OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Jumat, 05 Mei 2017

Cerita Peserta Aksi 55: Datang atas Panggilan Hati

Cerita Peserta Aksi 55: Datang atas Panggilan Hati

10Berita, Jakarta – Jarum jam tepat menunjukkan pukul 01.00 WIB, dalam remang lampu masjid Istiqlal, sayup-sayup terdengar lantunan suara Al-Qur’an dari mulut wanita paruh baya. Ibu Rini (52) itu namanya warga Cipondoh, Tangerang. Dia merupakan salah satu peserta Aksi Simpatik 55 yang datang atas panggilan hati. Ia mengaku ingin membela Agama yang dinistakan seorang Basuki Tjahaja Purnama.

Tak hanya datang seorang diri, wanita yang ditemui Kiblat.net di barisan belakang masjid Istiqlal ini, nampaknya turut membawa anak bungsunya, Maulana.Bocah itu nampak tertidur lelap, sembari di dekat kepalanya terlihat sebuah buku pelajaran tentang keislaman. Nampak gurat wajah lelah setelah 3 jam menempuh perjalanan menggunakan sepeda motor bersama ayah dan bundanya.

“Saya datang kesini bersama anak dan suami saya, Yusuf, karena murni motivasi agama saya yang dinistakan, kami sangat ingin Ahok dipenjara maksimal, kalau bisa seumur hidup bahkan,” ungkapnya dengan ekspresi menahan emosi.

Ibu itu melanjutkan ceritanya.  Maulana, anak ketiganya ini sempat meminta izin membawa golok pada aksi kali ini. Karena motivasinya untuk membela agama yang dinista oleh Ahok.

“Mah, aku boleh bawa golok ya,?,” Ujar Rini meniru ucapan anaknya.

“Jangan nak, jangan sekarang,” jawabnya.

Rini mengatakan sudah meminta izin kepada guru SD Negeri tempat Maulana bersekolah, dan diberi izin untuk mengikuti aksi ini.

Selain itu, ia mengaku bahwa ia bersama suaminya setiap ada sidang Ahok selalu mengikuti aksinya. Walau, ia mendapat ujian dengan diberhentikannya suaminya dari pekerjaan sebelumnya.

Yusuf, suami Rini yang saat ditemui kiblat.net sedang membantu FPI mempersiapkan dan mengamankan lokasi sekitar Istiqlal. Ia berprofesi sebagai seorang penjual batu cincin, dipecat karena mengikuti sidang.

Namun, itu tidak membuatnya putus asa maupun kecewa. Karena menurut Yusuf, hal yang seharusnya ada di hati setiap muslim, adalah keyakinan bahwa rezeki hanya ada di tangan Allah, jangan berhenti ikhtiar, dan untuk urusan agama ini, tidak bisa ditawar. “Islam harga mati,” ungkapnya.

Reporter: Muhammad Jundii
Editor: Syafi’i Iskandar

Sumber: Kiblat.net


Related Posts: