Ini Prestasi Umat Islam dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan
10Berita, JAKARTA -- Tim FSTC menyatakan ilmuwan Muslim justru melakukan perbaikan dan koreksi terhadap konsep yang diusung para pemikir Yunani kuno. Al-Biruni, sang astronom, contohnya, kurang sependapat dengan Ptolomeus dan Hipparchus.
Terutama terkait dengan pergerakan matahari. Al-Biruni lalu mengajukan perhitungan yang lebih akurat. Tak jarang, Muslim membangun inovasi keilmuan dengan kalangan non-Muslim. Di pusat pusat kota, seperti Ruha, al-Hirah, Jundishapur, dan Harran, banyak dokter dan sarjana Kristen serta Yahudi.
Mereka berada di kota-kota Muslim karena menyelamatkan diri dari penganiayaan gereja. Mereka diminta mentransfer ilmu, menerjemahkan buku dan catatan mereka ke dalam bahasa Arab. Kehadiran berbagai komunitas agama yang berbeda, terutama di Spanyol, terkadang diperbandingkan dengan masyarakat Eropa sekarang.
Dalam Atlas Budaya Menjelajah Khazanah Peradaban Gemilang, Ismail Faruqi dan Lois Lamya al-Faruqi menyebutkan, prestasi pertama umat Islam adalah pengkajian dan peninjauan umum warisan karya kuno klasik dan tulisan ilmiah Persia dan Hindu. Karya klasik ini diteliti dan dibuktikan.
Pada tahap selanjutnya, disistematisasi setelah diterjemahkan. Tak hanya itu, Muslim juga memberikan kategori baru yang sesuai prinsip umum agama dan budaya Islam. Di ranah matematika, sejarah mencatat nama al-Khawarizmi dengan rumus logaritmanya. Ini menambah panjang daftar capaian konsep hitung menghitung ilmuwan Muslim.
Tabung tes serta peralatan bedah yang pertama, juga hasil kreasi umat Islam. Bidang medis dan farmasi mencatat hasil kreasi dan inovasi umat Muslim yang cukup banyak. Bermula ketika para dokter Muslim mengembangkan ilmu farmakologi. Dari situ, terbangunlah cabang ilmu botani, kimia, fisiologi, hingga ilmu bedah.
Rumah sakit Islam awal di Kota Baghdad yang dibangun Walid ibnu Abdul Malik, khalifah Umayyah pada 706 Masehi, sudah mengembangkan serangkaian inovasi dalam perawatan pasien. Misalnya, ambulans rumah sakit dengan model karavan, ruang operasi, isolasi, terapi obat, dan lainnya.
Muslim menjadi yang pertama menggunakan teknik anestesi (obat bius) dalam pembedahan. Mereka menjadi perintis membakar luka dalam pembedahan dan menghentikan pendarahan dengan es atau air dingin. Khalaf Abul Qasim al-Zahrawi, ahli bedah terkemuka, menciptakan alat-alat bedah dan memaparkan cara penggunaannya.
Tak terhenti sampai di situ, al-Zahrawi dikenal pula sebagai penemu metode menghancurkan atau mengeluarkan batu dalam ginjal atau kandung kemih. Ibnu Sina kemudian melakukan operasi pembedahan untuk pengobatan jaringan kanker. Berbagai inovasi dari al-Razi menjadi panduan dalam praktik kedokteran.
Salah satu kontribusi besarnya, al-Razi berhasil mengidentifikasi dan menggambarkan campak ataupun cacar. Bukunya yang mengulas kedua jenis penyakit ini sangat berpengaruh sampai abad ke-19. Di sisi lain, bidang astronomi menghadirkan beberapa peralatan pengamatan bintang dan benda langit yang sangat mengagumkan.
Sumber: Republika