OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 16 Juli 2017

Ghibah Tidak Selalu Dengan Perkataan, Bisa Juga Dengan Isyarat

Ghibah Tidak Selalu Dengan Perkataan, Bisa Juga Dengan Isyarat


Telah jelas pada ayat surat Al-Hujurat  bahwa kita dilarang keras ghibah terhadap saudara sendiri. Perumpamaan yang sangat jelek yaitu makan daging mayat saudara sendiri.

Ghibah membuat pelakunya “bangkrut” di akhirat karena akan bagi-bagi pahala kepada yang dighibahi bahkan habislah pahala dihari kiamat kelak.

Ternyata ghibah tidak selalu dengan perkataan, tetapi bisa juga dengan:

Isyarat atau dengan perkataan tidak langsung tetapi pendengar tahu siapa orang yang dimaksud, meski tanpa menyebut namaMeniru-niru perbuatannya dengan maksud menghina, misalnya meniru-niru orang pincang, meniru-niru ucapan orang yang “keseleo lidah/khilaf” untuk menghina

Contoh ghibah dengan isyarat sebagaimana teguran Nabi shallallahu alaihi wa sallam kepasa ‘Aisyah yang memberikan kode-kode bahwa Shafiyah itu pendek dan maksudnya adalah ingin ghibah

ﻋَﻦْ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ ﻗَﺎﻟَﺖْ : ﻗُﻠْﺖُ ﻟِﻠﻨَّﺒِﻲِّ ﺣَﺴْﺒُﻚَ ﻣِﻦْ ﺻَﻔِﻴَّﺔ ﻛَﺬَﺍ ﻭَ ﻛَﺬَﺍ ﻭَ ﻗَﺎﻝَ ﺑَﻌْﺾُ ﺍﻟﺮُّﻭَﺍﺓُ : ﺗَﻌْﻨِﻲْ ﻗَﺼِﻴْﺮَﺓٌ , ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﻟَﻘَﺪْ ﻗُﻠْﺖِ ﻛَﻠِﻤَﺔً ﻟَﻮْ ﻣُﺰِﺟَﺖْ ﺑِﻤَﺎﺀِ ﺍﻟْﺒَﺤْﺮِ ﻟَﻤَﺰَﺟَﺘْﻪُ

“Dari ‘Aisyah beliau berkata: Aku pernah berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Cukup bagimu dari Shofiyah “INI DAN ITU”. Sebagian rawi berkata: ”Aisyah mengatakan Shofiyah pendek”. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: ”Sungguh engkau telah mengucapkan suatu kalimat, yang seandainya kalimat tersebut dicampur dengan air laut niscaya akan merubahnya (karena sangat kotor dan bau sehingga bisa merubah air laut).”.

Bahkan walaupun kita tidak menyebut namanya, tapi orang lain tahu siapa yang kita maksud. Syaikh Al-‘Utsaimin menjelaskan:

ﺑﺸﺮﻁ ﺃﻻ ﻳﻔﻬﻢ ﺍﻟﺴﺎﻣﻊ ﺑﺄﻧﻪ ﻓﻼﻥ، ﻓﺈﻥ ﻓﻬﻢ ﺍﻟﺴﺎﻣﻊ ﺑﺄﻧﻪ ﻓﻼﻥ ﻓﻼ ﻓﺎﺋﺪﺓ ﻣﻦ ﺍﻹﺗﻴﺎﻥ ﺑﺼﻔﺔ ﻋﺎﻣﺔ

“Syarat (menasehati secara umum) adalah para pendengar tidak mengetahui bahwa yang dimaksud adalah fulan (orang tertentu). Jika pendengar paham bahwa orang itu adalah Fulan maka tidak ada faidahnya kita menasehati secara umum.”

Demikian juga ghibah dengan isyarat dan meniru-nirukan dengan maksud merendahkan.

‘Aisyah pernah berkata:

ﻗَﺎﻟَﺖْ : ﻭَﺣَﻜَﻴْﺖُ ﻟَﻪُ ﺇِﻧْﺴَﺎﻧًﺎ ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﻣَﺎ ﺃُﺣِﺐُّ ﺃَﻧِّﻲْ ﺣَﻜَﻴْﺖُ ﺇِﻧْﺴَﺎﻧًﺎ ﻭَ ﺇِﻥَّ ﻟِﻲْ ﻛَﺬَﺍ

“Aku meniru-niru (kekurangan/cacat) seseorang seseorang pada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ”. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata :”Saya tidak suka meniru-niru (kekurangan/cacat) seseorang (walaupun) saya mendapatkan sekian dan sekian”.

Semoga kita selalu dihindarkan dari perbuatan ghibah karena ini membuat rugi dunia dan akhirat.

Sumber: muslimafiyah.com