OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 12 Juli 2017

Mukjizat Al-Qur’an: Firman Segala Zaman yang Tak Tertandingi Dari Masa ke Masa

Mukjizat Al-Qur’an: Firman Segala Zaman yang Tak Tertandingi Dari Masa ke Masa


Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم bersabda pada kita bahwa setiap utusan Allah dikirim dengan mukjizat yang meyakinkan. Sebuah mukjizat yang membuat orang-orang yang melihat dan mengamatinya, mereka tahu dalam hati mereka, bahkan jika mereka tidak mengakuinya dengan lidah mereka, mereka tahu dalam hati mereka bahwa ini adalah kebenaran, bahwa orang ini benar-benar seorang nabi Allah.

Semisal, Nabi Musa diberi mukjizat membelah Laut Merah. Dan ketika Fir’aun melihatnya, ketika tentaranya dihancurkan, ia tahu bahwa Musa memang nabi Allah. “Sekarang saya beriman,” dia pun berkata pada Tuhan dan Musa yang berasal dari Bani Israel, keturunan Israel.

Nabi Isa mampu menyembuhkan orang sakit. Ia mampu menyembuhkan penderita kusta, mampu memberikan penglihatan kepada orang buta, bahkan orang mati pun dibangkitkannya, dengan izin Allah. Ini adalah mukjizat yang meyakinkan orang-orang yang diberikan kepada para nabi yang datang sebelum Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم.

Sementara Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم bersabda: “Aku telah diberikan Al-Quran. Aku telah diberikan Al-Quran.” Itulah mukjizat Nabi yang meyakinkan dan ia bersabda, “Aku berharap karenanya lebih banyak orang yang akan masuk agamaku daripada nabi lainnya.” Beberapa dari anda mungkin berkata, “Bagaimana mungkin itu adalah keajaiban (mukjizat)?”

Ya. Anda tahu bagaimana keaslian Al-Quran adalah hal yang benar-benar menakjubkan. Tapi sesuatu yang luar biasa bukan berarti sebuah keajaiban (mukjizat). Jadi apa yang kita maksud dengan mukjizat? Mukjizat adalah sesuatu yang tidak bisa dicapai oleh proses alam. Dan mukjizat adalah sesuatu yang sangat berbeda dari sihir karena ada hal-hal yang tidak bisa dilakukan penyihir.

Seperti misalnya ketika Musa menghadap Fir’aun, mukjizat yang diberikan Tuhan kepada Musa adalah tongkatnya. Ketika ia melemparkan tongkat itu dan menjadi ular, maka Firaun berkata: “Aku punya penyihir yang bisa melakukan hal itu juga.”

Jadi ia memanggil penyihirnya dan ia mengadakan kompetisi antara para penyihir melawan Musa. Dan para penyihir melalui sihir mereka berhasil menipu orang-orang yang berpikir bahwa tongkat mereka adalah ular. Jadi mereka melemparkan tongkat mereka, dan mereka memang berhasil menipu orang-orang sehingga percaya bahwa tongkat mereka adalah ular dan tampak seolah-olah mereka bergerak.

Tapi kemudian ketika Musa melemparkan tongkatnya, dia menghancurkan sihirnya, dan para penyihir sendiri menyadari bahwa hal itu berada di luar kemampuan penyihir mana pun. Para penyihir ini begitu ahli.

Sihir di Mesir pada saat itu tarafnya telah menjadi sebuah bentuk seni, telah mencapai puncaknya. Dan seluruh lapisan masyarakat terlibat dengan sihir. Bahkan buku Mesir tentang menghidupkan orang mati adalah sejenis mantra magis. Buku ini bisa membuat Fir’aun yang mati dan orang-orang yang mati jadi hidup kembali.

Tapi para penyihir terkejut, mereka tahu bahwa mukjizat ini di luar seni mereka, ini di luar sihir mereka, ini berada di luar kemampuan mereka. Apa yang Musa miliki berasal dari Tuhan dan mereka tahu itu. Bagi mereka itu adalah keajaiban (mukjizat) yang meyakinkan.

Demikian pula di zaman Nabi Isa, orang-orang sangat terampil di bidang kedokteran dan orang-orang Yahudi sangat bangga dengan kemampuan mereka di bidang kedokteran. Tapi ketika Nabi Isa datang memberikan penglihatan pada orang buta dan menyembuhkan penyakit kusta, bahkan orang mati bisa dihidupkan kembali. Mereka tahu bahwa ini melampaui kemampuan manusia manapun.

