OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 20 Agustus 2017

PASAR BEBAS REGULASI MINYAK, JADI TAMU DI NEGERI SENDIRI

PASAR BEBAS REGULASI MINYAK, JADI TAMU DI NEGERI SENDIRI


Oleh: Agus Santoso
(Praktisi Pertambangan)

Dulu saya sering heran kalo liat SPBU macem Shell, Petronas dan Total SPBU asing lainnya yang berjajar di pinggir jalan, mereka berdagang tapi nggak ada yang beli, apa mereka untung? Tapi kenapa mereka membangun gedung yang megah walaupun pelanggannya nyaris dikatakan kosong melompong, tak ada mobil yang mau belok ke SPBU asing yang cuman jualan Pertamax.

Kini saya baru mengerti ternyata itu diskon atas investasi yang mereka lakukan, lalu bagaimana mereka bisa yakin berbisnis di Indonesia? Ternyata mereka memang udah tau arah perkembangan ekonomi politik kita sekarang, regulasi minyak kita mengarah pada Pasar Bebas, Pemerintah lebih suka menjual premium ke pasar spekulasi NYMEX, ketimbang nyalurin ke rakyatnya sendiri.

Jadi saya paham bagaimana kemudian 40 perusahaan asing memegang beslit lisensi 20.000 hak pembangunan SPBU, ini artinya nanti bakal ada 800.000 SPBU asing bermain di pasaran distribusi ritel. Rupanya kita harus belajar ‘Ilmu Sinyalemen, Ilmu Pertanda’. Adanya SPBU asing, regulasi yang dipermainkan dan trik-trik politik dagang yang dikenalkan ke ruang publik adalah bagian besar penggiringan ekonomi Indonesia ke dalam pasar bebas yang mendikte ruang ekonomi rakyat.

Kini saya hanya mengelus dada, melihat SPBU-SPBU asing itu menguasai pinggir-pinggir jalan raya, bahkan untuk menguasai pasar retail saja orang Indonesia tidak bisa menjadi Panglima-nya. Kini orang Indonesia dipaksa beli Pertalite dan Pertamax oleh pemerintahan, padahal persediaan Premium masih berlimpah, lalu dibuat framing seolah-olah Premium tak diminati oleh masyarakat. Padahal bukan tidak diminati tapi memang dibatasi pasarannya bahkan nyaris tidak ada di SPBU-SPBU.

Pemerintah hanya ingin jual Premium ke pasar spekulasi. Banyak orang Indonesia susah karena didikte atas kemauan Pasar Bebas. Benar kata Bung Hatta “Apalah arti Kemerdekaan bila orang Indonesia tak punya hak-hak ekonomi-nya?”

Kini saya mengerti, kenapa BBM harus dinaikkan harganya dan dicabut subsidinya..Kini saya mengerti, kenapa Mereka condong memasang boneka karena gampang diremote dalangnya.. agar harganya setara dengan SPBU-SPBU asing.

Cadangan minyak Indonesia terbukti mengalami peningkatan cukup untuk kebutuhan selama 18 tahun. Saat ini jumlah cadangan minyak Indonesia diperkirakan sebanyak 9 miliar barrel. Kata kepala BP Migas, Rachmat Sudibyo.. Jumlah cadangan minyak tersebut masih akan bertambah karena pemerintah terus mencari lapangan minyak baru.

Cadangan minyak nasional yang ada saat ini diperkirakan mencapai 9 miliar barrel dengan tingkat produksi 1,1 juta barrel per hari. Untuk kebutuhan sendiri saja cukup itu sambil eksplorasi lagi. Jangan diserahkan ke asing lagi, anak-anak bangsa sudah pinter-pinter semua.. Cukup-cukuplah kasih makan Cina, Amerika dan Kanada. Bukan malah kontrak diperpanjang hingga 2041.

Tapi sayang, Indonesia sudah menjemput takdirnya sendiri menjual tanah air ini dengan memilih pemimpin titipan.***

Sumber: Portal Islam