OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Selasa, 15 Agustus 2017

Malam Kesaksian: Mengurai Benang Kusut Tragedi Pencurian Amplifier

Malam Kesaksian: Mengurai Benang Kusut Tragedi Pencurian Amplifier

10Berita– 13 hari lamanya, Mushola Al-Hidayah tidak mengumandangkan azan. Sejak kasus pengeroyokan yang berujung pada pembakaran seorang pria di Pasar Muara Bakti, Desa Muara Bakti, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, pada Selasa, 1 Agustus 2017 lalu, perangkat pengeras suara (amplifier) di musholla tersebut jadi barang bukti di Mapolres Bekasi.

Sebagaimana ramai diberitakan, seseorang bernama Muhammad Al-Zahra (MA) alias Zoya dikeroyok dan dibakar warga di depan sebuah mushola dekat Pasar Muara Bakti. Lokasinya sekitar 5 kilometer dari Mushola Al-Hidayah yang jadi tempat peristiwa.

Kiblat.net berupaya mengurai benang kusut dan simpang siur opini yang bertebaran di media sosial. Namun upaya itu tak mudah. Para saksi mata di sekitar tempat kejadian perkara tidak ada yang mau buka mulut. Alasannya beragam. Ada yang tak mau lagi berurusan dengan polisi, ada pula yang tak mau kasus ini terus berkepanjangan.

Kiblatnet menghubungi seorang kawan yang tinggal di Babelan dan memintanya agar bersedia mengantar untuk menjumpai saksi kunci kasus ini. Ialah Rojali, marbot Mushola Al-Hidayah. Sang kawan pun mengaku tak tahu pasti di mana alamat Al-Hidayah sehingga harus menghubungi kawan-kawannya di daerah Bekasi ‘bawah’.

“Temen abang ini wartawan ya. Kalo saya kagak kenal abang dan tau dia wartawan tadinya mah saya gak berani nganterin,” kata sang pengantar kepada kawan saya. Maklum, beberapa hari belakangan, penyidik dari Polres Bekasi tengah gencar mencari sejumlah orang yang diduga menjadi pelaku pengeroyokan dan pembakaran almarhum MA. Sejumlah gawai para remaja sekitar kampung Muara pun diperiksa untuk mencari video rekaman kejadian naas itu.

Rumor dan Opini Sesat

Ketika langit telah gelap, bintang gemintang nampak sebagian. Akhirnya, Kiblatnet berhasil tiba di Mushola Al Hidayah, Kampung Cabang 4, Desa Hurip Jaya, Kecamatan Babelan pada Ahad, 13 Agustus 2017. Meski berjalan malam hari, perjalanan ke lokasi masih memakan waktu sekitar 40 menit dari Pondok Pesantren Attaqwa Ujungharapan. Sebuah pesantren tradisionalis yang sangat popular di wilayah Bekasi Utara.

Kepada Kiblat.net, Rojali menuturkan belakangan ini situasi agak mencekam. Sejak kasus pembakaran menjadi viral di media sosial, ia jadi terpojok. Beredar sebuah gambar yang menuding bahwa Rojali-lah provokator yang menyebabkan almarhum MA dikejar dan dikeroyok warga.

Sebuah gambar yang meresahkan dan menyudutkan saksi kunci tragedi pencurian amplifier beredar di media sosial.

Ia juga mendengar desas-desus bahwa akan ada serangan dari orang Cikarang ke wilayah Babelan. Almarhum MA memang berasal dari Cikarang, sekitar belasan kilo dari lokasi kejadian. Kendati demikian, ia tetap sepenuhnya menyerahkan diri kepada Allah SWT. “Saya tawakkal saja sama Allah, bisa apalagi saya?”

Kabar burung akan adanya serangan itu sampai juga ke telinga tokoh masyarakat Babelan, Ustadz Aang Khunaefi. Menurutnya, banyak informasi yang masuk dari para laskar santri dan masyarakat. Namun, ia berupaya untuk menenangkan warga agar tak mudah termakan rumor yang meresahkan. “Saya yakin warga Babelan tak mudah termakan isu semacam itu. Kita sampaikan lewat pengajian kepada masyarakat bahwa situasi sudah kondusif. Yang kita ingin kan begitu.”

Sumber:  Kiblat