BAHKAN BINATANG KUTU SAJA TIDAK ATEIS
10Berita - BAHKAN BINATANG TIDAK ATEIS
Oleh Ahmad Sastra
Dikisahkan seluruh binatang berduka ketika menyaksikan Nabiyullah Ibrahim dibakar oleh kaum pembangkang Tuhan. Binatang-binatang itu berusaha menjadi pasukan Allah untuk memadamkan api, demi keselamatan Ibrahim. Binatang-binatang tidak ateis.
Bahkan dalam ajaran Islam, dijelaskan bahwa seluruh binatang yang ada di lautan mendoakan hamba-hamba Allah yang keluar rumah untuk menuntut ilmu. Entah seperti apa mereka berdoa dan bertasbih kepada Allah, yang pasti mereka tidak ateis.
Dikisahkan dalam surat Al A’raaf atau 133 tentang pasukan Allah lainnya. Allah kirim beberapa ribu katak untuk mengazab Firaun dan gerombolannya yang kafir. Pasukan katak itu patuh dan taat sepenuhnya atas perintah Allah. Katak tidak ateis.
Dikisahkan sekelompok kutu ada dalam surat Al-A’raaf ayat 133 sama dengan ayat tentang katak. Allah juga mengatakan kutu sebagai azab kiriman untuk Fir’aun serta pengikutnya yang kafir. Kutu patuh dan tunduk sepenuhnya kepada perintah Allah. Kutu tidak ateis.
Dikisahkan Allah mengutus ribuan belalang sebagai azab untuk Fir'aun serta kaumnya yang kafir. Belalang tidak mau kalah dengan binatang lainnya yang juga tunduk kepada Allah. Pantas jika orang kafir itu dianggap Allah lebih hina dibanding binatang. Belalang tidak ateis.
Dikisahkan Allah mengirimkan pasukanNya berupa sekawanan burung ababil untuk menjungkalkan kepongahan dan kediktatoran pasukan kafir Abrahah. Burung-burung itu menghujani mereka dengan batu neraka, maka binasalah seluruh pasukan Abrahah. Burung tidak ateis.
Nyamuk adalah satu di antara serangga yang namanya diabadikan dalam Al-Qur’an surat al Baqarah ayat 26. Oleh Allah, nyamuk dijadikan sebagai perumpamaan untuk menguji manusia, apakah tetaplah beriman atau mungkin kafir. Nyamuk tidak ateis.
Binatang sapi lebih istimewa dibanding yang lain, sebab namanya diabadikan sebagai nama surat ke-2 sekalian surat terpanjang yakni Al Baqarah (sapi betina). Dalam surat ini Allah bercerita mengenai bani Israil yang sukai banyak ajukan pertanyaan yang pada akhirnya jadi menyusahkan diri mereka sendiri. Sapi tidak ateis.
Dalam Islam, domba kerap dihubungkan dengan syariat berkurban. Allah menyebutkannya pada Ash Shaffat ayat 102-107. Allah memerintahkan Nabi Ibrahim 'alaihissalam untuk menyembelih putranya, Ismail 'alaihissalam. Ketika keduanya sudah pasrah serta Allah tahu kesabaran mereka, jadi Allah ubahkan posisi Ismail dengan 'seekor sembelihan yang besar'. Domba tidak ateis.
Masih banyak binatang dikisahkan dalam Al Quran sebagai hamba-hamba Allah yang meski tidak diberikan akal dan tidak dibebankan kewajiban, namun mereka tetap melakukan pujian kepada Allah, baik binatang maupun tumbuh-tumbuhan serta benda-benda di dunia. Meski tak berakal, tapi mereka tidak ateis.
Bahkan binatang tidak ateis. Bahkan tumbuh-tumbuhan tidak ateis. Bahkan benda-benda di bumi tidak ateis. Bahkan benda-benda di langit tidak ateis. Namun dalam sejarah justru manusia yang diberikan akal, banyak yang ateis, tidak mengakui keberadaan Allah dan melakukan berbagai pembangkangan jika diingatkan.
Karena itu jika ada manusia yang mengaku ateis dan bangga atas prodikatnya itu, maka harga diri mereka lebih hina dibanding binatang, bahkan lebih hina dibanding iblis. Sebab iblis adalah pembangkang Allah, tapi masih mengakui keberadaan Allah. Iblis minta ditangguhkan kematiannya oleh Allah. Iblis tidak ateis.
Bahkan binatang tidak ateis, meski tak berakal. Justru manusia ada yang mengaku ateis, padahal berakal. Bahkan iblis tidak ateis, meski membangkang. Justru manusia ada yang menjadi ateis sekaligus pembangkang. Jilatan api neraka lebih layak menembus telapak kaki mereka, hingga ubun-ubun mereka mendidih. [KotaBogor,23/09/17 : 09.00].
Sumber: www.beritaislamterbaru.org