang telah menuntun saya kepada jalan yang benar. Ketika di tengah malam tiba tiba saya terbangun seperti mau mati saja, saya gelisah, ada dilema, ingin berteriak meminta tolong, tetapi kepada siapa? Saya ingat ucapan Abu Khaulani, mintalah kepada Rabbmu yang menghidupkanmu, yang memberimu nafas, yang mematikanmu. Saya coba memohon, Ya Allah tolong tunjukkan saya harus bagaimana. Tak menunggu lama, sesaat setelah aku berhenti meratap hatiku pelan pelan tenang, berbinar dan lega. Saya merasa sangat kecil di hadapanNya. Apalagi kalau ingat dengan film saya, saya menangis, menangis terus memohon ampunan.”
DICAP PENGKHIANAT
Ketika keimanan perlahan lahan mulai mapan, terbentuk suatu perubahan hidup sudah berada di puncak “pertarungan batin”, van Doorn semakin sadar bahwa hidayah tersebut benar benar menghampirinya. Di saat itulah ia langsung mengajak Abu Khaulani ke Masjid As Sunnah. Dengan ikhlas dan hati yang mantap, orang yg pernah menghina Islam ini mengikrarkan dua kalimat syahadat di depan Ulama setempat. Saat itu juga, orang yang sebelumnya memusuhi, memfitnah, bahkan merusak citra Islam dan RasulNya berubah menjadi saudara bagi sekitar 1,9 milyar umat Islam.
“Sejak itu saya dicap sebagai pengkhianat oleh teman temanku dulu. Saya dikeluarkan dari komunitas, bahkan partai. Tapi semua itu tidak menyurutkanku sebagai seorang Muslim dan belajar lebih tentang Islam. Apalagi setelah saya seperti ditampar ketika menunaikan ibadah haji. Waktu itu saya duduk bersimpuh di depan makam orang yang pernah saya jelek jelekkan, yaitu makam Nabi Muhammad Shallallahu alayhi wasallam. Di situlah timbul penyesalan yang amat dalam karena merasa berlumuran dosa. Bahkan saya rela mati di depan makam Nabi shallallahu alayhi wasallam tersebut sambil menangis tersedu sedu”.
Apa rencana jangka pendek anda setelah menjadi Muslim?
“Saya harus bertanggung jawab atas film Fitna. Selanjutnya setelah menunaikan ibadah haji, dalam waktu dekat ini saya akan membuat film yang sangat fantastis. Dalam film tersebut saya akan memaparkan semua keindahan yang ada dalam Islam ini. Saya rela hidup saya kupersembahkan untuk melayani atau menyebarkan agama Islam ke seluruh dunia agar semua orang tahu bahwa Islam itu indah, tidak seperti apa yang ada di pikiran pembencinya”.
Disalin dari majalah Furqon edisi 138 Th XIV/Mei 2016.
@Gafy Abdullah
Sumber : Ngelmu.co