OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 30 Oktober 2017

Begini Cara Sederhana Menerima Dengan Ikhlas Jika Diri Pernah Disakiti

Begini Cara Sederhana Menerima Dengan Ikhlas Jika Diri Pernah Disakiti


10Berita - Setiap orang tentu pernah disakiti. Entah itu oleh orang terdekat maupun tidak. Entah disakitinya saat dia masih lugu dan polos, dijadikan “mainan” atau bahan olokan, atau tidak.

Ya, setiap orang pernah disakiti, siapa pun itu. Tapi, hidup terus berlari, waktu terus berjalan. Tentu kita tidak mau hidup dengan bayang-bayang rasa sakit.

Meski, untuk mengikhlaskannya pun tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun, bukan berarti tidak bisa. Apa yang bisa kita lakukan?

1. Terima Bahwa Kita Pernah Merasakan Sakit
Orang yang kuat bukanlah mereka yang tidak pernah mengeluh sama sekali, tapi mereka yang dengan gagah berani mengakui kelemahan dirinya untuk kemudian diperbaiki.

Sekarang, bagaimana mungkin seorang “pesakitan” bisa sembuh kalau dia selalu menolak disebut sakit? Do you know how is to be strong? Knowing your own weakness (Sakuragi Sensei, Drama Dragon Zakura) Ya, akui saja jika kita pernah kecewa.

Kita bisa menulis mengapa kecewa. Jelaskan dengan sejujur-jujurnya kenapa kita terluka, jangan ada yang disembunyikan. Jujurlah pada diri sendiri.

Akui saja, toh tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Racun dalam jiwa (beragam rasa kecewa dan luka) ibarat sampah rumah tangga yang kalau disimpan akan membusuk dan menebarkan virus (penyakit).

Maka, keluarkan dulu segala macam racun dalam diri. Kita bisa mengeluarkannya dengan menuliskan semuanya, menggambar, atau yang lain. Keluarkan sampai tak bersisa.

2. Cari Solusi Setelah Menemukan Masalahnya
Berikutnya adalah mencari solusi. Tentu kita tidak mau hidup dalam kondisi tersiksa, bukan. Kita inginnya hidup dengan ikhlas, bahagia, dan ceria apapun kondisinya. Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan dalam rangka mencari solusi, yaitu:

a. Bersyukur dengan semua yang sudah diberikan Allah pada kita Kita bisa sekolah, kita bisa kuliah, kita bisa makan, atau pencapaian-pencapaian lainnya. Hargailah semuanya, jangan pernah ada yang diremehkan satu pun. Semuanya berharga.

b. Sadari, karena tempat tinggalnya beda, latar belakangnya beda, dan semuanya beda, maka jenis kenikmatan setiap orang pun beda-beda. Jangan pernah membanding-bandingkan.

Misalnya, membandingkan gaji kita dengan gaji teman kita. Buat apa? Jika kita niat ingin membandingkan, kita pun juga harus mau membandingkan semuanya, termasuk pengorbanan teman kita untuk mendapatkan gaji fantastis.

Maukah kita bertemu dengan keluarga setahun sekali seperti teman kita yang gajinya fantastis tersebut? Jangan hanya membandingkan yang enaknya saja karena sejatinya there is no free lunch, tidak ada yang gratis di dunia ini, semua ada “harga”nya.

c. Sadari bahwa belajar baik kadang tidak harus dari hal-hal yang baik-baik, tapi juga dari hal-hal yang menyakitkan dan melukai hati.

Stop lingkaran setannya di kita. Let’s break the cycle. Kita pernah merasakan didiskriminasi, maka kita tidak akan mendiskriminasi.

Kita pernah merasakan dianggap sampah, maka kita akan selalu menghargai orang lain siapa pun itu. Kita pernah merasakan diabaikan dan tidak didengarkan, maka kita akan berusaha memperhatikan orang lain, dan, lain-lain.

d. Sadari bahwa kita pun pernah menyakiti. Jangan hanya melihat dari satu sisi saja, sisi saat kita disakiti. Tapi lihat juga dari sisi yang lain, sisi saat kita menyakiti yang mungkin takpernah kita sadari.

Mungkin dalam praktiknya memang akan lebih susah. Karena, akan selalu ada hal-hal yang menghalangi niat baik kita. Ketika kita ingin melepaskan, eh tahu-tahu kita terhubung dengan peristiwa yang membuat kita trauma.

Atau, hal lainnya. Tapi, percayalah, jika dalam hati kita ada niat luar biasaa untuk membahagiakan diri sendiri, untuk lebih baik, untuk membebaskan, maka Allah pun tidak akan pernah tinggal diam.

Itu sebabnya, selain usaha-usaha di atas, kita mesti mendekatkan diri pada Sang Pembolak-balik hati, Yang menciptakan segala macam rasa, yaitu Allah.

Semangat berbahagia. Yakinlah bahwa siapa pun berhak bahagia walau dengan alasan-alasan sederhana, yang salah satuny adalah bahagia karena bisa melepaskan rasa sakit dari masa lalu.

Sumber: ummi-online.com