OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Jumat, 16 Juni 2017

Rahasia Kenikmatan Yang Kekal

Rahasia Kenikmatan Yang Kekal

Orang-orang yang beriman kepada Allah SWT, Rasulullah SAW, dan hari akhir pasti menyadari dengan sepenuh hati bahwa kenikmatan yang ada di dunia ini hanyalah ibarat  setetes air yang dijatuhkan ke atas permukaan lautan yang sangat luas. Saking kecilnya kenikmatan duniawi dibandingkan dengan kenikmatan ukhrawi, orang-orang yang beriman tidak akan membuang waktunya untuk mengejar dan mendapatkan kenikmatan dunia yang sesaat dan tidak seberapa nilainya itu. Kampung akhirat adalah tempat semua manusia akan kembali dan hal ini sangat dipahami oleh manusia yang mau menggunakan akalnya untuk berpikir.

Allah berfirman kepada kita semua tentang betapa kecilnya kenikmatan duniawi ini dalam Surah Asy Syura ayat 36-37.

Famaa uutiitum min syay iin famataa ‘ul hayatiddunya wamaa ‘indallahi khairuw wa abqaa lilladziina aamanuu wa’alaa robbihim yatawakkaluun. Walladziina yajtanibuuna kabaa iral itsmi wal fawaahisya waidzaa maa ghadibuu hum yaghfiruun.”

Artinya: “Maka sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakkal. Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf.”

Ayat ini menjadi ayat favorit saya karena di dalam ayat ini, Allah menasehati saya untuk lebih fokus mengejar kenikmatan-kenikmatan surgawi melalui ketaatan dalam beribadah kepada-Nya. Ayat ini menyadarkan saya bahwa kenikmatan yang saya peroleh di dunia ini bukanlah kenikmatan yang bertahan selamanya. Ada saatnya kenikmatan-kenikmatan ini akan lenyap digulung oleh gelombang waktu.

Misalnya saja kenikmatan materi berupa harta kekayaan yang berlimpah, uang yang banyak, makanan yang lezat, dan lain sebagainya. Kenikmatan ini hanya bertahan sampai malaikat maut tiba untuk menjemput kita. Ketika malaikat maut sudah tiba di depan pintu kematian dan bersiap untuk mencabut nyawa kita, kenikmatan materi sudah tak ada artinya lagi.

Nikmat usia dan nikmat kesehatan juga termasuk nikmat yang lekang oleh waktu. Kita menyadari, saat kita masih sehat dan punya waktu yang banyak untuk menikmati hidup, kita banyak menghabiskan waktu hanya untuk bersenang-senang dan lupa kepada Allah. Sehingga tidak terasa, umur kita terus berlalu. Yang dulunya, kita masih terlihat hebat karena kita sehat, akhirnya terbaring  lemah karena penyakit. Yang dulunya kita masih terlihat tampan karena kita muda, akhirnya tertunduk lesu melihat keriput dan uban yang kian bertambah.

Kenikmatan dunia bersifat mudah rusak, mudah usang, mudah hilang, sehingga tidak akan abadi. Di dalam video kajian ustadz Nouman Ali Khan tentang ayat ini, beliau memaparkan bahwa apa yang kita miliki saat ini, apa yang kita nikmati di dunia ini, tidak lebih dari serangkaian anugerah dan kenikmatan yang Allah SWT berikan baik sebagai supporting of life (pendukung berjalannya kehidupan) maupun sebagai sweetening of life(pemanis kehidupan).

Ustadz Nouman menjelaskan bahwa apapun yang orang-orang beriman nikmati di dunia ini akan mereka miliki kembali di surga nanti dengan kualitas yang jauh lebih baik bahkan dengan kualitas yang belum pernah terbayangkan atau terlintas di benak kita.

Selain kualitas yang lebih baik, orang-orang beriman akan berbangga hati karena kenikmatan surgawi yang mereka peroleh tidak terbatas oleh waktu, sehingga kenikmatan itu tidak akan rusak, tidak akan usang, tidak akan hilang, bahkan kenikmatan itu akan terus ada selamanya.

