OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 19 April 2017

Penyerangan di Kramat Lontar, Begini Kronologi Versi Ketua FPI

Penyerangan di Kramat Lontar, Begini Kronologi Versi Ketua FPI


10Berita-Jakarta – Ketua DPD FPI DKI Jakarta, Buya Abdul Majid mengungkapkan kericuhan yang terjadi di kawasan Kramat Lontar, Senen, Jakarta Pusat, yang diduga dilakukan oleh preman yang mengatasnamakan Banser.

Menurut Abdul Majid, kejadian bermula saat sejumlah orang mendatangi kawasan Kramat Lontar pada Senin (18/04) dini hari, sekira pukul 01.00 WIB. Saat itu dia baru saja  pulang dari menghadiri acara pengajian di Poltangen, Pasar Minggu.

Dia menjelaskan dari informasi yang disampaikan warga, mereka yang datang saat itu sebagian memakai baju bertuliskan Banser. Jumlah mereka sekira 50 orang, tetapi warga tak mengenali wajah mereka.

Tiba-tiba sebagian orang yang datang itu melakukan pemukuln terhadap warga yang tengah minum kopi dan berbincang-bincang. Akibatnya tiga orang terluka dalam serangan yang dilakukan segerombolan orang tak dikenal itu.

“Dipukuli, dan terdengar ada dialek-dialek Ambon dan berseragam Banser.  Korban ada 3 orang warga,” ungkap Majid.

Menurut pengakuan warga, para pelaku penyerangan membawa senjata tajam. Setelah sempat menanyakan rumah Ahmad Majid, mereka segera bergerak ke alamat yang dituju.

Informasi kedatangan puluhan orang tak dikenal itu sampai kepada murid-murid Buya Abdul Majid. Menurut Abdul Majid, mereka segera menghadang kedatangan gerombolan itu.

“Lalu mereka dihadang oleh murid-murid saya, karena kalah jumlah akhirnya mereka mundur,” ungkapnya.

Perlu diketahui, sebelum terjadi penyerangan tersebut warga Kramat Lontar memprotes pelaksanaan pengajian yang diduga menjadi sarana kampanye di masa tenang. Acara yang dilaksanakan d rumah seseorang bernama Ita itu menghadirkan Calon Wakil Gubernur Djarot Saiful Hidayat. “Karena tidak ada izin RT dan RW, serta juga tidak ada pemberitahuan untuk masyarakat,” ujar Abdul Majid.

“Bukan dipermasalahkan pengajianya, tapi ada indikasi pembagian sembako yang intinya money politic,” imbuhnya.

Abdul Majid menambahkan dugaan tersebut terbukti setelah acara selesai. Peserta pengajian pulang dengan membawa bingkisan. Seorang ibu yang ikut dalam acara itu mengaku berasal dari Cakung, Jakarta Timur. “Kalau pengajian kok warga sekitar tidak diundang,” ujarnya.

Reporter: Furqon Amrullah
Editor: Imam S.

Sumber: Kiblat.net


Related Posts: