Minta Tidak Saing Hujat, Tapi Membiarkan Buzzernya Nyampah Terus di Medsos
10Berita– Presiden Jokowi mengalami anomali dalam berbagai pernyataannya yang dikatakan tidak suka berdebat, menghujat, tetapi di pihak lain tidak bisa menghentikan relawan dan buzzer di sosial media untuk menyerang dan memfitnah lawan politik.
Kesimpulan itu disampaikan pengamat politik Ahmad Yazid kepada intelijen (24/05). “Beberapa kali Presiden Jokowi meminta semua pihak untuk tidak saling hujat. Tetapi pokok persoalannya, relawan yang tidak dibubarkan dan membiarkan buzzernya menyebarkan fitnah,” tegas Yazid.
Menurut Yazid, kegaduhan dan fitnah justru berasal dari kubu Jokowi. “Sekarang ini buzzer-buzzer pro Jokowi sudah mulai fitnah Prabowo, yang dianggap sebagai ancaman potensial di Pilpres 2019,” jelas Yazid.
Kata Yazid, beberapa komisaris BUMN maupun aktivis pro Jokowi membuat gaduh di sosial media. “Lihat saja kelakuan Fadjroel sebagai komisaris Adhi Karya memposting berita-berita yang bikin gaduh. Boni Hargens, komisaris Berita Antara juga sering membuat gaduh di Twitter,” ungkap Yazid.
Terkait hal itu, kata Yazid, seharusnya para komisaris, terutama dari relawan meniru era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. “Era SBY, para pendukungnya yang jadi komisaris, fokus pada pekerjaannya, bukan main Twitter dan memunculkan masalah baru,” pungkas Yazid.
Saat memberikan sambutan dalam Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2016 di Istana Bogor, Presiden Jokowi menegaskan bahwa tujuan utama mendirikan bangsa dan negara Indonesia adalah untuk menyejahterakan rakyat. Bukan justru saling bertikai, menghujat dan berdebat atas sesuatu yang tidak berguna.
“Kita banyak omong dibanding bekerja, banyak debat dibanding bekerja, banyak saling hujat dibanding bekerja, banyak demo-demo yang enggak bermanfaat dibanding bekerja,” tegas Jokowi (23/05).(jk/ito)
Sumber: Eramuslim