OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Kamis, 17 Agustus 2017

Batas Mastatho'thum Kita Terlalu Rendah

Batas Mastatho'thum Kita Terlalu Rendah


Kita sering sekali mendengar orang mengatakan Mastatho'tum(Semampumu). Maka banyak di antara kita yang mengatan 'Ini yang bisa saya lakukan' entah itu didalam hati atau terlahir dari lisan kita.

Dalam Al Qur'an, kata Masthatho'tum
terdapat dalam surat At-Taghabun ayat 16 di korelasikan dengan kata taqwa. Maksudnya ialah "Maka Bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu (semampunya)".

Mastatho'tum berarti sesuai kesanggupan atau semampunya, atau bisa di artikan  bahwa kita diperintahkan oleh Allah Ta'ala untuk bertaqwa berdasarkan kesanggupan kita atau semampunya.

Namun sering sekali kita membuat standar 'target' kita begitu lemah

■ Saya biasanya cuma bisa baca Quran 2 hlm sehari
■ Saya mampunya cuma ngajar aja
■Saya mampunya cuma.....

Kita membuat standar yang menjadi batas diri yang ternyata sudah banyak orang yang melampauinya.

“Jika kau telah berada di jalan Allah, melesatlah dengan kencang. Jika sulit, maka tetaplah berlari meski kecil langkahmu. Bila engkau lelah, berjalanlah menghela lapang. Dan bila semua itu tak mampu kau lakukan, tetaplah maju meski terus merangkak, dan jangan pernah sekalipun berbalik ke belakang".(Asy Syafi’i).

Abdullah 'Azzam, seorang syaikh teladan. Dihormati juga disegani oleh para muridnya. Pada suatu saat beliau ditanya oleh muridnya,
“Ya Syaikh, apa yg dimaksud dengan mastatho’tum?"

Sang Syaikh lalu membawa muridnya ke sebuah lapangan dan semuanya muridnya berlari sekuat tenaga, mengelilingi lapangan. Hingga akhirnya semua muridnya sudah menyerah kecapaian dan menepi ke pinggir lapangan.

Giliran sang Syekh menunjukkan kemampuannya. Beliau berlari mengelilingi lapangan hingga membuat semua muridnya heran sekaligus takjub. Karena beliau sudah jauh lebih tua tapi tetap ngotot untuk berlari lebih lama dari mereka.  Sampai kemudian beliau jatuh pingsan, tak sadarkan diri.

Setelah beliau siuman dan terbangun, muridnya bertanya,

“Syaikh, apa yang hendak engkau ajarkan kepada kami?”

“Muridku, inilah yang dinamakan titik mastatho’tum! Titik di mana saat kita berusaha semaksimal tenaga sampai Allah sendiri yang menghentikan perjuangan kita (bukan, bukan kita yang berhenti)”, sahut  Syaikh Abdullah lugas lagi mantap.

Mari berlindung kepada Allah dari malas dan lemah azzam,

Mari menjemput limpahan karunia rahmatNya denganmastatho'tum.

Cukuplah Allah yang memberhentikan kita tilawah Al Qur`an, bukan kita sendiri malah yang menghentikannya, bahkan menundanya demi sesuatu yang menurut kita lebih penting dari tilawah.

Selamat mencari titik mastatho'tum kita semua. 

Sumber: Wajada