Ini adalah sesuatu yang berasal dari Allah. Jadi bagaimana mungkin Al-Quran juga merupakan mukjizat pada tingkat yang sama seperti hal-hal tadi?

Karena itulah yang akan kami coba jelaskan pada Anda. Bukti-bukti yang dapat meyakinkan setiap orang yang berpikir dan rasional, bahwa Islam adalah persis apa yang diklaimnya: Sebuah wahyu ilahi dari Allah Pencipta Langit dan Bumi untuk kepentingan dan petunjuk bagi semua umat manusia.

Tentu saja bahwa setiap mukjizat hanya cocok untuk masa tertentu dan untuk bangsa tertentu. Seperti yang saya sebutkan tadi, Anda melihat mukjizat yang diberikan kepada Musa ketika tongkatnya menjadi ular dan bagaimana hal itu bisa menghancurkan keajaiban penyihir Mesir dan hal itu hanya cocok untuk Mesir pada zaman itu, karena itulah yang membuat mereka terkesan.

Demikian pula, di zaman Nabi Isa para dokter dan orang-orang yang ahli dalam kedokteran sangat terkesan, mereka tahu bahwa dibandingkan dengan kemampuan mereka pada zaman itu, tidak mungkin mereka bisa melakukan hal-hal itu, mereka tahu bahwa apa yang Nabi Isa bawa adalah sesuatu yang berasal dari Allah.

Jadi itu sangat cocok untuk zaman itu saja, untuk bangsa itu saja. Namun Al-Qur’an untuk sepanjang masa. Al-Quran merupakan mukjizat hingga hari kiamat. Dan keajaiban Al-Quran, bukan hanya satu keajaiban, segala aspeknya merupakan keajaiban. Dan tentu saja, salah satu aspek ajaib tentang Al-Quran adalah ayat-ayat dalam Al-Quran, yang menceritakan tentang alam ini, tentang hal-hal yang biasanya hanya ada di bidang penelitian ilmiah.

Dan Al-Quran berisi informasi yang tidak mungkin diketahui orang pada massa 1.400 tahun yang lalu. Ini adalah mukjizat ilmiah dari Al-Quran, karena Al-Quran adalah pedoman bagi zaman modern, seperti juga halnya Al-Qur’an merupakan pedoman pada zaman Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم.

Tapi topik kita kali ini bukanlah mukjizat ilmiah dari Al-Qur’an. Kita akan membahasnya dalam sesi yang lain. Topik kita kali ini adalah keajaiban bahasa Al-Quran. Dan ini adalah penelitian sejarah, meskipun masih merupakan sesuatu yang merupakan tantangan hingga hari ini, karena bahasa Arab adalah bahasa yang berkembang.

Orang-orang masih berbicara dalam bahasa Arab. Orang-orang bisa mengambil Al-Quran manapun, yang tertulis dalam bahasa Arab, kemudian membaca, mengerti, dan memahaminya meskipun kitab ini berumur 1.400 tahun. Akan sangat sulit dibandingkan, nyatanya saya bahkan tidak tahu, apakah ada buku lain di dunia yang seperti ini, atau bahasa lain di dunia yang seperti ini, yang begitu kuno tapi orang-orang masih mengerti dan orang-orang masih memahami bahasanya.

Jadi ini adalah sesuatu yang sangat spesial tentang Al-Quran. Tapi apa yang akan kita selidiki adalah tentang keajaiban (mukjizat) bahasa Al-Quran, tantangan Al-Quran yang ditujukan kepada orang-orang Arab 1.400 tahun yang lalu.

“Jika kamu tidak percaya bahwa kitab ini, Al-Qur’an, adalah dari Allah, dengan begitu buatlah satu surat yang sepertinya. Buatlah saja satu surat yang sepertinya. Dan jika anda tidak bisa melakukannya, dan sesungguhnya Anda tidak akan pernah bisa melakukannya, maka takutlah akan api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.”

Inilah tantangan dari Al-Quran. Tantangannya ditujukan untuk orang-orang Arab apakah mereka mampu membuat satu surat saja yang seperti Al-Quran. Jadi saya benar-benar ingin menghabiskan sedikit waktu untuk menjelaskan pentingnya hal ini.

