Perjalanan Dakwah di Korea: "The Journey Begin" (1)
Ustadzah Ellina Supendy saat bercengkerama dengan WNI pada hari pertama kunjungannya
Tak banyak da'i Indonesia yang berkesempatan berdakwah di Korea. Keberuntungan itu kini dimiliki ustadzah muda bernama Ellina Supendy. Bagaimana kisah perjalanannya di Negeri Ginseng yang kerap melahirkan generasi KPop itu? Simak tulisan berseri Peraih Ummi Award 2008 itu selama di sana (12-21 Agustus 2017), hanya di Wajada.
Undangan dari muslimah WNI di Korea sebenarnya sudah lama saya terima. Percaya tak percaya jika saya harus menjejakkan kaki di negeri Kpop yang digandrungi muda mudi Indonesia tersebut. Sebab dari awal pengurusan visa-nya saja sudah penuh dengan drama. Padahal saya juga bukan penggemar drama korea apalagi kpop. Satu-satunya acara Korea yang saya tonton ya cuma Running Man, acara games kejar-kejaran yang pesertanya ngos-ngosan.
Pembuatan visa Korea saya lakukan sendiri. Itulah kenapa harus jungkir balik sebab syarat yang lumayan banyak kayak orang mau melamar kerja. Kartu keluarga, Ktp, Paspor dan foto adalah syarat standar pembuatan visa Korea, tapi yang bikin emak2 seperti saya pusing adalah harus pula dilampirkan surat pajak SPT21. Apa sih yang bisa dilakukan emak-emak pengacara (pengangguran banyak acara) yang nggak kena pajak? Pada akhirnya saya buat surat pernyataan bahwa tak memiliki surat tersebut. Memang saat ini pengurusan visa Korea agak susah katanya. Ya finalnya saya cuma doa minta izin Allah saja yang kekuasaannya melampaui negara manapun. Begini doa saya:
"Ya Allah, perkenankan hamba memenuhi undangan tersebut dan hanya izin-Mu lah hamba bisa menjejakan kaki di negara Ginseng tersebut atau tidak sama sekali"
Alhamdulillah visa approved dan berikutnya saya segera pesan tiket. Sedianya jadwal undangan saya berangkat 4 s/d 10 Agustus 2017. Namun apa daya karena visa baru keluar 10 Agustus, akhirnya jadwal molor jadi tanggal 12 hingga 21 Agustus.
Alhamdulillah tiket Malaysia Airline sudah ditangan dan dengan izin Allah lah saya berangkat ke negeri tersebut. Perjalanan memakan waktu sekitar 8 jam dan transit selama 2 jam di Kuala Lumpur. Berikutnya cuss berangkat ke Incheon Airport bersama ratusan orang Korea di pesawat. Sepertinya saya satu-satunya penumpang dari Indonesia deh, sebab petugas boarding pesawat yang terlihat bingung tanya-tanya ke saya.
"Cik nak ape ke Korea?"
"Sorang saja ker?"
Sambil membolak-balik paspor saya. Memang sih saya juga tak menyangka bisa berangkat. Kata keponakan saya:
"Kenapa harus tante sih yang ke Korea? Penggemar KPop bukan, Dunia per-Koreaan ngga mudheng. Ooh hidup sangat tidak adil!" Sambil misuh-misuh ngga jelas ala penggemar KPop
Pada akhirnya saya mendarat di Incheon, alhamdulillah prosescheck in di imigrasi nggak pakai lama dan voilah saya pun akhirnya menjejakan kaki di Korea.
Saya dijemput oleh Mba Asma Azizah, seorang mahasiswi S2 jurusan Korea Linguistic di salah satu Universitas di Seoul (bacanya: Soul, bukan Se-o-ul). Takjub saya sama beliau. Ngomong Korea-nya fasih sekali dan kuat angkat-angkat koper saya ke dalam Bi (Semoga Allah membalas amal solihmu Mba ... Amiin)
Bahasa Korea itu memang terdengar sangat keren ketika diucapkan. Ada alunan panjang pendeknya. Seneng deh denger Mba Asma ngobrol sama supir taksi dan saya cuma jadi pendengar yang baik alias nggak paham.
Saya meneruskan perjalanan 2,5 jam ke Daejeon, sebuah kota kecil yang penuh dengan kampus-kampus keren. Salah satunya adalah Kampus KAIST, Korean Advance Institute Science & Technology.
Di Daeseon saya diantar ke rumah Mba Ninda, suaminya juga kuliah di Korea. Apartemennya mungil dengan 2 kamar tapi lumayan mahal kata beliau. Sampai sana saya langsung mengisi kajian muslimah yang tinggal di wilayah Korea. Ada yang dari Seoul, Ansan, Daejeon, Myangdong dll.
Alhamdulillah mereka semangat dan antusias datang untuk menghadiri kajian. Padahal jarak rumah dan lokasi acara cukup jauh. Bahkan diantara mereka harus membawa bayi dan anak-anak yang masih balita...Masya Allah. Mau ikut kajian saja walau jauh masih semangat. Bagaimana dengan muslimah Indonesia yg kajiannya bertebaran bahkan hanya tinggal melangkah saja .. masih males juga?
Selesai acara saya langsung tepar, awalnya niat tidur 1 jam supaya maghrib bisa bangun. Tapiii ... malah lewat sampai Isya. Alhamdulillah ada rukhsoh jama qoshor jadi saya betul-betul bisa save energi untuk esok hari.
Sekian dulu cerita hari pertama di Korea. Besok Insya Allah saya lanjut lagi.
Wassalam
Sumber: Wajada