OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 03 September 2017

3 Hikmah yang Dapat Diambil dari Kasus First Travel

3 Hikmah yang Dapat Diambil dari Kasus First Travel

Rasulullah Shalallaahu 'alaihi wassalam bersabda; “Hikmah itu adalah barang yang hilang milik orang yang beriman. Di mana saja ia menemukannya, maka ambillah.” (HR. Tirmidzi) 

Sahabat Ummi, kasus First Travel yang mencuat saat ini jangan sampai malah menjadikan kita sebagai orang-orang nyinyir saja, apalagi kalau kita bukan termasuk korban tapi malah asyik menyalah-nyalahkan korban karena tidak berhati-hati memilih travel, atau asyik menggosipkan pemilik travel yang disinyalir melakukan penipuan. Harus ada pelajaran dan hikmah yang bisa kita resapi dari kasus terlantarnya puluhan ribu jamaah umroh ini. 

Barangkali 3 hikmah berikut ini bisa menjadi bahan introspeksi bersama:

1. Tidak mudah tergiur embel-embel promo, terutama untuk urusan ibadah

Manusiawi sekali ketika kita lebih memilih sesuatu yang harganya lebih murah dibandingkan penawaran lainnya, akan tetapi kita perlu berhitung dengan logika... agar tidak terjebak pada skema penipuan yang pada akhirnya justru merugikan diri sendiri.

Terutama untuk umroh, ketika mengambil harga promo kita bisa terlebih dulu menghitung biaya akomodasi, penginapan, makan, dan fasilitas lain-lainnya yang dijanjikan, apakah masuk akal atau justru sudah terlihat keganjilan dari perhitungan di atas kertas yang kita lakukan.

Jangan mengambil risiko jika sedari awal sudah terlihat gelagat mencurigakan, baik dari harga yang ditawarkan, fasilitas yang dijanjikan, dan lain-lainnya.

2. Jauhi hidup bermegah-megahan

Banyak berita yang mengekspos tentang kehidupan glamor yang dijalani pasutri pemilik First Travel. Koleksi tas yang masing-masingnya seharga dua ratusan juta Rupiah, rumah dan perabot yang seperti istana, pakaian-pakaian mewah dan mahal, seharusnya kemewahan ini tidak membuat kita iri atau berdecak kagum, melainkan 'takut'. 

Orang beriman seharusnya takut dengan gaya hidup bermegah-megahan, karena bukankah setiap harta benda yang kita miliki akan dipertanyakan dari mana asalnya dan untuk apa dipergunakannya? Lagipula kecenderungan gaya hidup mewah adalah melalaikan, punya harta banyak boleh... tapi bergaya hidup mewah jangan.

Bermegah-megahan telah melalaikan kamu... kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (QS. At Takatsur: 1 dan 8).

3. Istidraj tanda Allah tak peduli, Teguran tanda Allah Cinta

Ketika seseorang dibiarkan oleh Allah dalam kelalaian dan kesesatannya, atau ditangguhkan pembalasan kejahatannya... maka itulah pertanda Allah tak lagi peduli pada seorang hamba. Akan tetapi, ketika seseorang melakukan kesalahan lalu langsung mendapat teguran, langsung ketahuan, maka sesungguhnya ada potensi orang tersebut merupakan hamba yang dicintai Allah dan tak diizinkanNya untuk tersesat lebih jauh.

Kalau kita mau menggunakan kacamata paradigma ini, semestinya kita tak lagi asyik menghujat orang lain, bisa jadi teguran dari Allah ini adalah bukti cinta Allah pada mereka agar mereka bertanggungjawab dan kembali pada jalan yang benar. Maka, tugas kita sebagai sesama saudara adalah mendoakan agar mereka memahami tanda cinta Allah ini dan bersedia memikul tanggungjawab atas kesalahan yang telah dilakukan. Wallaahualam.

Bagaimana menurut Sahabat Ummi? Adakah hikmah lainnya yang diperoleh dari kasus First Travel ini?

Foto ilustrasi : Google

Yuk, ikutan Tebar Wakaf Qur'an untuk para santri Penghafal Qur'an.
Donasi Rp 100.000,- Disalurkan untuk Lembaga Penghafal Qur'an
Transfer ke Bank BCA 5800.144.096 atas nama Yayasan Insan Media Peduli
Konfirmasi : 0857 1549 5905 (Purnomo)

Mau Berlangganan MAJALAH UMMI CETAK hubungi081546144426 (bisa via whatsapp).


Sumber : Ummi Online