OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 10 September 2017

Wajah Langit Mengenal Mu

Wajah Langit Mengenal Mu


10Berita  – Sesekali pergilah ke puncak gunung yang tinggi,  lalu saksikan panorama keindahannya. Apakah engkau akan begitu mudah menikmati sesuka hatimu atau harus membutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang super ekstra?

Kemudian setelah itu perhatian dengan seksama pohon yang tumbuh di hadapan mu. Semakin ia tumbuh dan berkembang apa yang engkau saksikan?

Apakah ada angin yang menerpa tubuhnya ataukah tidak?

Mengapa ia semakin tinggi semakin kencang juga anginnya.  Itukah yang kita namakan hukum alam?.

Apa makna sederhana yang dapat kita ambil?

Pertama: Terkadang dalam hidup ini selalu saja ada pujian -pujian untuk kita, baik itu tujuannya memotivasi atau kadang juga hanya sekedar mengolok dan mencaci. Sehingga jangan sampai kita merasa lengah dengan pujian-pujian tersebut.

Pujian-pujian itu sebenarnya adalah ujian bagi kita untuk selalu merasa rendah di hadapan Allah swt. Tidak dibayangkan sekiranya Allah swt membuka aib kita kepada semua manusia di dunia ini, mungkin hidup yang lama sekali pun tak akan punya arti.

Kedua: Ketika kita dianugerahi rezeki oleh Allah swt, Kehidupan terasa begitu indah, rasanya kita seperti ingin terbang dan menikmati selamanya. Namun berhati -hatilah, sebab pohon yang semakin tinggi maka angin pun semakin kencang menerpa tubuhnya.

Ketika kita hendak menggapai bintang di langit, tentu banyak sekali rintangannya, namun jangan pernah merasa lelah dan mengalah, maju terus sampai bintang itu ada dalam genggaman.

Orang-orang besar juga pernah gagal, namun mereka punya kemauan untuk berbenah diri untuk menjadi yang lebih baik. Mereka fokus dengan masa depannya, sehingga sekencang apapun angin menerpa mereka tetap kokoh diatas tasbih-tasbih yang mereka lafadzkan dalam sebuah komitmen.

Oleh karena itu janganlah terpedaya oleh pujian manusia. Sebab dibalik keberhasilan kita bisa jadi sudah ada jutaan orang di belakang yang siap menjatuhkan kita

Namun banyaklah  meronta-ronta dalam doa,  Jadikan diri mu dikenal penduduk langit dengan tangisan mu,  dekaplah malam -malam yang sunyi itu dengan dzikir dan bermuhasabah. Bawalah perbendaharaan mu kepada Sang Maha Kuasa agar ia dapat mencurahkan berkah atasnya.

Dengan demikian separuh dari perjalanan dunia ini punya arti untuk ummat dan manusia pada umumnya.

Bila kelak pujian itu benar -benar ada maka ia akan menampakan dirinya.

Dan jika cercaan dan hinaan itu ada pasti akan Allah swt buka untuk di saksikan. Sehingga antara kebenaran dan kebatilan tak bisa berjalan bersama,  kebatilan akan kembali kepada si pemgumpat, sedangkan kebaikan akan terbang menikmati indahnya kehidupan dan berbagi kemuliaan.  Wallahua’lam .[RN]

Penulis, M Hamka Syaifudin 

Mahasiswa STIT Hidayatullah Batam

Sumber: Panjimas