OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 17 September 2017

Sukarno Pernah Dikawal Yakuza dan Agen CIA (Bag 2)

Sukarno Pernah Dikawal Yakuza dan Agen CIA (Bag 2)


Menurut Peter Dale Scott dalam American War Machine, penggulingan Presiden Sukarno pada 1965 dicapai sebagian oleh bantuan rahasia melalui dana Lockheed Corporation dan sebagian lagi oleh intervensi Ryoichi Sasakawa, seorang agen CIA berpengaruh, bersama temannya Yoshio Kodama, serta kelompok Yakuza di Jepang.

Pada Mei 1965, atau lima bulan sebelum kudeta anti-Sukarno pada September 1965, dana Lockheed dialirkan melalui dua perantara yang mendukung Jenderal Suharto.

“Setelah CIA mendukung kudeta dan pembantaian tahun 1965 serta melihat penggantian Sukarno oleh Suharto, salah satu dari dua perantara tersebut, Mohamad ‘Bob’ Hasan menjadi salah satu dari dua sekutu keuangan terkemuka keluarga Suharto,” pungkas Peter Dale Scott dalam American War Machine.

Sebagai tambahan, perlu juga diketahui bahwa sejarah panjang Yakuza dimulai kira-kira pada tahun 1612, saat Shogun Tokugawa berkuasa setelah menyingkirkan shogun sebelumnya. Pergantian ini mengakibatkan kira-kira 500.000 orang Samurai yang sebelumnya disebut Hatomo-Yakko (pelayan shogun) menjadi kehilangan tuan, atau disebut sebagai “kaum ronin”.

Banyak dari Ronin menjadi preman, penjahat dan centeng. Mereka disebut sebagai Kabuki-Mono atau “samurai nyentrik urakan” yang ke mana-mana selalu membawa pedang. Mereka berbicara satu sama lain dalam bahasa slang dan kode rahasia. Terdapat kesetiaan tinggi diantara sesama Ronin sehingga kelompok ini sulit dibasmi.

Maka, untuk melindungi kota-kota dari para Kabuki-Mono atau bahasa awamnya centeng atau preman ini, akhirnya banyak kota-kota kecil di Jepang membentuk Machi-Yokko(satgas kampung). Satgas ini terdiri dari para pedagang, pegawai, dan orang biasa yang mau menyumbangkan tenaganya untuk menghadapi centeng preman dan penjahat tersebut, yaitu kaum Kabuki-Mono.

Walaupun mereka kurang terlatih dan jumlahnya sedikit, tetapi ternyata para anggota Machi-Yokko ini sanggup menjaga daerah mereka dari serangan para Kabuki-Mono. Di kalangan rakyat Jepang pada abad ke 17, kaum Machi-Yokko atau penjaga kampung-kampung ini dianggap seperti pahlawan.

Masalah pun menjadi rumit, karena setelah berhasil menggulung para Kabuki-Mono yang berawal dari Ronin tanpa Shogun-nya dan membuat kampung-kampung menjadi aman kembali, para anggota Machi-Yokko malah meninggalkan profesi awal mereka, dan memilih jadi preman juga, mirip Kabuki-Mono. Hal ini diperparah lagi dengan turut campurnya Shogun pada masa itu dalam memelihara para Machi-Yokko ini.

Ada dua kelas profesi para Machi-Yokko, yaitu kaum Bakuto (penjudi) dan Tekiya(pedagang). Namanya saja kaum pedagang – tetapi pada kenyataannya, kaum Tekiya ini suka menipu dan memeras sesama pedagang.

Walau begitu, kaum yang berawal dari profesi satgas kampung ini, mereka punya sistem kekerabatan yang kuat. Ada hubungan kuat antara mereka, seperti Oyabun (Boss/bapak) dan Kobun (bawahan/anak), serta Senpai-Kohai (Senior/Junior) yang kemudian berubah secara perlahan-lahan… menjadi kental… di organisasi “bawah tanah” di Jepang, yang akhirnya bernama Yakuza.

(historia.co.id/ Japanese and Sukarno’s Indonesia: Tokyo-Jakarta Relations, 1951-1966/ Tokyo Underworld/ American War Machine), eramuslim