Makkah, ‘Ku Ingin Mencium Tanahmu!
10Berita, Wartawan Republika.co.id Nashih Nashrullah, dari Makkah, Arab Saudi
Sinar matahari masih tampak dari celah-celah jendela kaca Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah, Kamis (27/7). Pukul 18.00, pesawat mendarat yang membawa 373 petugas penyelenggara haji Indonesia (PPIH) yang akan bertugas di daerah kerja (daker) Makkah mendarat setengah jam lebih lambat dari jadwal kedatangan yang diagendakan.
Suasana Bandar udara yang resmi beroperasi pada 31 Mei 1981 itu, masih sangat tampak lengang. Selain para PPIH, hanya tampak puluhan jamaah haji asal Pakistan yang telah mengenakan pakaian ihram. Konon, kehadiran jamaah haji asal Pakistan, menandai diimulainya penyelenggaraan haji tahun ini.
Setelah melewati imigrasi, saya dan segenap tim media center haji (MCH) 2017, mengurus bagasi. Sempat mencuri-curi foto suasana bagasi, namun tiba-tiba. ”Yalla..mamnu’ tashwir,.” Teriakan petugas keamanan bandara itu ternyata dialamatkan ke saya. Hentikan aktivitas memotretmu, kawan. Sempat disuruh menghapus hasil jepretan, namun akhirnya saya berkilah, dan saya bilang semua gambar sudah saya hapus, ya kapten!
Kamera pun kembali masuk ke dalam tas. Baiklah. Lewatkan sejenak keinginan mengambil gambar suasana bandara yang mengambil nama raja pertama Kerajaan Arab Saudi, Abdul Aziz ini.
Saya pikir urusan kamera sudah selesai, begitu melewati pemeriksaan x ray. Demikian juga anggapan dua wartawan televisi nasional, Metro TV dan Kompas TV yang keluar bersamaan. Tetapi dugaan salah. Petugas meminta semua kamera yang kami bawa untuk diperiksa kelengkapan administrasinya.
Kamera-kamera besar milik dua wartawan tv tersebut akhirnya harus menginap di keamanan bandara untuk berapa hari hingga surat-surat kelengkapannya terpenuhi. Sementara kamera saya lolos, meski tetap harus menghapus foto-foto yang terlanjur saya jepret.
Kami pun keluar dari pemeriksaan. Sementara, anggota PPIH lainnya, sudah selesai berkemas dan mengganti busana dengan kain ihram untuk mengambil miqat di bandara ini. Pemerintah Arab Saudi memberikan fasilitas penunjang di Airport Jeddah. Puluhan kamar mandi lengkap dengan toilet dan tempat wudhu serta mushala.
Dengan bertalbiyah, kami menuju Masjid al-Haram. Jam menunjukkan pukul 22.00 waktu Saudi, atau pukul 02.00 waktu Indonesia Barat (WIB). Jarak Jeddah ke Makkah ditempuh kurang lebih satu jam. Rupanya kondisi badan masih belum beradaptasi dengan waktu.
Tetapi, keletihan demi keletihan terbayar sudah. Menara al-Haram, terlihat dari mobil beberapa waktu sebelum kami turun dari kendaraan di putaran Hotel Royal Dar al Eiman dan segera menuju masjid. Makkah, saya ingin mencium tanahmu. Tak ada satu kata apapun yang mampu mewakili perasaan itu. Dan kali ini sungguh, saya cium tanahmu, Makkah.
Tanah yang begitu dicintai oleh Baginda Rasulullah SAW. Sebaik-baik tanah-Mu di bumi. Tanah kelahiran yang senantiasi dirindukan oleh Rasul. Tanah yang selalu dititipkan kepada Allah SWT untuk dijaga. “Seandainya kaumku tidak mengusirku dari tanah ini, tak akan aku (Rasulullah) meninggalmu, Makkah.”
Butiran-butiran kecil mengalir dari kedua kelopak mata. Betapa tangisan ini terlihat pula di wajah para tim MCH 2017. Tangis tak lagi bisa dibendung. Sejujurnya, saya bukanlah tipe gampang menangis. Entah mengapai air mata keluar begitu saja. Orang bilang tangisan semacam ini bukanlah bentuk kesedihan, melainkan kerinduan yang mendalam untuk menjenjakkan kaki di tanah suci. Kerinduan yang sama tergambar dari syair-syair pengarang kitab Syudzur adz-Dzahab,Imam Muhammad as-Syinqithi yang teramat merindukan Makkah. Dalam gubahan syairnya, ulama yang hidup pada abad ke-12 Hijriyah ini menulis :
Terdorong sekali keinginanku bersujud dan menahan beberapa saat untuk tidak mangangkat keningku, di tanah yang pernah disentuh Nabi
Tiadalah tangisan ini tangis sedih akibat kehilangan kekasih yang cantik, dan berharap maaf
Azan Shubuh WAS mengakhiri prosesi umrah kami. Disambut mentari pagi, dan ratusan burung merpati yang beterbangan di pelataran Tower Zamzam, kami beranjak meninggalkan al-Haram, menuju Kantor Misi Haji Indonesia di wilayah Shisha. Masih membekas kesan kerinduan itu, dan kembali tebersit di benak, untuk mencium kesekian kali tanahmu, Makkah!
Sumber: Ihram