OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Selasa, 22 Agustus 2017

Tausiyah Pembuka Menuju Baitullah

Tausiyah Pembuka Menuju Baitullah

Jika kita ingin haji yang kita ikuti benar-benar mampu membentuk kalbu, jiwa, raga, dan amal yang sempurna, maka hendaklah semua bangunan tadi sempurna.

Zulkarnain/hidayatullah.com

[Ilustrasi] Jamaah haji menuju pesawat Saudia Airlines di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, musim haji 1438 H/2017, 28 Juli 2017.

Perjalanan haji bukan sebatas ritual ibadah. Rukun Islam kelima ini mengandung selaksa hikmah, inspirasi, pesan, spirit, serta hal-hal positif lainnya dalam berbagai aspek kehidupan.

Pada musim Haji 1438 H/2017, wartawan hidayatullah.com,Mahladi, yang berkesempatan menunaikan ibadah haji tahun ini, mengajak pembaca menyelami sebagian dari semua itu.

Kisah perjalanan anggota Dewan Syuro Jurnalis Islam Bersatu (JITU) ini insya Allah akan disuguhkan secara berseri. Berikut catatan pertamanya!

SENIN, 21 Agustus 2017. Perjalanan haji ini dimulai dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten.

Pimpinan Yayasan al-Islam Bekasi, Jawa Barat, Ahmad Farid Okbah, yang turut dalam rombongan haji bersama Yayasan Manarah al-Islamiyah ini, “membuka” awal perjalanan ini dengan tausiyahnya.

Farid mengatakan, Islam dibangun atas lima perkara. Bangunan ini dimulai dari syahadat. Ia menjadi komitmen dasar dalam berislam.

Setelah itu dilanjutkan dengan shalat, yang menjadi bangunanqolbiah (kalbu) dan badaniah (jasmani).

Selanjutnya, zakat, sebagai bangunan maliah (harta). Sedangkan puasa adalah bangunan batiniah.

Lalu bagaimana dengan haji?

“Ibadah haji merangkum semua bangunan itu,” kata Farid saat akan bertolak ke Arab Saudi. Di dalam haji ada bangunanqolbiah, badaniah, maliah, dan batiniah.

Baca: Belajar dari Haji: Bergerak Dalam Kebaikan


Karena itu, jika kita ingin haji yang kita ikuti benar-benar mampu membentuk kalbu, jiwa, raga, dan amal yang sempurna, maka hendaklah semua bangunan tadi sempurna.

Setelah faktor internal ini beres, barulah kita beranjak pada fase berikutnya, yakni eksternal. Ibadah haji pun, menurut Farid, seharusnya bisa menjadi langkah awal menuju eksternal.

Allah Subhanahu Wata’ala menganugerahkan kepada kaum Muslim waktu untuk berkumpul bersama dalam satu momentum.

Seharusnya, momentum seperti ini bisa kita manfaatkan untuk melakukan konsolidasi umat untuk memenangkan Islam. Bukankah dulu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam baru melakukan ekspansi setelah menunaikan ibadah haji?*Bersambung

Rep: Admin Hidcom

Editor: Muhammad Abdus Syaku

Sumber: Hidayatullah