OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 12 April 2017

Prof Dr Bahtiar Effendi: DIALOG SETENGAH HATI SETENGAH JIWA JOKOWI dengan ULAMA

Prof Dr Bahtiar Effendi: DIALOG SETENGAH HATI SETENGAH JIWA JOKOWI dengan ULAMA  


 (Catatan pribadi agus maksum :  fakta di balik berita dialog ulama dengan Presiden Jokowi 4 April 2017)
Selasa 4 April 2017 di berbagai media nasional di beritakan ada Dialog Ulama dan Umaro’ di Istana Negara.
Di tengah hubungan ummat islam dengan pemerintah yang memanas akhir-akhir ini akibat ulah gubernur Ahok  hingga menimbulkan aksi besar yang tercatat sebagai aksi terbesar ummat islam  sepanjang sejarah pergerakan di Indonesia,  tiba-tiba ada dialog Ulama dengan Jokowi,  namun dialog tidak  menyinggung persoalan pokok yang tengah menjadi  gejolak dan keresahan ummat  lslam, serta Ulama yang hadir tidak  terlihat satupun tokoh yang mewakili aksi bela Islam seperti Habib Rizieq, Ustadz Bachtiar Nasir, Ust Arifin Ilham, Aa Gym, KH Muhammad Maksum dll
Hasil dialog sebagaimana di beritakan berbagai media nasional  tidak ada pembahasan menyangkut kasus yang berkaitan dengan Gubernur DKI yang membuat resah masyarakat seluruh negeri.
Sebenarnya ada fakta di balik berita yang tidak terungkap kepada publik yang menggambarkan situasi hubungan Ulama dengan Jokowi hingga  terjadinya dialog yang hambar tersebut.
Catatan Pribadi  Agus Maksum seorang aktivis di surabaya ini mengungkap cerita di balik fakta dialog setengah hati Jokowi tersebut :
Mendadak kemarin ( 3 April 2017) jam 16. saya di telepon Kyai Muhammad Maksum Al Bondowosowi, Nak tolong segera merapat ke rumah saya secepatnya (Rumah Sidoarjo),  Inggih Kyai ada apa? Apa Kyai sudah sehat ?
Beliau Menjawab : Begini besok Siang jam 12 saya di ajak makan siang Pak Jokowi di Istana, tolong berikan pertimbangan pada saya, kita perlu datang apa tidak,  saya perlu pertimbangan dari anak-anak muda, tolong hubungi kawan-kawan muda yang lain dan kita rapatkan di rumah saya, nanti  jam 20an  harus sudah kita putuskan,  kita penuhi undangan Pak Jokowi apa tidak. Baik Kyai segera saya menuju Rumah Kyai !
Segera saya kontak Cak Hakim (alumni Gontor), Yoga Alumni ITS, Fathur Rozy PPI (AQL Jatim) &. Zubaid ( alumni Al Amin Prinduan Madura).
Saya mampir dulu ke rumah mertua untuk mandi (awak kecut kabeh gak bawa ganti pisan, seharian mulai pagi sudah gerilya cari sesuap nasi).
Sesampai di rumah Kyai, ternyata saya orang yang pertama sampai, beliau sudah menunggu di meja sambil memperhatikan secarik kertas berisi list nama-nama.
Sekilas saya perhatikan beliau stabilo beberapa nama,  sambil menjelaskan  nama-nama yang di stabilo adalah nama-nama yang beliau  usulkan untuk bertemu dengan Jokowi dan yang tidak di stabilo ini pihak istana yang memasukkan.
Sekilas saya perhatikan tidak ada nama Habib Rizieq dan Ustadz Bachtiar Nasir.
Dari situ  sebenarnya saya sudah tahu keputusan apa yang akan beliau ambil, saya yakin Kyai Maksum hanya minta penguatan dari kami yang di minta rapat atas keputusan beliau.
Saya flashback sejenak asal muasal undangan ini. Jauh-jauh hari desember 2016 pasca aksi 212,  Kiai Muhammad Maksum  di datangi Seseorang yang mengaku staff khusus Presiden bernama RS , beliau menyampaikan niat Presiden untuk berdialog dengan ulama dan meminta Kyai Muhammad Maksum untuk mengumpulkan 30 ulama khos.
Kyai Maksum menyanggupi dengan syarat di antara 30 nama tsb harus ada Habib Rizieq dan Ustadz Bachtiar Nasir, kalau presiden tidak bersedia menerima  dua nama tersebut maka tidak perlu ada dialog Ulama dengan Jokowi.