Alam dunia adalah alam yang merupakan tempat berbagai macam hal berubah. Di dunia, seorang bayi tumbuh menjadi balita, anak kecil, lalu perlahan-lahan menjadi remaja. Dari remaja, ia akan berubah menjadi dewasa, menua, renta, lalu meninggal dunia. Sementara, alam akhirat adalah tempat yang berbeda. Alam akhirat, yang secara spesifik kita sebut sebagai alam surga dan neraka adalah alam yang kekal abadi. Tak ada batasan waktu di alam akhirat nanti. Bagi penghuni surga, mereka akan muda selamanya. Bagi penghuni neraka, mereka akan berulangkali mengalami siksaan yang tiada habisnya.

Nah, sekarang pertanyaan kita adalah apa syarat yang harus dilakukan untuk memperoleh kenikmatan yang kekal abadi dan tidak berkesudahan di surga nanti ? Inilah jawabannya.

Pertama dan yang paling utama adalah jauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji. Mohonlah kepada Allah untuk dilindungi dari kesempatan-kesempatan untuk berbuat dosa besar. Menjauhi dosa besar itu sama saja meminimalkan potensi kita untuk diazab di neraka dan memperbesar kans kita untuk masuk ke dalam surga. Di zaman yang serba canggih seperti ini memang tidak mudah untuk menghindari dosa-dosa besar, apalagi godaan dan kesempatan untuk melakukannya terbuka lebar.

Pejabat yang punya kesempatan untuk korupsi, pasangan muda-mudi yang pacaran dan punya kesempatan luas untuk berzinah, media-media gosip yang makin mempopulerkan pergunjingan di kalangan masyarakat, fitnah dan ghibah dapat dilakukan dimana-mana dan oleh siapa saja, itu adalah potensi-potensi untuk melakukan dosa besar di zaman yang telah mendekati babak akhir ini. Sebagai muslim, kita punya pilihan untuk melakukan semua itu atau menghindarinya. Dan tentu saja, untuk mendapatkan kenikmatan yang kekal abadi di surga nanti, pilihan untuk menjauhi dosa besar adalah harga mati yang tidak bisa ditawar lagi kepada Allah SWT.

Namun, ada kabar gembira bagi para pendosa yang telah terlanjur jatuh ke dalam lembah dosa. Jika terlanjur melakukan dosa besar, segeralah lakukan taubat nasuha. Berjanjilah kepada Allah SWT untuk tidak mengulangi perbuatan maksiat. Insya Allah, selama nafas masih bersemayam di dalam raga, Allah SWT masih akan membuka pintu ampunan selebar-lebarnya bagi hamba-Nya.

Kedua, beristigfarlah ketika melakukan dosa-dosa kecil. Kebanyakan kita memang tidak menyadari jika kita telah melakukan dosa kecil. Sesaat setelah kita menyadarinya, segeralah beristigfar dan memohon ampun kepada Allah SWT karena taubat kita adalah penyelamat kita di hari akhir nanti. Bahkan Rasulullah SAW sudah mencontohkan kepada kita bahwa tak kurang dari ribuan kali istigfar beliau ucapkan dalam sehari semalam. Bayangkan, jika Rasulullah yang mulia saja mau memohon ampun kepada Allah, mengapa kita yang masih banyak dosa ini begitu sombong dan gengsi untuk melakukan hal yang sama seperti yang beliau lakukan ?

Akhir kata, marilah kita merenung dan menyadari sepenuhnya bahwa kenikmatan dunia ini hanyalah salah satu bagian dari cara kita beribadah kepada Allah sehingga kita mampu meraih kenikmatan yang sebenarnya di surga yang kekal nanti. Aamiin.

Penulis: Rama Ramdhani

Sumber:Norman Ali Khan Indonesia