Arab Saudi Beli Sistem Anti-Rudal Rp 199 Triliun ke AS
Washington DC () –Pemerintah S telah menyetujui penjualan sistem pertahanan anti-rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) ke Arab Saudi.
“Kesepakatan senilai US$ 15 miliar atau sekitar Rp 199 triliun tersebut menjadi perhatian keamanan nasional dan kebijakan luar negeri AS,” demikian disampaikan Departemen Luar Negeri Amerika, seperti dikutip dari BBC, Sabtu (7/11/2017).
“THAAD akan meningkatkan keamanan Saudi dan negara Teluk terhadap ancaman regional dan Iran serta lainnya,” tambah departemen tersebut.
Pengumuman kesepakatan penjualan tersebut disampaikan sehari setelah Arab Saudi deal untuk membeli sistem pertahanan udara dari Rusia.
“Kesepakatan itu tidak akan mengubah keseimbangan militer di wilayah tersebut,” jelas Badan Pelaksana Keamanan Pertahanan Pentagon.
Sistem THAAD sebelumnya dioperasikan di Korea Selatan. Gunanya untuk melindungi dari kemungkinan serangan rudal Korea Utara.
Kendati demikian, pemasangan sistem pertahanan anti-rudal tersebut menuai kecaman dari warga Korea Selatan. Mereka keberatan karena khawatir hal itu akan menjadi target dan membahayakan nyawa orang-orang yang tinggal di dekat lokasi peluncurannya.
China juga menyuarakan penolakan terhadap sistem tersebut, dengan mengatakan hal itu akan memengaruhi keseimbangan keamanan regional.
Sistem anti-rudal itu menghancurkan misil yang masuk pada ketinggian di luar atmosfer Bumi. Sangat berguna untuk melawan rudal yang mungkin membawa hulu ledak nuklir.
Terminal High Altitude Area Defense
THAAD diproduksi oleh perusahaan Amerika Serikat, Lockheed Martin.
Mirip Sistem Iron Dome Israel
THAAD bukan satu-satunya sistem anti-rudal yang ada, Israel memiliki Iron Dome.
Unit itu mengembangkan berbagai sistem pertahanan rudal dengan tujuan melindungi negara dari segala jenis serangan misil.
Iron Dome dibuat oleh Rafael Advanced Defense Systems Israel. Sistem anti-rudal itu diklaim telah menembak jatuh lebih dari 1.300 roket jarak pendek dan selongsor mortir yang memasuki wilayahnya sejak April 2011.
Apa perbedaan THAAD buatan Amerika Serikat dengan Iron Dome bikinan Israel?
THAAD merupakan sistem persenjataan anti-rudal yang dirancang untuk mampu mencegat dan menghancurkan misil lawan.
Sistem yang juga dipersenjatai misil penghancur itu digunakan untuk mempertahankan suatu wilayah dari ancaman rudal musuh yang tengah menuju sasaran.
Untuk penginderaan, THAAD menggunakan teknologi radar kuat yang mampu melacak, mengalkulasi lintasan kedatangan rudal dengan tingkat akurasi sebesar 90 persen.
Seperti dikutip dari Indian Express, sistem itu juga bisa menghancurkan hulu ledak lawan di udara, jauh sebelum tiba di sasaran yang ingin dicapai.
Firma produsen senjata dan alutsista militer Lockheed-Martin merupakan kontraktor utama THAAD.
Menurut laman elektronik Lockheed-Martin, satu paket THAAD terdiri dari tiga komponen utama, yakni sebuah sistem radar, seperangkat alat kontrol, komunikasi dan teknis (THAAD Fire Control, Communication, and Support Equipment atau TFCC), serta sebuah unit peluncur proyektil penghancur rudal.
Mekanisme kerja THAAD –jika sebuah misil lawan telah ditembakkan– terbagi menjadi empat bagian.
Pertama, sistem radar canggih THAAD melacak kedatangan rudal dalam radius tertentu. Kerja radar itu serupa yang digunakan pesawat tempur, yakni dengan mengindera suhu panas nuklir lawan yang ditembakkan.
Kedua, ketika sebuah radar telah menangkap suhu panas rudal lawan, informasi yang diterima kemudian diproses oleh perangkat TFCC. Perangkat itu mengalkulasikan lintasan rudal yang akan datang dan memprediksi lokasi target yang akan dituju.
Perangkat TFCC –layaknya sebuah sistem operasi komputer– mampu mengalkulasikan trayektori dan target rudal dengan tingkat akurasi sebesar 90 persen.
Ketiga, informasi yang telah diolah TFCC kemudian diterjemahkan menjadi sebuah perintah penembakan proyektil penghancur kepada unit peluncur misil THAAD. Unit peluncur itu kemudian menembakkan proyektil penghancur ke rudal lawan.
Keempat, jika tidak ada kesalahan teknis dan faktor tak terduga, proyektil misil yang ditembakkan unit peluncur THAAD pun akan menghantam misil lawan.
Uniknya, proyektil itu memanfaatkan tenaga kinetik rudal lawan sebagai daya penghancur dan tidak menggunakan hulu ledak. Hal itu mengurangi risiko ledakan berbahaya akibat berbenturan dengan rudal lawan. Proses mekanisme itu berlangsung dalam hitungan waktu yang cukup cepat.
Sementara itu, Iron Dome adalah sistem pertahanan rudal Israel yang beroperasi sejak Maret 2011.
Sistem itu selama mencegat roket dari Gaza yang menyasar daerah-daerah perkotaan dan sensitif di Israel. Iron Dome mengklaim mencegat 90 persen rudal yang menuju ke negeri Zionis.
Banyak kemiripan antara Iron Dome dan THAAD. Keduanya sistem sangat canggih dan memiliki tujuan yang sama. Namun, ada beberapa perbedaan.
Iron Dome memiliki jarak deteksi yang jauh lebih pendek dibandingkan dengan sistem THAAD. Namun, karena THAAD ditempatkan di tempat yang jauh lebih tinggi, sistem itu tidak cocok menghadapi peluru artileri — yang jadi keandalan Iron Dome.
THAAD difungsikan untuk mencegat rudal balistik hingga 200 km jauhnya dan ketinggian 150 km
Karena itu, THAAD memiliki rudal pencegat yang jauh lebih besar yang dianggap sempurna untuk mencegat rudal balistik.
Sementara di sisi lain, Iron Dome berfungsi untuk mencegat rudal jarak pendek dan menengah, terkadang bahkan peluru mortir.
Sumber: liputan6com