OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 17 Juli 2017

Warga Rohingya Ungkap Bagaimana Militer Myanmar Bantai Minoritas Muslim

Warga Rohingya Ungkap Bagaimana Militer Myanmar Bantai Minoritas Muslim


Pemerintah Myanmar nampaknya semakin sulit untuk menutupi pembantaian kejam terhadap minoritas Muslim Rohingya di provinsi Rakhine. Ini dikarenakan para korban mulai berani buka suara kepada media internasional.

Wanita Muslim Rohingya berbaris untuk mengatakan kepada wartawan tentang suami, ibu dan anak yang hilang pada hari Sabtu (15/7) kemarin saat media internasional untuk pertama kalinya datang ke sebuah desa di negara bagian Rakhine di Myanmar utara. Wilayah ini terkena dampak kekerasan sejak Oktober.

“Anak saya bukan teroris. Dia ditangkap saat bertani,” ujar seorang ibu muda, Sarbeda, seperti dikutip Reuters.

Sementara, beberapa wanita lain juga mengatakan hal serupa kepada sejumlah wartawan. Bahwa suami mereka telah ditangkap dengan alasan yang tidak benar.

Laporan ini sesuai dengan hasil penyelidikan PBB yang mewawancarai para pengungsi, dan menyatakan adanya pemerkosaan, penyiksaan, pembakaran dan pembunuhan oleh pasukan keamanan Myanmar.

Pemerintah juga dikabarkan telah menahan wartawan independen dan pemantau hak asasi manusia di luar wilayah tersebut selama sembilan bulan terakhir. Pekan ini, Kementerian Informasi mengantar lebih dari selusin wartawan asing dan lokal yang mewakili media internasional, termasuk Reuters, ke daerah di bawah penjaga petugas dari polisi penjaga perbatasan paramiliter.

Reuters melaporkan pada Maret, ada 13 anak laki-laki di bawah usia 18 tahun ditahan selama operasi keamanan. Mereka termasuk dalam daftar 423 orang yang dituntut di bawah undang-undang melanggar hukum, yang melarang bergabung atau membantu kelompok pemberontak.

Sedikitnya 32 orang dari desa Kyar Gaung Taung telah ditangkap dan 10 orang terbunuh, kata seorang guru desa, yang meminta tidak disebutkan namanya karena takut akan pembalasan. Dia memperkirakan bahwa setengah dari 6.000 penduduk desa telah melarikan diri selama operasi pembersihan.

Sumber: www.tribunislam.com