Dan untuk melakukannya, kita perlu melakukan perjalanan kembali ke masa lalu dan kita perlu memahami keadaan jazirah Arab di masa Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. Kita harus memahami bahwa pada zaman itu adalah suatu masa, suatu tempat dimana tak ada peradaban yang seperti kini. Ini adalah tempat yang kebudayaannya terbelakang. Tidak ada peradaban yang jelas di sana. Dan kehidupan di dataran Arab pada masa Nabi Muhammad bersifat barbar.

Kita bisa menyebut mereka sebagai orang-orang barbar. Mereka bahkan membunuhi bayi-bayi perempuan. Mereka tidak punya jalan raya, tidak ada bangunan yang bagus, tidak ada infrastruktur yang menakjubkan, tidak ada karya seni yang bisa kita bilang bagus.

Tapi apa yang mereka punya tentu saja, apa yang ada di tempat itu adalah bahasa. Mereka ahli dalam berbahasa. Dan jika mereka memiliki peradaban, peradaban mereka berada dalam bahasa itu sendiri.

Ya. Orang-orang Arab tidak memiliki apapun yang dapat dibanggakan dalam bidang arsitektur dan bangunan, tetapi mereka sangat ahli dalam berbahasa. Bahkan, kata Arab yang digunakan untuk orang non-Arab adalah “ajmi.” Dan “ajmi” berarti seseorang yang bodoh, seseorang yang bisu. Jadi mereka benar-benar bangga dengan bahasa mereka.

Ini adalah bahasa murni, ini adalah bahasa yang kuat, dan mereka sangat ahli akan itu. Mereka benar-benar ahli dalam hal penggunaan bahasa. Dan mereka sangat menggemari syair. Bahkan mereka memiliki pasar untuk syair yang disebut “wuhaz.” Dan ini adalah konteks di mana saya akan menempatkan wahyu dari firman Tuhan, Al-Quran, karena dalam konteks ini, tantangan Al-Quran diwahyukan.

Sementara kita insyaf, Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. buta huruf, bukan seorang yang berpendidikan. Bukan seorang sastrawan. Ia tidak dikenal sebagai penyair atau narator. Dia tidak dikenal sebagai itu. Dia dikenal sebagai orang yang jujur, penuh kebenaran, dan dapat dipercaya. Dan ia datang dengan kitab Al-Qur’an yang luar biasa tataran kualitasnya.

Sebuah karya sastra yang sangat luar biasa dengan tata bahasa yang belum pernah didengar orang-orang Arab manapun. Dan buktinya, bukti bahwa Al-Qur’an memang berasal dari Allah adalah karena keindahannya, keahliannya akan tata bahasa, juga kefasihannya.

Tantangan pertama Al-Quran adalah, orang-orang berkata, “Muhammad mengarang Al-Quran.” Mereka menuduh bahwa Muhammad صلى الله عليه وسلم yang menciptakannya. Jadi ayat Al-Qur’an pun turun. Dalam Al-Quran surat ke 52 di ayat 33-35.

“Atau apakah mereka mengatakan bahwa dia sendiri yang mengarang pesan ini? Tidak, tetapi mereka tidak mau beriman. Tapi kemudian jika mereka menganggap Al-Quran ini adalah sebuah karya manusia, biarkan mereka menghasilkan sesuatu yang sepertinya. Jika apa yang mereka katakan adalah benar.”

Jadi Al-Quran mengatakan, “Jika apa yang kamu katakan benar, jika apa yang kamu katakan adalah benar, maka buatlah sesuatu yang seperti Al-Quran”, dan mereka tidak mampu melakukan itu, maka Allah berfirman dalam surat ke-11 Al-Quran dalam ayat 13-14. “Sekali lagi mereka menuduh ia mengarangnya”. Al-Qur’an berfirman: “Jadi kenapa tidak kamu buat sepuluh surat yang seperti itu dan panggil siapa pun yang kamu ingin untuk membantu(mu).”

Dan ini tidak pernah dilakukan para penyair sebelumnya. Mereka harus, jika mereka diberi tantangan, mereka harus merespon sendiri, mereka tidak bisa meminta bantuan orang lain untuk datang dan membantu mereka. Itu tidak pernah terjadi sebelumnya. Bagaimana mungkin anda bisa membuktikan bahwa Anda adalah seorang penyair besar, jika anda meminta bantuan orang lain untuk menolong Anda?