Kyai Maksum khawatir ada upaya Pihak  istana yang ingin mengucilkan dan mengecilkan dua nama tsb yang merupakan tokoh kunci gerakan bela islam.
Waktu berjalan dan kasus ahok semakin berlarut tanpa ada kejelasan hukuman bahkan istana-istana terang-terangan memproteksi ahok dengan tidak menahannya walau preseden hukum untuk kasus penistaan agama selalu di tahan sambil proses hukum dan persidangan, juga kriminalisasi terhadap ulama penggerak aksi bela islam makin  menjadi-jadi dan semakin terang-terangan.
Selanjutnya Kyai Maksum bersama ulama lainnya seperti Gus Sholah, Prof. Didin, Ustadz Yunus dan Habib Muchsin ( Ketua dewan Pembina FPI), Ust Ahmad Parlaungan mencari jalan mendialogkan masalah tersebut pada Menko Polhukam supaya situasi seperti di atas jangan di terus-teruskan.
Pada tanggal 2 Februari 2017, Kiai Maksum, Gus Sholah, Prof. Didin, Habib Muchsin, Ust. Yunus, dan Ust Ahmad Parlaungan bertemu dengan Menkopolhukam dan menyampaikan berbagai keresahan dan tuntutan untuk segeral ada penyelesaian.
Menko Polhukam merasa aspirasi tersebut tidak bisa bilau jawab dan selanjutnya beliau akan mengatur supaya para ulama bisa bertemu dengan Presiden.
Singkat cerita, pada tanggal 21 Maret 2017, Kiai Maksum mendapat kabar dari staff khusus RS, bahwa istana bersedia menerima beberapa ulama dengan catatan ada beberapa nama ulama tambahan yang di-request oleh istana. Saat itu Kiai Maksum sebagai pimpinan rombongan mengusulkan 30 nama ulama yang didalamnya termasuk   Habib Rizieq dan Ustadz Bachtiar Nasir (UBN).
Lanjut pada pertemuan di rumah Kyai Maksum 3 April
-Sebelum Kyai melanjutkan pembicaraan saya sampaikan Update terbaru yang saya terima dari tokoh Politik Senior (semalam 2 April saya  cangkruan di Hotel Luminor Surabaya  sampai jam 23 malam bahas situasi politik nasional yang makin gawat )
-Saya sampaikan begini: Pak Kyai ini update terbaru, Pak Tri Sutrisno baru saja menemui Jokowi beliau minta supaya Jokowi men-drop nama ahok dari pencalonan Gub DKI, Jokowi memberikan jawaban bahwa beliau tidak punya kewenangan, beliau tidak bisa melakukan ini, karena ini maunya Bu Mega. Selanjutnya Pak Tri Sutrisno mengutus Ian Santoso menemui Bu Mega dengan maksud dan tujuan yang sama, Bu Mega menjawab tidak bisa men-drop nama Ahok, tanpa ada penjelasan alasannya.
Dari situ Kyai  cukup paham bahwa sudah ada upaya dari tokoh sepuh  nasionalis untuk  bergerak melakukan lobby mengatasi situasi nasional yang makin gawat dan nampaknya sudah jelas petanya, Jokowi berada di bawah kendali Mega dalam hal ihwal Ahok ini (Jokowi tidak bisa berbuat apa-apa).
-Sekitar jam 18 an datang Cak Hakim dan Yoga bergabung.
-Kyai Maksum Menjelaskan  bahwa dari sekian nama yang beliau usulkan ada 22 nama yang di coret istana termasuk Habib Rizieq dan Ustadz Bachtiar Nasir serta ada 7 nama yang di masukkan oleh pihak istana yang kami semua tahu kyai-kyai tersebut tidak segaris dengan aksi bela islam bahkan cenderung membela ahok
-Kyai melanjutkan bahwa beliau sudah menelpon Gus Sholah menyampaikan sikap beliau bahwa sebaiknya tidak perlu datang, nampaknya Gus Sholah sepakat juga, selanjutnya beliau kontak Habib Rizieq nampaknya hp off akhirnya beliau kontak ketua dewan pembina FPI Habib Mukhsin Al Athos, minta supaya Habib saja yang datang ke istana dan Kyai Maksum akan mengirimkan second layer nya sambil menyebutkan nama saya untuk mendampingi Habib Mukhsin, syukurlah nampaknya Habib Mukhsin juga menolak untuk datang kalau Habib Rizieq dan Ustadz Bachtiar Nasir ( UBN ) tidak masuk rombongan.
