OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 09 April 2017

KONTROVERSI LALU RALAT: Setelah Sebut Politik-Agama Dipisah, Kini Jokowi Bilang Keduanya Harus Disambung

KONTROVERSI LALU RALAT: Setelah Sebut Politik-Agama Dipisah, Kini Jokowi Bilang Keduanya Harus Disambung


10Berita-Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya mengklarifikasi pernyataannya terkait Politik dan Agama harus dipisah.

Sekadar mengingatkan, pada 24 Maret 2017 saat Jokowi meresmikan Tugu Titik Nol Peradaban Islam Nusantara di Kecamatan Barus, Tapanuli Tengah, Sumut, dia sempat mengimbau untuk tidak mencampuradukkan antara politik dan agama.

Jokowi: Politik dan Agama Harus Dipisah Betul
https://news.detik.com/berita/d-3456602/jokowi-politik-dan-agama-harus-dipisah-betul

Namun, kali ini di Pondok Pesantren Singo Ludiro, Presiden Jokowi menjelaskan bahwa yang ia maksudkan adalah agar politik dan agama disambungkan dalam konteks yang benar, bukan dipisahkan sama sekali.

"Jadi memang politik dan agama harus disambungkan dalam konteks yang benar," kata Presiden Jokowi saat meresmikan Masjid dan Gedung Singo Ludiro di Sukoharjo, Sabtu (8/4/2017).

"Kalau kebijakan dilandasi spiritualitas, moralitas, nilai-nilai pengabdian dan nilai-nilai lain yang diajarkan agama Islam ya itulah sambungnya politik dan agama," imbuh Jokowi.

"Beberapa minggu lalu saya menyampaikan, saya memperingatkan saat itu bahwa jangan mencampuradukkan antara politik dan agama. Apa maksudnya? Peringatan itu konteksnya adalah dalam rangka persatuan negara kita. Sekali lagi dalam rangka persatuan negara kita. Jangan sampai agama dipolitisasi menjadi sebuah komoditas," ungkap Presiden.

Apa yang dimaksudkannya, bukan berarti memisahkan nilai-nilai agama dalam politik. "Agama sangat penting dalam berpolitik. Misalnya, kita ingin membuat kebijakan, kalau tanpa dilandasi nilai agama, moralitas, kejujuran, pengabdian pada rakyat bangsa negara pasti luput kebijakan itu. Jadi memang poltik dan agama harus disambung dalam konteks yang benar," tegasnya. (Sindonews)

Pernyataan Presiden Joko Widodo terkait pemisahan antara politik dan agama sempat menuai kontroversi terutama dari tokoh-tokoh umat Islam.

Diantaranya:

(1) Beda dengan Jokowi, Ketua MUI Sebut Agama & Politik tak Terpisahkan

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin punya pandangan berbeda dari Presiden Joko Widodo terkait politik dan agama. Menurutnya, politik tidak bisa dilepaskan dari kehidupan beragama. Dalam pandangannya, politik dan agama seharusnya bisa saling menopang agar kehidupan berbangsa menjadi kuat.

"Agama dan politik itu kan saling mempengaruhi, kehidupan politik kebangsaan itu juga harus memperoleh pembenaran dari agama, kalau enggak ya bagaimana?," kata Ma'ruf, di Hotel Crowne Plaza, Jakarta Pusat, Senin (27/3).

https://www.merdeka.com/politik/beda-dengan-jokowi-ketua-mui-sebut-agama-politik-tak-terpisahkan.html

(2) Pakar Hukum Tata Negara Prof. Yusril menilai pernyataan Presiden Jokowi tak memiliki pijakan

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/17/03/29/onl08s377-agama-pisah-dari-politik-yusril-pernyataan-presiden-jokowi-tak-punya-pijakan

(3) Pengamat: Pisahkan Politik dan Agama, Jokowi Dinilai Ingin RI Jadi Sekuler

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dinilai menginginkan Indonesia menjadi negara sekuler yang menganut pemisahan antara negara dan agama.

Pendapat itu disampaikan ‎pengamat politik dari Universitas Jayabaya Igor Dirgantara, menanggapi imbauan Presiden Jokowi agar semua pihak memisahkan persoalan politik dan agama.

https://nasional.sindonews.com/read/1192229/12/pisahkan-politik-dan-agama-jokowi-dinilai-ingin-ri-jadi-sekuler-1490699307

DAN MASIH BANYAK LAGI.

Syukurlah kalau sekarang Presiden Jokowi meralat ucapannya yang sudah membuat kontroversi.

Jangan sampai I Don't Think What I Said

Seperti dulu: I Don't Read What I Sign

Sumber: Portal Islam