Selalu ada Bahaya Besar sebelum Kemenangan Besar (Ketika Sultan Mehmed II belum Bergelar Fatih)
Sejak kemarin, 26 Mei, tahun 1453, Sultan Mehmed II masih terus dirayu oleh sadrazam-nya untuk mencabut kepungan atas Konstantinopel. Çandarli Halil Paşa menawarkan pendekatan kompromi terhadap Kaisar Konstantin XI. Mengajukan tuntutan upeti kepada kaisar merupakan salah satu usulannya. Keluarga Çandarli telah lama menjalin hubungan diplomatik antara Turki Utsmani dan Byzantium; upeti bukan barang baru dalam diplomasi.
Untung saja, Mehmed II telah lama melihat gelagat buruk ini. Beliau menempatkan panglima Zaganos Paşa pada posisi sadrazam-sani, satu tingkat dibawah sadrazam, dalam lingkar inti penasihatnya. Kepahlawanan Zaganos Paşa lebih dari cukup untuk mengimbangi pengaruh Halil Paşa. Sepertinya masih ada harapan untuk menggelorakan semangat tempur.
Hari ini, 27 Mei, tahun 1453, Mehmed II mengunjungi setiap kemah kesatuan tempurnya untuk meraba denyut juang pasukan barisan terdepan. Mehmed II tidak menemukan alasan untuk bersedih karena hampir semua kesatuan ingin menjadi yang pertama melampaui dinding pertahanan kota. Mehmed II menginstrusikan agar kisah Sahabat Abu Ayyub al-Anshari (ra) dibacakan kembali di setiap kemah kesatuan.
Tidak ada yang tahu bahwa 2 hari kemudian kota Konstantinopel jatuh ke tangan Kaum Muslimin Turki Utsmani. Nubuwwat Nabi SAW tentang pembebasan kota akhirnya terwujud setelah 8 abad lamanya.
Apa kiranya bahaya besar yang harus diatasi Kaum Muslimin di Indonesia sebelum Allah SWT memberkahi negeri ini dengan kemenangan yang besar?
Agung Waspodo
Depok, 27 Mei 2017
Sumber:Majelis Iman Islam