Ketegangan Turki-Belanda Picu Reaksi Internasional
10Berita, Ankara – Ketegangan antara Turki dan Belanda yang berawal dari pelarangan masuk terhadap sejumlah menteri Turki telah memicu reaksi pejabat-pejabat tinggi di seluruh dunia.
Thorbjorn Jagland, Sekretaris Jenderal Dewan Eropa, mengatakan ketegangan antara Turki dan beberapa negara Eropa telah merusak diplomasi dan demokrasi.
“Kita tidak boleh membiarkan hal itu berkembang semakin jauh,” kata Jagland. Ia menambahkan bahwa seluruh warga negara Turki harus diberi kesempatan yang besar untuk memperoleh informasi terkait dengan kampanye referendum.
Pada hari Sabtu (11/03) pemerintah Belanda diketahui membatalkan penerbangan atau ijin masuk Menteri Luar Negeri Turki yang akan melawat ke Belanda, kemudian disusul dengan penghadangan rombongan yang membawa Menteri Urusan Keluarga Turki yang sedang menuju Kantor Konsulat Turki di Rotterdam.
Tindakan sepihak pemerintah Belanda itu kemudian menyebabkan aksi protes warga negara termasuk perkumpulan pelajar/mahasiswa Turki di luar kantor Konsulat di Rotterdam. Polisi dilaporkan menggunakan anjing penjaga dan senjata tumpul berupa tongkat untuk membubarkan aksi demonstrasi damai tersebut yang dilakukan untuk mendukung Menteri Keluarga Fatma Betul Sayan Kaya. Fatma akhirnya dipaksa meninggalkan area Konsulat dengan pengawalan polisi.
“Seluruh kegiatan perkumpulan massa dan kampanye politik yang dilakukan di negara-negara anggota Dewan Eropa harus disikapi sesuai dengan perundang-undangan nasional dan Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia”, katanya.
Di tempat lain, dalam satu pernyataannya pada hari Ahad (12/03) kemarin, Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Marc Ayrault mengatakan, “Menghadapi ketegangan yang saat ini terjadi antara Turki dan sejumlah negara anggota Uni Eropa, Perancis menyerukan dilakukannya upaya untuk meredakan.”
Di samping itu Ayrault menambahkan, “Kami juga menyerukan kepada pemerintah Turki untuk menghindari berbagai ekses dan provokasi … Dalam situasi seperti ini diperlukan sikap yang bertanggung jawab dan menghindari berbagai polemik yang tidak perlu”.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Azerbaijan, Hikmet Haciyev, memberikan reaksinya atas sikap Belanda terhadap menteri-menteri Turki.
Dalam pernyataan tertulisnya, Haciyev menggambarkan perlakuan pemerintah Belanda kepada sejumlah menteri Turki sebagai sesuatu yang “kontradiktif” dan “penuh prasangka”.
“Apa yang telah mereka lakukan terhadap pejabat-pejabat pemerintah Turki, menghalang-halangi pertemuan dan kebebasan demonstrasi warga negara Turki di Belanda, termasuk menggunakan kekuatan untuk membubarkan mereka merupakan perbuatan yang kontradiktif dan tidak-fair”, kata Haciyev.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson mengatakan ketegangan antara Turki dan Belanda sangat disesalkan dan harus segera diakhiri secepat mungkin.
Saat berbicara di sebuah acara politik di akhir pekan melalui saluran televisi ITV, Johnson mengatakan, “Saya kira ini sangat disesalkan. Menteri Luar Negeri Perancis Jean Marc Ayrault mengatakan dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Turki yang diadakan di kota Metz membahas soal kebebasan berkumpul/berserikat”.
Pemerintah Belanda mengklaim membatalkan ijin terbang Menlu Mevlut Cavusoglu karena untuk alasan “keamanan” dan “keselamatan publik”.
Reporter: Yasin Muslim
Sumber: World Bulletin
Sumber: kiblat.net