OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 20 Agustus 2017

Pemerhati Anak: Tujuan Pendidikan Islam Bahagia Dunia AKhirat

Pemerhati Anak: Tujuan Pendidikan Islam Bahagia Dunia AKhirat


10Berita~BOGOR Pemerhati Pendidikan Anak dari SEAMEO QITEP Language Jakarta, Dr Indrani Dewi Anggraeni menyebutkan, tujuan pendidikan dalam Islam adalah hidup bahagia di dunia dan bahagia akhirat.

Demikian ia ungkapkan, dalam  seminar Pendidikan Islam Anak Usia Dini dengan tema “Kebijakan Dinas Pendidikan dalam Pengembangan Profesionalisme Guru Anak Usia Dini di Kabupaten Bogor”. Seminar yang digelar oleh Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Institut Agama Islam Sahid (INAIS) Bogor itu berlangsung di Kampus INAIS Gunung Menyan, Pamijahan, Bogor, Sabtu (19/8).

"Pendidikan dalam Islam membebaskan manusia dari berbagai belenggu kehidupan, mengantarkan umat manusia untuk hidup damai dan bahagia, selamat hidup di dunia dan akhirat kelak," katanya.

Indrani juga menjelaskan bahwa materi pendidikan anak dalam Islam meliputi keimanan, ibadah,dan akhlak. 

kemudian, menurut Indrani, Guru PAUD haruslah berilmu, sebab dengan ilmu sang guru bisa mengetahui psikologi anak, misalnya mengapa anak tidak mau menyanyi, harus dicari tahu mengapa sebabnya, dan lain-lain.

"Anak yang ceria pasti dicontohkan oleh orangtua dan gurunya. Guru sebagai pengganti orangtua di sekolah, karena itu meski interaksi anak dengan guru di sekolah cuma 2 jam  misalnya, tapi interaksi itu sangat bermakna," jelasnya.

Selain itu, Indrani juga menegaskan bahwa anak usia dini merupakan usia emas, usia yang sangat mendasar bagi perkembangannya. Perkembangan anak usia dini sangat luar biasa, baik kognitif, afektif maupun psikomotor.Ia meminta anak jangan dibatasi kreatifitasnya pada usia tersebut.

"Biarkan anak berimajinasi. Kalau anak menggambar gunung berwarna merah, misalnya, biarkan. Anak usia dini jangan diajarkan hal-hal yang sulit seperti belajar bahasa Inggris, misalnya. Kasihan otaknya. Ajarkan saja bahasa Sunda atau bahasa Indonesia yang memang sudah menjadi lingkungannya," ujarnya.

Sambung Indrani, anak tidak perlu menulis. Kalau salah ketika menggambar, misalnya, jangan dimarahi. Anak-anak harus belajar sambil bermain.

Sekedar diketahui, Seminar yang diikuti sekitar 300 peserta itu menghadirkan tiga orang pembicara, yaitu:  Dr Indrani Dewi Anggraeni (pendidik dan pemerhati anak dari SEAMEO QITEP Language Jakarta), Iwan SPd MM (penilik luar sekolah Kecamatan Cibungbulang), dan Dian Rodiana SPd (ketua HIMPAUDI Kecamatan Cibungbulang). Seminar dipandu oleh Tita Hasanah, M.Si, ketua Program Studi PIAUD FITK INAIS.

INAIS saat ini memiliki tiga Fakultas yaitu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, serta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. (bilal/)

Sumber: voa-islam