-Lanjut Jam 19 an datang bergabung dalam rapat Pak Choirul Hidayat, Pak Syaiful Bakir, Mas Zubaidi dan Fathur Rozy (AQL Indonesia).
-Fathur mencoba menghubungkan Kiai Maksum dengan UBN. Dan alhamdulillah  tersambung. Berbeda dengan yang lainnya, UBN justru menyarankan untuk tetap menghadiri undangan tersebut karena menurut  UBN mendapat bocoran bahwa nanti akan ada pertemuan lanjutan  antara Presiden dengan Ulama yang bisa jadi para punggawa GNPF MUI  akan masuk dalam  pertemuan tersebut.
-Beliau terima kontak dari Ust Ahmad Parlaungan Tanjung intinya istana  kontak ke Ust Parlaungan minta segera ada kepastian, Kyai Maksum tegaskan tidak bisa cepat-cepat begitu, kyai kok di dadak-dadak kayak mentri yang posisinya stand by di jakarta saja, ini kyai-kyai ada yang jaraknya dari bandara bisa  butuh waktu 6 jam misalnya ponorogo, bondowoso, rembang dll.
-Akhirnya Kyai Maksum meminta pendapat final dari kami, pertama beliu  meminta pendapat saya,
-Saya menegaskan dan menguatkan pendapat Kyai Maksum sebaiknya tidak perlu datang alasannya 
1. Nama Habib Rizieq Shihab dan Ustad Bachtiar Nasir sebagai penggerak utama gerakan bela islam di coret. 
2. Memenuhi komitmen Kyai kepada semua kyai bahwa sebelumnya kyai sudah berjanji bila Ustadz Bachtiar Nasir dan Habib Rizieq di coret maka beliau tidak akan melanjutkan rencana pertemuan dengan Jokowi, sebab ini berarti politik belah bambu. 
3.Ketidakhadiran ini merupakan pesan yang jelas dan tegas pada Istana bahwa Ulama/ ummat islam punya sikap yang jelas dan tegas karena nampaknya ketidaksediaan istana menerima Ustadz Bachtiar Nasir dan Habib Rizieq Sihab adalah sinyal kuat istana tidak akan mengakomodir /menerima tuntutan Ummat Islam khususnya dalam konteks Ahok.
-Saya lihat beliau lebih mantaf sikapnya, namun beliau mendengar bahwa istana dalam hal ini Menko Polhukam Wiranto akan  tetap melanjutkan acara dialaog Ulama dengan Jokowi dan akan  mencari dan menghubungi secepatnya nama-nama  Kyai sedapatnya untuk bisa bertemu Jokowi siang jam 12 ( tgl 4 April).
-Kyai punya ide bagaimana kalau kita kirim second layer  untuk ikut dalam pertemuan yang nekad akan di gelar tersebut.
Saya yang sebelumnya sudah beliau sebut sebagai bagian dari nama second layer Saya tetap menyarankan tidak perlu, ini sebagai bagian dari sikap tegas tadi, biar saja kalau istana tetap melanjutkan dengan nama-nama Kyai tertentu, masyarakat juga akan  paham bahwa mereka bukanlah mewakili ummat yang selama ini berjuang melalui aksi aksi bela islam.
-Selanjutnya beliau minta pendapat pada yang lain Cak Hakim, Fathur dan  Zubaid dan Yoga untuk memberikan pertimbangan, Alhamdulillah semua memberikan pertimbangan  yang sama dengan yang saya sampaikan. Semua sepakat tidak perlu datang ke Istana.
– Sore hari 4 April sekitar jam 16 saya baca ada konfrensi pers di istana  tentang hasil pertemuan Ulama dengan Jokowi yang hambar dan tidak ada yang Substansial apalagi menyangkut soal paling krusial ummat islam akhir-akhir ini.
Sidoarjo 5 April 2017
Agus Maksum ( Wakil Ketua Dewan Dakwah Jawa Timur )
Dari fakta ini dapat disimpulkan tiga hal: 1) actor intellectualis semua kegaduhan ini adalah Megawati dan Jokowi; 2) mereka all out mendukung Ahok; 3) para ulama cukup waspada.
Sumber: Bataranews