OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Sabtu, 08 April 2017

Bagai Menelan Ludahnya Sendiri, Begini Sikap Trump Hadapi Perang Suriah

Bagai Menelan Ludahnya Sendiri, Begini Sikap Trump Hadapi Perang Suriah

10Berita-Washington DC — Dua hari berselang setelah serangan gas beracun yang diduga dilakukan Presiden Suriah Bashar al-Assad, Trump langsung memerintahkan angkatan bersenjata Amerika Serikat (AS) untuk menggelar serangan, yakni meluncurkan rudal ke pangkalan militer Suriah, sekaligus menghancurkan kekuatan udara tentara Assad di Homs.

Perintah serangan itu disebut-sebut sebagai yang pertama kali dilakukan AS. Pada pemerintahan sebelumnya, Barack Obama memilih untuk tidak terlibat langsung dalam konflik yang berlangsung selama enam tahun itu.

Padahal, saat itu para pasukan loyalis Assad juga dituding melakukan serangan gas beracun yang ditujukan bagi rakyat sipil Suriah. Namun atas pertimbangan tertentu, Obama enggan melakukan tindakan yang kini dilakukan oleh Trump.

Tentu saja, Assad adalah pihak yang harus disalahkan dalam serangan gas tersebut. Apalagi, kimia yang dimaksud mengandung racun perusak saraf, nerve agent atau agen saraf.

Dalam pernyataan Trump yang dia sampaikan pada Rabu (5/4) malam, tepat setelah makan malam kenegaraan bersama Presiden China Xi Jinping, Trump mengaku pikirannya berubah total setelah melihat foto-foto korban serangan gas tersebut, di mana salah seorang bocah sangat menderita.

Setelah bertemu secara langsung dengan para penasihat militer dan kebijakan luar negeri di Florida, tidak butuh waktu lama baginya untuk memerintahkan serangan langsung tersebut.

Plintat Plintut
Tindakan ini sangat berlawanan dengan sikapnya saat Obama masih menjabat sebagai presiden. Dia menyatakan akan menentang kebijakan politikus Partai Demokrat tersebut jika nekat menyerang Suriah. Hal itu perah diungkapkannya dalam akun Twitter miliknya.

“Presiden harus mendapatkan persetujuan Kongres sebelum menyerang Suriah, kesalahan besar jika dia tidak melakukannya,” tulis Trump pada 31 Agustus 2013 lalu.

Pada kenyataannya, setelah menjabat sebagai seorang presiden, Trump justru memberikan pernyataan apapun apakah sudah meminta persetujuan Kongres atau belum. Meski demikian, para politikus dari Partai Republik dan Demokrat membela keputusannya itu, termasuk upaya mendongkel Assad dari kekuasaannya.

Selang beberapa hari kemudian, Trump memberikan pernyataan lagi. Dia memilih menyerang Suriah secara mengejutkan dengan aksi militer yang nyata, serta tidak akan mengumumkan rencana yang bakal dilakukannya. Ketika Obama menimbang dan memilih menjauh, Trump langsung menyerangnya.

“Kenapa kita selalu menyiarkan kapan kita akan menyerang Suriah. Kenapa kita tidak diam-diam dan, jika menyerangnya sekaligus, lakukan dengan kejutan?” tegas Trump dalam cuitannya pada 29 Agustus 2013.

Namun, selang satu minggu berikutnya, dia menuduh Obama sebagai pemimpin yang tidak becus karena terlibat dalam perang di Suriah. Saat itu Trump meyakini AS tidak akan mendapatkan hasil apapun.

“Lagi, untuk pemimpin tidak becus kami, jangan serang Suriah – jika anda mendengar hal-hal buruk yang akan terjadi dan dari pertempuran itu AS tidak mendapat apapun,” cuit Trump pada 5 September 2013.

Hal yang sama kembali diucapkan dua hari setelahnya. “Presiden Obama, jangan serang Suriah. Di sana tidak ada sisi atas maupun sangat di bawah. Simpan ‘bubuk mesiu’ anda untuk hari lain!” cuitnya pada 7 September 2013.

“Jika kita akan melanjutkan untuk menjadi bodoh dan pergi ke Suriah (lihat Rusia), sebagaimana mereka lihat dalam film, TEMBAK DULU DAN BICARA NANTI!” cuitnya pada 29 Agustus 2013.

“Biarkan Liga Arab mengambil alih Suriah. Kenapa negara Arab kaya itu tidak membayar kita untuk biaya besar atas serangan itu?” tulisnya lagi pada hari yang sama.

Alhasil, tidak ada bedanya kini, apa yang Trump tahu dan dia ketahui kemudian. Sang presiden telah mendapatkan semua informasi Amerika Serikat tentang perang sipil Suriah, sesuatu yang tidak dia miliki sebagai warga negara khusus dengan akun Twitternya.

Selama masa kampanye lalu, Trump sendiri berkali-kali menyatakan keengganannya untuk masuk dalam konflik Suriah, seperti yang dimaksud dalam slogannya “Amerika yang pertama”. Namun kini, Trump bagai menelan ludahnya sendiri. [tyo]

Sumber: merdeka, ummat pos