OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Kamis, 20 April 2017

Mengawal Kemenangan

Mengawal Kemenangan

(1)

Umat Islam Indonesia patut diacungi jempol. Melawan kezhaliman tidak harus meledakkan bom, apalagi bom panci atau petasan yang oleh Polri disebut TNT (he he..). Merubah nasib, dengan menguatkan niat dan tekad (Ar-Ra'du: 11). Caranya: di arena pencoblosan.

(2)
Jelas, perbedaan 10 %, ibarat tinju, umat Islam menang TKO. Lawannya si Ahox dan 9 naga, muncrat berdarah-darah dan tak mampu bangun lagi. Ibu Megawati pingsan. Bapak Jokowi  memegang dahi. Mr. Tito setengah ragu, antara lempar handuk putih atau melanjutkan skenario.

(3)
9 naga alias si China bopeng, baru ngerti betapa rakyat Muslim Indonesia dulu lebih berdarah-darah lagi mengusir penjajah dari bumi Indonesia. Aksi 411, 212 adalah tandingannya. Berapa triliyun dana yang dikeluarkan umat Islam, demi hadirnya seorang gubernur Muslim di Jakarta? Fantastis bukan?

(4)
Ulama pewaris Nabi adalah racun. Lain halnya dengan ulama suu, yang hanya pakaiannya saja mirip ulama. Ulama semisal Habieb Riziq Syihab, KH. Makruf Amien, KH. Nonop dari Ciamis, Ust. Arifin Ilham, mereka dari awal tak kenal lelah menjadi pengawal perjuangan Muslim Jakarta. Jangan lupakan Buniyani.

(5)
Ditangkapi. Dikriminalisasi. Ditakut-takuti dengan pasukan Brimob, Marinir, Paskhas, Kopassus, umat Islam kokoh. Disergap dari segala penjuru, mirip firman Allah surat Ali Imran: 173. Umat menanggapinya, semua hanya hembusan setan-setan berseragam (Ali Imran: 174).

(6)
Oleh karena itu, sepatutnya Anies Sandi dan parpol pengusung (PKS-Gerindra) sigap membaca pesan umat Islam. Mereka merindukan sosok gubernur bertauhid dan memiliki kepedulian dalam memajukan agama Allah di bumi Jakarta. Tak lupa, menyiapkan gerbang mu'allaf bagi Muslim ijo loyo-loyo.

(7)
Di implementasi perjuangan, biasa mulai menemukan kendala. Kalangan oportunis alias para penyamun, sudah ikut bersorak-sorai secepat hasil QC diumumkan. Prinsip mereka, siapapun gubernurnya, proyeknya tetap kami urus. Apapun misi visi gubernurnya, kucuran fulus tetap kami urus.

(8)
Mulai cekcok terjadi. Klaim mengklaim paling berjasa dimulai. Misalnya, sudah ada upaya menepikan peran Parpol terutama PKS. Padahal, kader-kader PKS paling bersungguh-sungguh di semua lini perjuangan. Termasuk ikut serta dalam saweran kegiatan saksi. "Ini kan kemenangan umat, bukan parpol!"

(9)
Dalam kondisi cekcok, biasanya para penyamun menyalip di tikungan. Mereka mencuri kemenangan dengan menghilangkan ruh perjuangan. Merelakan kursi gubernur, tapi tidak menyentuh hal substansial dari kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal substansial itu adalah keadilan dan supremasi hukum.

(10)
Ingat spriti 212 bukan sekedar menyingkirkan Ahox si penista Al-Qur'an, tapi lebih dari itu, 212 disepakati umat sebagai momentum kebangkitan ekonomi dan menyingkirkan hegemoni Aseng-Asing di Indonesia. Sekaligus membidik arogansi Polri dan kejagung yang tidak lagi menjadi pelayan hukum dan negara.

(11)
Ketua Pembina PUI, Nurhasan Zaidi menegaskan, "Jika Anies-Sandi menang, tugas kita makin berat! Sebab, hakikatnya jabatan adalah amanah!" Ya. Tugas kita terus mengawal Anies-Sandi, supaya tidak bernasib seperti Ridwan Kamil. Di awal dipuja-puji, setelah besar menggigit jantung dan hati.

Oleh: Nandang Burhanuddin

Sumber: Medsos


Related Posts: