OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 30 Juli 2017

Gelora Kemenangan Warga Palestina: Al-Aqsa Dibebaskan, Suriah Jangan Dilupakan

Gelora Kemenangan Warga Palestina: Al-Aqsa Dibebaskan, Suriah Jangan Dilupakan

10Berita, Yerusalem – Kemenangan akhirnya menjadi milik warga Palestina, terkhusus di Al-Quds. Pada hari Rabu (26/07) malam, seluruh warga kota dan pendukungnya menarik napas lega setelah Israel memutuskan untuk melepas detektor logam yang kontroversial di Masjid Al-Aqsa. Sebelumnya, warga kota terus melakukan aksi protes karena hak-hak mereka dirampas oleh pasukan penjajah Zionis Israel atas tindakan keamanan yang dilakukan.

Kehidupan diambil, lingkungan diserang dan situs tersuci ketiga Islam diblokir hingga akhirnya memunculkan bentuk perlawanan damai. Masa depan mungkin terlihat kelam, namun warga Al-Quds berkeyakinan mendung akan tergantikan dengan terang karena ketekunan dan persatuan mereka. Hal itulah mendorong mereka untuk melakukan aksi protes, membuat dunia terkejut sehingga memberikan rasa simpati dan solidaritasnya.

Akhirnya, Israel membatalkan rencananya untuk secara paksa memberlakukan tindakan keamanan yang lebih keras di Al-Aqsa pada hari Kamis. Para pemimpin Muslim di Al-Quds mengumumkan bahwa para jamaah sekarang harus memasuki masjid untuk shalat. Terlepas dari kenyataan bahwa polisi Israel melanjutkan kekerasan mereka terhadap jamaah, orang-orang Palestina menolak untuk berhenti merayakan kebebasan tersebut.

Kopi pun dibagikan, begitu juga makanan lainnya seperti baklava dan knafeh. Energi kemenangan di Al-Quds diiringi dengan air mata para jamaah yang menempelkan dahi mereka di lantai, sujud dan bersyukur kepada Sang Maha Kuasa. Mereka yang tidak mampu menahan kegembiraan, lalu menyenandungkan nasyid yang diiringi dengna tarian.

Di tengah kegembiraan dan kemenangan atas hasil perjuangan, tujuan pribadi bukanlah satu-satunya hal yang ada dalam pikiran mereka. Dalam sebuah pertunjukan solidaritas dan persatuan, warga Palestina juga terdengar mulai melantunkan nyanyian revolusi Suriah. Bentuk solidaritas yang jarang terjadi sekarang ini.

Tragedi Suriah memang dicap sebagai krisis kemanusiaan terburuk sejak Perang Dunia Kedua, yang dikaitkan dengan krisis pengungsi yang melonjak dan jalan buntu terkait penyelesaian. Esensi revolusi Suriah sekarang ini tampaknya sudah lama terlupakan.

Seperti Palestina, Suriah digunakan sebagai alat politik negara-negara imperialis. Terlalu sering, kalangan anti-imperialis menolak imperialisme Barat namun mengadopsi imperialisme Rusia yang mengklaim bahwa pilihan terbaik adalah mendukung diktator Suriah Bashar Assad dengan kedoknya sebagai sekutu untuk melawan terorisme.

Dibanding tahun 2011 ketika revolusi Suriah dimulai, kekebalan diktator Assad telah meningkat secara dramatis seiring dengan kejahatannya terhadap bangsanya sendiri yang menjadi lebih ganas untuk mempertahankan kekuasaannya.

Dengan mengulangi nyanyian Suriah dalam kemenangan atas Al-Quds, warga Al-Quds telah menunjukkan bahwa mereka belum melupakan semangat revolusioner Syria. Mereka tidak hanya mengingatkan dunia bahwa Suriah lebih dari sekadar perang proxy yang dilancarkan, namun inti revolusi Suriah tidak terkubur dalam puing-puing sejarah.

Mereka menunjukkan kepada dunia bahwa seruan untuk kebebasan tidak akan pernah terlupakan, dan seruan untuk menjatuhkan rezim Assad -tidak peduli berapa banyak dukungan internasional terhadapnya- tidak akan pernah usang.

Sumber: The New Arab
Redaktur: Ibas Fuadi

Sumber: Kiblat.