OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 20 September 2017

Kesaksian Tragedi Tanjung Priok, AM. Fatwa: Bermula dari Pemaksaan Asas Tunggal Pancasila (Bagian 1)

Kesaksian Tragedi Tanjung Priok, AM. Fatwa: Bermula dari Pemaksaan Asas Tunggal Pancasila (Bagian 1)

10Berita, Jakarta – Bulan September pasti akan membawa ingatan sebagian besar masyarakat Indonesia kepada peristiwa Gerakan 30 September 1965. Sementara, di bulan yang sama ada tragedi Tanjung Priok, yang menjadikan umat Islam sebagai korban pembantaian 33 tahun yang lalu.

Tragedi berdarah Tanjung Priok 12 September 1984 sudah 33 berlalu. Dalam peristiwa itu Tim Pencari Fakta Solidaritas Nasional untuk peristiwa Tanjung Priok (SONTAK), mencatat sedikitnya 400 orang menjadi korban keganasan rezim Orde Baru.

Tragedi Tanjung Priok memang seakan tengelam oleh isu lain, yang kerap digaungkan. Kiblat.net mencoba menggali sejarah Tragedi Tanjung Priok dari AM. Fatwa, seorang aktivis di masa itu yang turut terseret dalam pusaran sejarah kelam masa-masa puncak penerapan asas tunggal Pancasila.

AM. Fatwa menuturkan sebelum peristiwa berdarah itu terjadi, suasana hubungan masyarakat dengan penguasa Orde Baru sedang tidak harmonis. Pemaksaan asas tunggal Pancasila kepada seluruh elemen masyarakat, menjadi problem bersama semua organisasi agama maupun politik.

“Di awal tahun 80, suasana tidak kondusif ini dipicu oleh adanya isu asas tunggal Pancasila. Nah ini diwajibkan kepada seluruh partai dan ormas-ormas untuk dimasukkan ke dalam anggaran dasarnya. Semua ormas agama pada saat itu tidak setuju, termasuk ormas Kristiani. Kemudian karena tekanan dari penguasa, yang masih bertahan hanya sebagian ormas Islam,” ungkap pria kelahiran Februari 1939 saat ditemui di kediamannya di bilangan Pasar Minggu, Jakarta Selatan (13/09).

Tekanan pengusa pula, Fatwa melanjutkan, yang membuat organisasi keagamaan Islam seperti NU dan Muhammadiyah akhirnya mencanatumkan asas tunggal Pancasila ke dalam anggaran dasarnya. “Itu kan mungkin kondisi darurat, jadi mereka menerapkan asas tunggal pada anggaran dasarnya, dan kenyataannya tetap mengentalkan keagamaannya. Tapi ada suatu kelompok yang dipelopori oleh M Natsir, mantan perdana menteri, itu menyatakan belum sependapat,” terangnya.

Penolakan asas tunggal Pancasila dinilainya terjadi karena mengaburkan nilai Bhinneka Tunggal Ika. Sementara setiap ormas atau partai memiliki masalah latar belakang, sejarah dan keyakinan organisasi berdirinya ormas tersebut.

Menurut AM Fatwa, suasana tidak kondusif ini dipelihara oleh aparat intelijen tentara dan terus diprovokasi hingga lahirlah tragedi berdarah Tanjung Priok 12 September 1984. Tragedi Tanjung Priok akhirnya juga membawanya ke penjara, sebagai korban rezim represif Orde Baru.

Reporter: Muhammad Jundii
Editor: Imam S.

 
 

Sumber: Kiblat