OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Jumat, 28 Juli 2017

Say No to Bullying!

Say No to Bullying!


10Berita – Bullying pada anak usia sekolah yang sedang marak terjadi, besar pengaruhnya pada peran seorang Ibu, yang notabene ibu adalah orang paling dekat dengan anak. Peran ibu dalam mendidik anak secara efektif sangat besar dibandingkan ayah yang sibuk dengan kegiatan ekonomi.

Intensitas ibu menemani anak adalah momentum strategis untuk membentuk kepribadian, serta mengembangkan kemampuannya yang positif semaksimal mungkin.

Tidak Bisa dibayangkan, bagaimana jadinya bila ketika menghadapi ketidakmampuan anaknya, si ibu berkata, “Kamu bodoh, gini aja gak bisa!!” atau berkata, “Gimana sih kamu ini, kerjanya membuang-buang uang saja.” Tentu saja si anak akan merasa gagal.

Ia akan kehilangan kepercayaan diri atau merasa rendah diri, dan yang lebih parah akan melakukan hal serupa seperti yang dilakukan orang tuanya kepada adik dan teman-temannya. Hal ini bukan masalah sepele. Karena hal ini sangat menghambat kemampuannya dalam berempati terhadap orang lain.

Sumber masalah yang paling berpengaruh ialah perlakuan negatif dari orang tua. Perlakuan orang tua akan mencetak anak menjadi baik dan buruk. Anak akan hidup sesuai dengan apa yang telah dipelajarinya.

Jika anak hidup dengan celaan, ia akan belajar menghakimi orang. Jika anak hidup dengan kebencian, ia akan belajar untuk bermusuhan. Jika anak hidup dengan ejekan, ia akan menjadi minder. Jika anak hidup dengan rasa malu, ia akan dihantui oleh rasa bersalah.

Jika anak diberi semangat, ia akan belajar untuk percaya diri. Jika anak hidup dengan pujian, ia akan belajar untuk menghargai orang. Jika anak hidup dengan keadilan, ia akan belajar bersikap adil. Jika anak hidup dengan penerimaan, ia akan belajar untuk menyukai dirinya. Jika anak hidup dengan persahabatan, ia akan belajar untuk mengasihi hidup ini.

Selain terjadi di area sekolah, bullying juga menjamur di ranah sosial media. Hidup bersosial media kini terlihat adanya tren terhadap orang yang menampilkan kepribadian mereka yang dibuat–buat secara online dan tidak memperlihatkan kondisi aslinya. Instagram digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan komentar–komentar yang kasar.

Cyber-bullying akan terus menjadi tantangan terbesar yang dihadapi para kelangan remaja. Tidak hanya remaja, para orang tua pun juga banyak terjangkit virus ini, apalagi yang ada kaitannya dengan perbedaan keyakinan dan politik.

Mereka tidak segan men-share berita yang belum tentu kebenarannya dengan ditambahi caption membully orang tersebut, baik itu tokoh maupun artis. Jadi, dalam hal ini orang tua dituntut sekali bersikap lebih dewasa.

Orang tua juga sering kecanduan pada media sosial dan mereka seharusnya mengetahui dampaknya pada kehidupan keluarga mereka. Mungkin sudah waktunya orang tua mengingatkan bahwa ada sebuah kehidupan yang lebih penting ketimbang jaringan media sosial. Semoga!

Penulis: Ary Estimewa (Pemerhati Masalah Anak)

Sumber: Kiblat.