Namun Al-Qur’an berfirman: “Yang harus anda lakukan hanyalah membuat sepuluh surat dan Anda dapat memanggil semua orang untuk membantu Anda, anda semua bisa duduk bersama-sama dan mencoba membuat sepuluh surat saja yang seperti Al-Quran jika apa yang Anda tuduhkan itu benar.”

Jika benar bahwa Muhammad صلى الله عليه وسلم mengarang Al-Quran ini, maka Anda buat saja sepuluh surat yang seperti itu, dan kemudian Allah berfirman: “Dan jika mereka tidak menjawab seruanmu, ketahuilah bahwa wahyu ini diturunkan dengan pengetahuan Allah, dan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia. Akankah kau sekarang berserah diri dalam Islam?”

Mereka masih tidak dapat memenuhi tantangan ini. Kemudian Allah membuatnya menjadi sangat mudah. Dalam surat kedua Al-Quran dalam ayat 23-24: “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad صلى الله عليه وسلم), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Tuhan, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) — dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.”

Inilah tantangan Al-Quran. Inilah apa yang Al-Quran firmankan. Jika anda tidak mampu menghasilkan satu surat, dan surat paling pendek dari Al-Quran adalah: “Audzubillah himinas syaiton nirrojim. Inna a’thoina kal kautsar. Fa sholli li Robbika wan khar. Innasya niaka huwal abtar.” Tiga baris.

Para ahli bahasa ini tidak bisa membuat tiga baris saja seperti Al-Quran. Kemudian Allah menubuatkan bahwa selamanya orang tidak akan mampu, tidak ada yang pernah bisa menyamai Al-Quran. Dalam surat ke-17 dalam ayat 88: “Jika semua umat manusia dan semua jin yang berkumpul bersama untuk menghasilkan sesuatu yang seperti Al-Quran ini, mereka tidak bisa menghasilkan sesuatu yang seperti itu, meskipun mereka mengerahkan semua kekuatan mereka dan membantu satu sama lain.”

Sekarang seseorang mungkin berkata: “Apa artinya itu?” Mari kita teliti hal itu. Bagaimana mungkin dari seorang manusia yang buta huruf, tidak pandai bersyair, dapat menghasilkan sebuah karya yang tak tertandingi dan kefasihan retorika yang sempurna, bahkan sampai-sampai para ahli yang berkumpul dan master dari semua bentuk syair dalam bahasa Arab, tidak dapat menghasilkan surat terpendek dari Al-Quran?

Tentunya, mereka memilih untuk melawan Nabi Muhammad, derajat dari kebangsawanan mereka mati, perdagangan mereka hancur, reputasi mereka hancur. Bagaimana mungkin mereka lebih memilih untuk menderita semua ini, daripada hanya memenuhi tantangan sederhana untuk membuat satu surat yang seperti Al-Quran? Tapi mereka melakukannya.

Dan At-Taburi, yang terkenal dalam menjelaskan Al-Quran, inilah yang dia katakan dalam kata-kata yang sangat indah: “Tidak ada keraguan bahwa tingkat tertinggi dan paling gemilang dari keindahan adalah Al-Quran mengekspresikan dirinya dengan kejelasan terbesar, membuat maksud pembicara jelas dan memfasilitasi pemahaman pendengar.

Tapi ketika naik melampaui tingkat kefasihan dan melampaui apa yang manusia mampu sehingga tidak ada hamba Tuhan yang mampu menyamainya, maka hal itu menjadi bukti dan tanda dari utusan Yang Maha Kuasa, hal ini maka dapat disamakan dengan membangkitkan orang mati dan menyembuhkan penderita kusta dan buta, hal itu membuktikan tanda-tanda Kerasulan, karena hal itu melampaui tingkat pencapaian tertinggi obat, manusia, dan terapi “.

Dan dia melanjutkan “Sangat jelas bahwa tidak ada wacana lebih fasih, tidak ada kebijaksanaan yang lebih mendalam, tidak ada pidato yang lebih luhur, tidak ada bentuk ekspresi yang lebih mulia dari wacana yang jelas dari ucapan seorang pria yang menantang orang-orang yang mengaku sebagai penguasa seni pidato, retorika, syair, prosa, prosa berirama, dan sajak-sajak peramal.

