OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 06 Agustus 2017

Anak Punk yang Hijrah Dalami Islam

Anak Punk yang Hijrah Dalami Islam

10Berita, YOGYAKARTA -- Istilah punk kerap identik dengan perilaku kurang baik. Itu tidak ditampik Aditya Abdurrahman, seorang dosen Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya yang pernah sepuluh tahun terlibat dalam komunitas punk sebelum memutuskan hijrah mendalami Islam.

Aik tidak hanya sekadar tergabung dalam komunitas. Ia juga pernah memiliki sebuah band punk. Dan telah menelurkan ratusan lagu dalam tujuh album bersama tiga band yang berbeda. "Saya menjadi anak punk pada 1995 hingga 2006. Setelah itu, saya mulai mendalami Islam," kata pria yang kerap disapa Aik itu saat memberikan kajian di Masjid Babul Jannah, Suryodiningratan, Yogyakarta Sabtu (5/8).

Ia memaparkan bahwa punk merupakan gerakan yang muncul dari Inggris dan Amerika. Menurutnya, komunitas ini muncul karena adanya perlawanan sosial atas adanya ketidakpuasan terhadap sistem pemerintahan di sana. Seiring waktu, punk menyebar hingga ke Indonesia.

Sebagian masyarakat mungkin melihat punk hanya dari tampilan dan kebiasannya. Padahal, lanjut dia, sebenarnya punk juga merupakan sebuah ideologi. "Bahkan cenderung ke arah makar. Jadi saat itu sebagian sempat menjadi daftar pencarian orang (DPO)," ujarnya.

Lama tenggelam dalam komunitas punk, pria yang telah mengenyam pendidikan S2 itu pun menyadari beberapa hal. Beberapa yang dilakukan oleh komunitas punk dirasakannya cenderung menentang agama dan mengarah ke liberal.

Tibalah ia pada titik sudah merasa tak lagi nyaman. Pada 2006 ia mulai menjauhi pergaulannya bersama anak punk. Kebetulan saat itu ia baru lulus kuliah dan mulai memasuki dunia kerja. Ia juga memiliki keinginan kuat untuk membina rumah tangga. Saat itu ia mendambakan seorang istri yang baik. Karenanya, ia pun termotivasi untuk melakukan perbaikan diri.

"Saat itu saya hanya menggunakan logika sederhana saya saja. Kalau saya masih nakal, maka akan mendapat istri yang tidak baik," kata pria yang selama bergaul bersama komunitas punk ini tak sempat menorehkan tato secuil pun di tubuhnya.

Agar dapat memperbaiki diri dengan optimal, ia pun memutuskan hubungan secara total selama beberapa tahun dari komunitas punk. Namun, pada 2010 Aik sempat kembali bersilaturahim dengan teman-teman di komunitas itu. Alhamdulillah, kini, selain mengisi hari-harinya menjadi staf pengajar, ia pun juga menjadi pembina komunitas punk muslim Surabaya.

Sumber: Portal Islam

Related Posts:

  • Perjalanan Dakwah di Korea: Sup Tanpa Rasa dan Musholla di Atas Ruko (2) Perjalanan Dakwah di Korea: Sup Tanpa Rasa dan Musholla di Atas Ruko (2) Tak banyak da'i Indonesia yang berkesempatan berdakwah di Korea. Keberuntungan itu kini dimiliki ustadzah muda bernama Ellina Supendy. Bagaimana kisah … Read More
  • Penyamakan Kulit Hewan dan Pemanfaatannya Penyamakan Kulit Hewan dan Pemanfaatannya 10Berita,  JAKARTA -- Kulit hewan sering kali dimanfaatkan sebagai bahan produksi tas, dompet, sepatu, dan ikat pinggang. Nilai jualnya bahkan, sangat tinggi di pasaran. Ba… Read More
  • Sejarah Turkifikasi Anatolia Sejarah Turkifikasi Anatolia 10Berita, JAKARTA --  Jauh berabad-abad yang lampau, daratan Asia Kecil atau Anatolia dihuni oleh masyarakat Romawi dan Yunani kuno. Di antara mereka terdapat bangsa Hatti, Hurriyah, Ib… Read More
  • Siapakah Bangsa Turki Itu? Siapakah Bangsa Turki Itu? 10Berita, JAKARTA -- Kegemilangan Islam pada masa lampau tidak hanya dicapai di bawah pemerintahan bangsa Arab, melainkan juga bangsa-bangsa non-Arab. Salah satu nya adalah bangsa Turki yang m… Read More
  • Ceuta, Titik Awal Penaklukan Semenanjung Iberia Ceuta, Titik Awal Penaklukan Semenanjung Iberia 10Berita, JAKARTA -- Jauh sebelum berada di bawah kekuasaan Islam, menurut catatan, Ceuta didirikan oleh bangsa Punik alias Kartagena kuno pada abad kelima sebelum Masehi … Read More