Mari Jaga Gubernur Kita!
Kalau mau disebut pasangan kompromistis, ya boleh lah. Karena saya pun tidak menganggap pasangan Anies-Sandi – yang hari ini dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta yang baru – sebagai pasangan yang ideal, pasangan super, yang akan mampu menjawab semua permasalahan ibu kota Indonesia dalam 5 tahun ini (atau 2 tahun, kalau salah satu di antara mereka ikut bertarung di ajang pemilihan presiden nanti. Allahua’lam).
Sebagai pengganti dari sosok yang tidak disukai banyak warga Jakarta, dua nama ini bisa diterima dengan segala kekurangannya. Kompromistis, karena kemarin ada banyak opsi yang disodorkan untuk melengserkan “si mulut kasar”. Tiap pihak merasa yang mereka unggulkan lebih pantas. Tentu kondisi ini berbahaya, karena yang dibutuhkan adalah persatuan untuk sama-sama menempatkan figur yang tepat bagi Jakarta. Bukan saling klaim. Ya mau tidak mau, dua nama ini harus diterima.
Pasangan ini mendaftar di detik-detik berakhirnya waktu pendaftaran calon gubernur dan wakil gubernur di KPUD DKI Jakarta. Jum’at, 23 September 2016, pada pukul 20.55 WIB, Anies dan Sandi memasuki halaman kantor KPUD, diarak oleh para pendukung dari dua partai: Gerindra dan PKS.
Nama Anies sendiri pun muncul di saat-saat akhir, setelah lobi-lobi partai politik yang tak kan mendukung Ahok-Djarot tak mampu mendapat kata sepakat. Akhirnya Partai Demokrat, PAN, PPP, dan PKB mengusung Agus Yudhoyono dan Sylviana Murni. Sementara Gerindra dan PKS harus mencari tokoh lain. Resmi lah tiga pasangan yang berlaga.
Kediaman Prabowo di Jalan Kertanegara No. 4 Kebayoran Baru sudah disambangi beberapa figur terkenal ketika itu. Salah satunya Yusuf Mansur dan Yusril Ihza Mahendra. Tetapi Gerindra dan PKS belum kunjung menyepakati sebuah nama pun. Begitu alot. Lalu pada Jumat dinihari (23 Sept 2016), datanglah Anies Baswedan. Dan akhirnya partai nasionalis dan partai Islam itu sepakat untuk mengusung mantan menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini, beserta Sandiaga Uno sebagai wakilnya yang akan bertarung di Pemilihan Gubernur DKI Jakarta, 2017.
Puaskah khalayak? Tentu tidak. Sempat menyeruak resistensi terhadap Anies Baswedan yang dianggap pengikut syiah. Hanya saja tuduhan itu lemah. Dibantah pula oleh para tokoh Islam. Sehingga lambat laun penolakan itu pun meredup.
Survei mencatat, di awal masa kampanye pasangan Anies-Sandi berada dalam posisi terancam tak lolos di putaran kedua. Tetapi perlahan masyarakat semakin terbuka menerima pasangan ini. Debat kandidat memperlihatkan penguasaan mereka terhadap masalah-masalah Jakarta. Janji-janji mereka dianggap lebih masuk akal. Dan akhirnya suara mereka menempati posisi kedua setelah penyobolasan putaran pertama.
Cerita selanjutnya kita tahu, di putaran kedua mereka menang dengan angka yang cukup telak. Perolehan 3.240.332 suara (57.95 persen), melawan 2.351.245 suara (42.05 persen) yang diraih Ahok-Djarot, di luar perhitungan banyak pihak. Apalagi survey Charta Politika yang dipunggawai Yunarto Wijaya yang kala itu merilis kemenangan Ahok-Djarot, 49 persen melawan 47,1 persen. Angka yang terbukti sangat ngawur.
Sekali lagi, ini adalah pasangan kompromistis dari pihak-pihak yang berwenang menentukan nama bagi penerus kepemimpinan Jakarta. Masyarakat hanya bisa menerima hasil lobi elit politik. Karena – jujur saja – banyak yang menganggap mereka berdua bukan yang paling ideal, maka bisa diprediksi akan banyak kritik diarahkan pada mereka di sepanjang perjalanan tugasnya. Bukan cuma dari kubu penolak, tapi juga kubu pendukung.
Tapi tetap saja Anies-Sandi berhak atas dukungan penuh warga Jakarta. Para penolak sudah bersiaga sejak lama untuk mengkerdilkan citra dan kerja mereka. Ke depan, kita akan melihat nyinyiran beraroma ekstragregasi yang akan ditujukan pada pasangan ini. Posisi kita di mana?
Tempatkan diri kita, pendukung pasangan Anies Sandi, sebagai pengawalnya. Bukan berarti pembela buta. Sebagai pengawal, kita berhak mengingatkan janji politik mereka, toh mereka sejak jauh hari sudah membuka diri. Selain itu, mari besama-sama buktikan bahwa pilihan kita ini tepat. Bahwa mereka juga bekerja. Jangan ragu untuk kabarkan kepada khalayak tentang keberhasilan-keberhasilan mereka yang kemungkinan besar media mainstream akan ogah memberitakan.
Waspada, kubu penolak sudah sejak lama memasang “mata lalatnya” yang sangat awas melihat sedikit saja “sampah” berserak. Mereka menunggu-nunggu kesalahan, bahkan akan mengorek-ngorek setiap centi kekurangan kerja pasangan Anies Sandi. Lalu diumbar sebagai hal yang sangat besar. Sementara kerja positif musuhnya akan ditutupi sedemikian rupa.
Mari jaga Gubernur kita!!!
Zico Alviandri
Sumber: Wajada