Ia (Muhammad صلى الله عليه وسلم) menghancurkan khayalan mereka untuk menunjukkan betapa tidak memadainya logika mereka. Ia memisahkan diri dari agama mereka dan memanggil mereka semua untuk mengikutinya, menerima tujuannnya, bersaksi kepada kebenaran, dan menegaskan bahwa ia adalah utusan yang dikirim kepada mereka oleh Tuhan mereka.

Dia membuat mereka tahu bahwa kebenaran yang dia katakan adalah bukti asli kenabiannya yang “bayan.” Al Bayan yang merupakan nama Al-Quran, wacana yang jelas, Al Hikmah – kebijaksanaan, Al Furqan – pembeda antara yang benar dan yang salah, dimana ia menyampaikan kepada mereka dalam bahasa yang seperti bahasa mereka, dalam sebuah seruan yang maknanya mengkonfirmasi arti dari ucapan mereka.

Kemudian ia mengatakan kepada mereka, bahwa mereka tidak akan mampu menciptakan sesuatu yang sebanding dengan bahkan satu surat saja dari kitab yang ia bawa, dan bahwa mereka tidak memiliki kekuatan untuk melakukan hal ini.

Mereka semua mengakui ketidakmampuan mereka secara sadar, mengakui kebenaran dari apa yang dibawa (Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم) dan menjadi saksi atas ketidakberdayaan mereka sendiri.” Lihatlah ini, kejadian yang luar biasa, Al-Quran ini, tantangan ini.

Orang-orang ini tidak akan pernah mampu menandinginya dan hingga sekarang mereka tidak mampu menandinginya. Dan seseorang mungkin berkata: “Yah, mungkin memang ada seseorang yang dapat menghasilkan suatu karya yang sebanding dengan Al-Qur’an, tapi mungkin hal ini tidak tercatat karena sejarah hanya ditulis oleh para pemenang (perang).”

Tentu itu tidak mungkin, jika seseorang memang dapat menulis sesuatu yang sebanding dengan Al-Quran, maka pesan Nabi Muhammad akan hancur, ia akan dipermalukan, dan tak seorang pun yang akan mendengarkan dia. Seperti yang kita tahu, mereka lebih suka berperang seperti yang saya jelaskan sebelumnya daripada menghasilkan satu surat saja yang seperti Al-Quran.

Sekarang, mari dengar kata-kata para orientalis yang telah mengakui bahwa Al-Quran tidak mungkin ditiru. Misal E.H. Parmer dalam bukunya “The Quran”: “Penulis Arab terbaik tidak pernah berhasil memproduksi sesuatu dalam tingkat yang sama dengan Al-Quran.” Itulah katanya. ia mengakui itu.

Sementara H.A.R. Gibb dalam bukunya “Islam a Historical Survey “: Tidak ada orang dalam masa 1.500 tahun yang pernah bermain dalam instrumen yang sangat dalam dengan kekuatan dan ketegasan seperti itu, keberanian dan berbagai efek emosional seperti yang Muhammad lakukan. Sebagai sebuah monumen sastra, Al-Quran berdiri dengan sendirinya. Sebuah produksi yang unik dalam literatur Arab dan tidak memiliki pelopor atau penerus.” Bahkan orang-orang non-Muslim telah mengimani bahwa hal itu benar.”

Saya meminta Anda, pendengar terkasih, pemirsa terkasih, apa penjelasan Anda untuk ini? Bagaimana mungkin pria buta huruf, menghasilkan keindahan yang luar biasa bahkan sampai hari ini orang-orang Arab tidak pernah mampu untuk menghasilkan sesuatu yang sepertinya.

Tidakkah Anda berpikir bahwa mukjizat ini, fakta ini, kebenaran ini membuat Anda menyadari bahwa memang hanya ada satu Allah yang berhak disembah? Bahwa memang Al-Quran adalah firman Allah, bahwa memang Muhammad صلى الله عليه وسلم. adalah utusan Tuhan? Bukankah sudah waktunya, pemirsa tercinta, sudah waktunya Anda mengatakan: Asyhadu alla Illaha Illalah, wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rassuluh“, bahwa tidak ada yang layak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah benar-benar utusan Allah. Wassalammu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. @Sumber: sebagaimana ditranskrip dari acara The Proof that Islam is The Truth “Keajaiban Bahasa Arab dalam Al-Qur’an” oleh Abdur Raheem Green

Sumber: Islamidia

Related Posts: