OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Jumat, 04 Agustus 2017

ADA-ADA SAJA, Apa Hubungan Layang-layang dengan Kedatangan Jokowi di Bali? Kok Dilarang

ADA-ADA SAJA, Apa Hubungan Layang-layang dengan Kedatangan Jokowi di Bali? Kok Dilarang


10Berita~Presiden Republik Indonesia Joko Widodo bersama istri melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Bali menggunakan pesawat kepresidenan rombongan tiba di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Kamis (3/7/2017) sekira pukul 18.51 Wita.

Sejumlah agenda akan dihadiri oleh Presiden Jokowi hari ini, Jumat (4/8/2017).

Namun di sosial media heboh adalanya larangan menaikan Layang-layang pada tanggal kunjungan Presiden Jokowi di Bali tersebut.

Larangan ini disampaikan pihak Desa Singapadu Tengah, Kab. Gianyar, Bali, melalui akun facebooknya:

"Sehubungan Kunjungan RI 1 (Presiden Jokowi) ke Bali dari tanggal 3-4 Agustus 2017, dihimbau kepada Masyarakat, khususnya Masyarakat Singapadu Tengah, untuk tidak menaikan Layang-layang pada tanggal tersebut demi menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Atas Kerjasamanya Kami aturkan Terimakasih.����"

HAL INI yang menjadi TANDA TANYA dan akhirnya ramai di media sosial terutama warga Bali.

HUBUNGANNYA APA ANTARA LAYANG-LAYANG DENGAN KUNJUNGAN JOKOWI?

Wayan Gendo Suardana membuat komentar dengan judul:

"AKAL SEHAT SAYA JUMPALITAN!"

Adakah yang bisa menjelaskan maksud postingan ini? Kira-kira kalau menaikan layang-layang pas Presiden Jokowi datang, hal-hal buruk apa yang mungkin terjadi dan mengancam keselamatan presiden?

Kira-kira siapa yang bisa menjelaskan hal ini, saya benar-benar gagal paham. Sama seperti dari 4 th lalu saat aparat sering kali menggunakan alasan "demi keselamatan presiden" saat akan merobohkan baliho BTR disepanjang jalan yang aka dilintasi oleh Presiden RI. Akal sehat saya jadi rusak, emangnya sejak kapan baliho BTR bisa mengancam keselamatan presiden?

Pertanyaan yang sama saat ini, "sejak kapan layangan bisa mengancam keselamatan presiden?"


Netizen lain mengungkapkan kemungkinan Larangan menaikan layang-layang saat kunjungan Presiden Jokowi adalah agar tidak ada yang menaikan layang-layang dengan tulisan BTR (Bali Tolak Reklamasi).

"Hubungannya biar ngga ada yg menaik'an layangan yg isi tulisan BTR.... 
Bo jelas tujuan berita ne," komen IB Surya Adi Saputra.

Layang-layang BTR (Bali Tolak Reklamasi) memang menjadi salah satu bentuk perlawanan masyarakat Bali terhadap proyek reklamasi Teluk Benoa.

Seperti yang diberitakan Bali Post:

TIGA LAYANGAN “BTR” RAMAIKAN PITIK KITE FESTIVAL


DENPASAR, BALIPOST.com – Maraknya pelarangan terhadap pemakaian atribut Bali Tolak Reklamasi belakangan ini justru memantik kreativitas masyarakat Bali dalam menyuarakan penolakan reklamasi Teluk Benoa. Salah satunya yang dilakukan komunitas layangan dari tiga desa adat yang selama ini telah menyatakan penolakan reklamasi Teluk Benoa.

Mereka menerbangkan layangan bertemakan Bali Tolak Reklamasi (BTR) bersamaan dengan diselenggarakannya Pitik Kite Festival 7 pada Minggu (2/7) berlokasi di Carik Abasan, Banjar Pitik, Desa Pedungan, Denpasar. Tiga buah layangan ini ikut menghiasi langit Denpasar dan menarik perhatian penonton.

Selain ukurannya cukup besar, layang-layang tersebut dihiasi dengan gambar kepal tangan kiri dan tulisan Bali Tolak Reklamasi di badan layang-layangnnya maupun di bagian ekornya yang meliuk-liuk. Bagi masyarakat Bali, gambar kepal tangan kiri merupakan simbol perjuangan bagi masyarakat Bali untuk menolak reklamasi Teluk Benoa. Layang-layang Bali Tolak Reklaamsi tersebut adalah milik komunitas layangan dari 3 Desa yaitu Kepaon, Pemogan dan Pedungan.

Link: http://www.balipost.com/news/2017/07/03/13458/Tiga-Layangan-BTR-Ramaikan-Pitik...html

NAH... MUNGKIN ITU HUBUNGANNYA PELARANGAN LAYANG-LAYANG SAAT KUNJUNGAN JOKOWI

SEBAGAIMANA kita mendukung warga DKI Tolak Reklamasi, maka sudah semestinya kita dukung warga Bali Tolak Reklamasi.

Sehubungan Kunjungan RI 1 (Presiden Jokowi) ke Bali dari tanggal 3-4 Agustus 2017, dihimbau kepada Masyarakat, khususnya...
Dikirim oleh Singapadu Tengah Siteng pada 2 Agustus 2017


Sumber: Portal Islam