OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Selasa, 11 Juli 2017

Jejak Islamofobia Zaman Rasul

Jejak Islamofobia Zaman Rasul


10Berita-JAKARTA Baru-baru ini beredar film pendek berjudul Kau adalah Aku yang Lain yang memicu kontroversi. Banyak pihak menilai film tersebut kental dengan nuansa islamofobia. Maksud hati ingin menampilkan nilai toleransi, tetapi malah film tersebut memojokan Islam dan umat Islam.

Islamofobia bukanlah fenomena baru yang terjadi di Indonesia, bahkan dunia. Islamofobia hadir seiring dengan awal mula kehadiran Islam. Hal ini dikatakan Rahmat Abu Zaki, Direktur Lingkar Opini Rakyat (LOR).

Dalam keterangan tertulis Rahmat yang diterima Voa Islambaru-baru ini disebutkan bahwa islamofobia sudah ada sejak masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Rahmat mengatakan bahwa pemuka kafir Quraisy sangat gencar melakukan gerakan islamofobia.

“Saat itu tokoh-tokoh kafir Quraisy menolak dakwah Rasulullah saw dengan berbagai cara. Mereka mulai dengan cara yang halus yakni lobi dan tawaran harta, tahta dan wanita agar beliau menghentikan dakwah. Saat semua itu gagal, mereka mulai dengan cara yang kasar yakni “black campaign” dengan menyebut Rasulullah sebagai tukang sihir, lalu menganiaya hingga memboikot beliau dan pengikutnya selama sekitar tiga tahun,” ungkap Rahmat.

Menurut Rahmat, kedatangan Islam ini dikhawatirkan dapat menganggu eksistensi keyakinan masyarakat Arab ketika itu.

“Kita tahu, saat Rasulullah saw diutus, masyarakat Arab Jahiliah sudah memiliki keyakinan dan tatanan tersendiri yang sudah berlangsung selama ratusan tahun. Bagi mereka, kedatangan Islam dan Muhammad saw adalah ancaman terhadap eksistensi dan kedudukan mereka selama ini. Mereka memahami betul, Muhammad saw datang membawa kebaikan,” jelas Rahmat.

Sebagaimana pada masa awal-awal Islam di Mekah, Ketika Nabi SAW menyampaikan dakwah ditengah gemerlapnya kehidupan jahiliyah di Mekah, ketika Abu Lahab, Abu Jahal, dan kawan-kawannya sedang memuaskan diri, hidup dalam kesenangan hawa nafsu yang tidak mengenal haq dan batil, halal dan haram, mukmin dan musyrik, tiba-tiba muncul sosok manusia yang menyampaikan pemikiran yang mencela tata kehidupan mereka mengadakan gerakan yang berlawanan dengan pemikiran, pemahaman, dan perilaku mereka, maka Nabi SAW, langsung dicap sebagai orang sinting, orang ayan, orang gila dan tuduhan-tuduhan miring lainnya yang pada prinsipnya menolak Islam tanpa kompromi.

Memojokan Islam

Pada awal dakwah di Mekah, bangsa Quraisy sedikit sekali membicarakan dakwah Rasulullah SAW. Mereka menyangka bahwa Muhammad hanyalah seorang ahli syi’ir sehingga ucapannya tidak pernah melampaui perkataan para rahib dan pejabat mereka, dan masyarakat pun suatu waktu pasti akan kembali pada agama dan keyakinan nenek moyangnya.

Apabila mereka melewati Nabi menyampaikan wahyu, mereka mencibirnya dengan kata-kata: ”inilah cucu Abdul Muthalib sedang menyampaikan berita dari langit.” Beginilah terus mereka melakukan pelecehan.

Sampai akhirnya, kaum Quraisy mulai menyadari bahaya dakwah Rasul terhadap kedudukan mereka. Bersepakatlah mereka untuk menentang, memusuhi dan memeranginya. Mereka menyadari, cara penting untuk menghancurkan dakwah Rasul adalah dengan menjatuhkan pribadinya (pembunuhan karakter) dan mendustakan kenabiannya.

Dimunculkanlah tuduhan-tuduhan dan pertanyaan-pertanyaan memojokkan seperti: ”Bagaimana Muhammad ini,kok tidak dapat mengubah bukit Shofa dan Marwa menjadi emas”, ”Mengapa Jibril yang banyak disebut-sebut oleh Muhammad itu tidak pernah muncul di hadapan masyarakat”, ”Dia juga tidak dapat memindahkan perbukitan hingga Makkah tidak dikelilingi oleh bukit”, Mengapa dia tidak memancarkan air yang lebih segar dan banyak daripada air zamzam padahal dia sangat tahu akan kebutuhan penduduk terhadap air”, dan ungkapan lainnya.

“Intinya, menjatuhkan Rasulullah dengan menuduh ajaran-ajaran dari Allah SWT yang disampaikannya dengan tujuan agar masyarakat menjauhi beliau dan Islam yang dibawanya,” tandas Rahmat.

Adapun definisi islamofobia diungkap Rahmat dengan menyitir pendapat tokoh. Seorang Inggris, Runnymede Trust mendefinisikan Islamofobia sebagai rasa takut dan kebencian terhadap Islam dan umat Muslim.

“Orang yang terjangkit Islamofobia biasanya memiliki persepsi bahwa Islam tidak mempunyai norma yang sesuai dengan budaya lain, lebih rendah dibanding budaya Barat dan lebih berupa ideologi politik yang bengis daripada berupa suatu agama,” ujar Rahmat.

Adapun syariahfobia adalah rasa takut dan kebencian terhadap syariah Islam dan menolak apapun yang berasal dari sumber hukumnya. * [Syaf/

Sumber: voa-islam.com

Related Posts:

  • Larangan Bercadar, Bukti Diskriminasi Terhadap MuslimahLarangan Bercadar, Bukti Diskriminasi Terhadap Muslimah Oleh: Neng Zainab 10Berita, Rektor UIN Sunan Kalijaga Yudian Wahyudi menandatangani surat edaran nomor b-1301/un.02/r/ak.00.3/02/2018 perihal pembinaan mahasiswa b… Read More
  • Masjid Kalyan, Warisan Buhkara untuk DuniaMasjid Kalyan, Warisan Buhkara untuk Dunia Masjid Kalyan pertama kali dibangun pada 713. 10Berita ,  JAKARTA -- Sejak zaman dahulu, Bukhara terkenal sebagai pusat peradaban Islam di Asia tengah. Salah satu wujud pencapa… Read More
  • Aktivis Medsos Naik Kelas Aktivis Medsos Naik Kelas Oleh: Roni Tabroni (Pemerhati Media) 10Berita, Ruang maya kian berjejal. Penghuninya tiap detik terus bertambah. Data Kominfo dan lembaga riset teknologi informasi terus mencatat pertumbuhannya. Nya… Read More
  • Menyikapi Fenomena Angin Menyikapi Fenomena Angin Imam Syafi’i memberikan nasihat agar tidak mencaci maki bila ada angin kencang. 10Berita , JAKARTA -- Ada banyak fenomena alam. Beberapa di antaranya cukup bersahabat dan tidak membahayakan man… Read More
  • Kebangkitan Islam di Bumi Amerika Kebangkitan Islam di Bumi Amerika Warga Amerika masih percaya Islam sumber terorisme. 10Berita , JAKARTA -- Imam Shamsi Ali, dalam ceramahnya di Islamic Center New York pada 4 Maret lalu mengibaratkan kehidupan sebagai samud… Read More