Lihatlah Bagaimana Ulama Memaafkan
Oleh:
Muizz Abu Turob* حفظه الله
(Kecapi, 30 Juni 2017)
Terkadang memaafkan begitu sulit bagi sebagian orang. Namun, pada hakikatnya memaafkan itu adalah kemuliaan, dan berujung pada kebahagiaan.
Rasulullah ﷺ bersabda,
وَ مَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إلا عِزًّا
"Dan dengan sikap memaafkan, Allah akan menambah kemuliaan kepada hamba."
(HR. Muslim, no. 2588)
Tatkalah Fathu Makkah terjadi Abu Sufyan mendatangi Abu Bakar seraya berkata, "Berilah aku jaminan di hadapan Rasulullah ﷺ."
Abu Bakar menjawab,
"Saya tidak akan melakukannya."
Lalu ia mendatangi Umar, namun Umar enggan dan berkata keras kepadanya.
Ia pun mendatangi Ali, Ali juga menolak namun memberinya nasehat,
"Temuilah Rasullah ﷺ dan ucapkanlah; demi Allah sesungguhnya Allah telah mengutamakan engkau di atas kami, dan dahulu kami adalah orang yang salah."
Kemudian Abu Sufyan mengerjakan nasehat itu.
Rasullah ﷺ pun memaafkan dan menjawab;
"Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang diantara para penyayang." (QS. Yusuf 92)
(Raudhah al Anwar, hal. 188)
Dahulu di Masjidil Haram ada seorang lelaki yang datang untuk haji.
Ia tidur di masjid, lalu angin menyingkap baju yang menutupi perutnya, maka tampaklah sabuk yang ada padanya, sedangkan di sabuk itu berisi uang.
Tatkala teman-temannya melewatinya, mereka mengkhawatirkannya sehingga mengamankan uang itu.
Saat lelaki itu bangun ia melihat sabuknya ternyata tidak ada.
Ia lihat kanan dan kiri namun tidak mendapati siapapun kecuali Atha' bin Abi Rabah yang sedang berdiri shalat.
Lelaki itu pun menghampiri beliau lalu mengambil selendangnya dan menekannya, seraya berkata,
"Wahai musuh Allah, kamu telah melakukan sesuatu terhadapku, lalu kamu pura-pura shalat?"
Atha' bertanya "Apa yang terjadi padamu?"
Ia menjawab, "Sabukku telah engkau ambil berserta uang yang ada padanya."
Lelaki itu berkata kasar padanya.
Atha' bertanya, "Berapa jumlahnya?"
Ia menjawab, "200 dinar."
Atha' kembali bertanya, "Apakah ada orang selain mu mendengar hal ini?"
Ia menjawab, "Tidak."
Atha' berkata, "Pergilah bersamaku, aku akan memberimu uang yang hilang itu."
Lelaki itupun pergi bersamanya dan diberi 200 dinar.
Setelah itu ia menemui teman-temannya dan memberi tahukan hal itu.
Mereka menimpali, "Demi Allah engkau telah menzalimi lelaki itu. Kamilah yang mengamankan uang itu, ini uangnya ada pada kami."
Merekapun pergi untuk mencari Atha'. Mereka bertanya-tanya tentangnya dan dijawab bahwa dia adalah Atha' bin Abi Rabah, Ulama penduduk Makkah dan penghulu mereka.
Mereka pun meminta maaf dan memintanya agar menerima dinar itu kembali.
Atha' menjawab,
"Tidak mungkin harta itu kembali padaku. Pergilah! engkau aku maafkan dan harta itu untukmu."
(al-Faraj ba'da asy Syiddah, 4/105)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah bercerita bahwa dahulu ada pengusa sedang duduk di jendela, lalu mengeluarkan dari kantong beberapa fatwa sebagian Ulama supaya ia membunuh beliau.
Namun penguasa itu justru meminta fatwa kepada beliau agar dapat membunuh sebagian mereka.
Syaikhul Islam berkata; "Aku faham maksud penguasa itu, karena dia memiliki kebencian besar kepada mereka.
Namun aku justru memuji mereka dan bersyukur dengan adanya mereka.
Aku katakan; jika mereka hilang, anda tidak akan mendaptkan orang-orang yang semisal dengan mereka di kerajaan anda. Adapun saya telah memaafkan mereka."
Al-Qadhi Zainuddin bin Makhluf (seorang Qadhi madzhab Maliki) berkomentar,
"Setelah kejadian itu kami tidak pernah melihat orang yang lebih bertakwa daripada Ibnu Taimiyyah. Kami berusaha membunuhnya padahal tidak mungkin bagi kami. Sedang tatkala ia mampu membunuh kami, ia justru memaafkan kami."
(Al-Bidayah wa an-Nihayah, 14/464)
Semoga bermanfaat bagi yang menulis, membaca, dan menyebarkannya.
Sumber: Konten Islam