OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Jumat, 22 September 2017

Ulama Besar Nusantara Pernah Diasingkan ke Sri Langka

Ulama Besar Nusantara Pernah Diasingkan ke Sri Langka

10Berita,  JAKARTA -- Salah satu tokoh Indonesia yang tercatat pernah diasingkan ke pulau seluas 66 ribu km persegi itu adalah Amangkurat III. Sawijineng princes panggedening kaoem pemberontak ing Betawi lan 40 wong kaoeme, dening pemerintah Walanda diboeang ing Ceylon, tulis sumber lokal.

Dikatakan pula oleh Murad Jayah dalam "The Plight of the Ceylon Malays Today", "Pada 1709, Susuhunan Amangkurat Mas, sang raja Jawa, diasingkan ke Sri Lanka oleh Belanda bersama seluruh pengiringnya.

Dia dibuang pada 1723 bersama 44 pangeran Jawa, para bangsawan yang menyerah dalam pertempuran Batavia, serta keluarga mereka. "Keluarga ini membentuk fondasi masyarakat Melayu yang terus tumbuh." Raja bergelar Sri Susuhunan Amangkurat Mas atau Amangkurat III atau Sunan Mas ini wafat di Sri Lanka pada 1734.

Selain Amangkurat III, tokoh lain adalah Syekh Yusuf al-Makassari. Ketika perlawanannya di Banten berhasil dipadamkan, Belanda mengasingkan ulama besar ini ke Sri Lanka.

"Kita hanya sedikit sekali mengetahui tentang kehidupan orang-orang buangan sebelum abad ke-18, tetapi tidak disangsikan lagi, al-Makassari merupakan tokoh Melayu Indonesia paling menonjol yang pernah diasingkan Belanda ke Sri Lanka," catat Azyumardi Azra dalam Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII &XVIII.

Hingga kini, sebagian orang barangkali masih mengenal istilah "disailankan" yang berarti dibuang ke Sailan atau Ceylon. Semenjak bercokol di pulau itu, Belanda terus membawa sekian banyak orang Jawa alias Ja Minissu. Mereka dipekerjakan untuk mengisi jajaran tentara, polisi, pemadam kebakaran, staf penjara, dan pegawai lain.

Muslim Jawa-Malaysia ini memberi kontribusi terhadap populasi Muslim di Sri Lanka. Pada 1980-an, jumlah mereka sekitar lima persen dari total populasi Muslim Sri Lanka. Identitas kelompok ini terjaga lewat penggunaan bahasa Melayu, dengan sejumlah kosakata serapan dari bahasa Sinhala dan dialek lokal Tamil. Menurut Murad Jayah, bahasa Melayu terjaga di negara ini selama lebih dari 250 tahun mengingat orang-orang buangan asal Melayu ini didampingi oleh kaum perempuan.

Sumber: Republika

Related Posts:

  • Hakim yang Jahat Hakim yang Jahat 10Berita, JAKARTA -- Sejak dulu, profesi hakim dianggap sebagai salah satu pekerjaan yang memiliki nilai prestisius. Bagaimana tidak, mereka yang menggeluti profesi tersebut diberi kewenangan untuk meng… Read More
  • Untukmu yang Sering ‘Remehkan’ Siksa Neraka Untukmu yang Sering ‘Remehkan’ Siksa Neraka “HALAH… masuk neraka paling sebentar, kan kita muslim pasti ujung-ujungnya ke surga juga kan? ” Pernah dengar ucapan semacam itu? Orang yang berani meremehkan siksa neraka biasanya … Read More
  • Piagam Madinah, Terbuka dan Demokratis Piagam Madinah, Terbuka dan Demokratis 10Berita, JAKARTA -- Piagam Madinah merupakan peraturan yang bersifat terbuka dan demokratis. Betapa tidak, semua golongan dan kelompok masyarakat memiliki aturan yang disepakati b… Read More
  • Muslim Sejati tak Menyebarkan Gosip Kebencian Muslim Sejati tak Menyebarkan Gosip Kebencian 10Berita, JAKARTA -- Menggunjing seolah telah menjadi sesuatu yang lumrah di sebagian masyarakat. Hampir dalam setiap kesempatan, bergunjing mengenai orang lain, amatlah disukai.… Read More
  • Ketika Syekh Abdul Qadir al-Jailani Dirampok Ketika Syekh Abdul Qadir al-Jailani Dirampok10Berita-Suatu hari Abdul Qadir yang masih belia meminta izin ibundanya untuk pergi ke kota Bagdad. Bocah ini ingin sekali mengunjungi rumah orang-orang saleh di sana dan menimba il… Read More