OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 25 September 2017

Motivasi Tentara Muslim di Perang Dunia

Motivasi Tentara Muslim di Perang Dunia


10Berita, JAKARTA -- Apa yang memotivasi para tentara ini? Uang, salah satunya. Tak dimungkiri, mereka juga berperang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Penghasilan 11 rupee per bulan, akan berguna bagi keluarga petani yang kesulitan.

Namun, tidak sedikit pula tentara yang menjalankan tugas sebagai sebentuk kehormatan. Gagasan izzah (kehormatan) adalah salah satu pertimbangan penting untuk merekrut tentara Muslim. Ucapan penerima Victoria Cross pertama asal India, Khudadad Khan, "Mati di medan perang adalah suatu kemuliaan", banyak dipegang oleh tentara Muslim India.

Sebagian pasukan India juga ada yang dikirim ke Jawa pada masa kolonialisme Inggris. Peter Carey dalam 'The Sepoy Conspiracy of 1815 in Java', Bijdragen tot de Taal-,Land-en Volvenkunde 133, ia menuturkan adanya pasukan The Bengal Light Infantry Volunteer Battalion atau pasukan Sepoy di Jawa. Mereka bertugas di Jawa Tengah-selatan sejak November 1811.

Di Jawa, catat Carey, banyak serdadu ini melakukan desersi, lari ke istana, atau kawin dengan pribumi. Salah satu dari mereka bernama Nurngali, yang dilukiskan sebagai seorang 'dukun Bengali' dalam Babad Diponegoro. Ia bertugas sebagai dokter pribadi pangeran selama Perang Jawa.

Lebih dari seabad kemudian, ketika pecah perang kemerdekaan pada 1945-1946, Inggris sadar bahwa menggunakan tentara Inggris-India untuk melawan kekuatan nasionalis Indonesia justru Motivasi Tentara Muslim di Perang Dunia

Republika Online - Khazanah RSS Feed / Agung Sasongko / 22 menit yang lalu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apa yang memotivasi para tentara ini? Uang, salah satunya. Tak dimungkiri, mereka juga berperang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Penghasilan 11 rupee per bulan, akan berguna bagi keluarga petani yang kesulitan.

Namun, tidak sedikit pula tentara yang menjalankan tugas sebagai sebentuk kehormatan. Gagasan izzah (kehormatan) adalah salah satu pertimbangan penting untuk merekrut tentara Muslim. Ucapan penerima Victoria Cross pertama asal India, Khudadad Khan, "Mati di medan perang adalah suatu kemuliaan", banyak dipegang oleh tentara Muslim India.

Sebagian pasukan India juga ada yang dikirim ke Jawa pada masa kolonialisme Inggris. Peter Carey dalam 'The Sepoy Conspiracy of 1815 in Java', Bijdragen tot de Taal-,Land-en Volvenkunde 133, ia menuturkan adanya pasukan The Bengal Light Infantry Volunteer Battalion atau pasukan Sepoy di Jawa. Mereka bertugas di Jawa Tengah-selatan sejak November 1811.

Di Jawa, catat Carey, banyak serdadu ini melakukan desersi, lari ke istana, atau kawin dengan pribumi. Salah satu dari mereka bernama Nurngali, yang dilukiskan sebagai seorang 'dukun Bengali' dalam Babad Diponegoro. Ia bertugas sebagai dokter pribadi pangeran selama Perang Jawa.

Lebih dari seabad kemudian, ketika pecah perang kemerdekaan pada 1945-1946, Inggris sadar bahwa menggunakan tentara Inggris-India untuk melawan kekuatan nasionalis Indonesia justru dapat berbuah malapetaka.


Sumber: Republika