REKLAMASI: SUARA PUBLIK TAK TERBENDUNG
REKLAMASI: SUARA PUBLIK TAK TERBENDUNG
by Ismail Fahmi, PhD
(Social Network Analysis)
Hari kedua Anies-Sandi ngantor (18 Oktober), kita ingin lihat bagaimana suara publik terkait isu reklamasi. Lalu kita bandingkan juga data selama sebulan terakhir.
TAK ADA LAWAN
Selama satu bulan terakhir, isu Reklamasi adalah isu yang hanya cluster yang Pro Anies-Sandi saja yang banyak menyuarakan. Itu adalah saat Anies-Sandi belum dilantik.
Setelah dilantik, ternyata isu itu tetap tinggi dalam cluster tersebut. Artinya, baik sebelum maupun sesudah Anies-Sandi memegang kepemimpinan DKI Jakarta, publik pendukung tetap konsisten dengan tuntutan mereka agar reklamasi dihentikan.
Dari mereka yang kontra Anies-Sandi, hanya sedikiiit sekali yang turut membahas isu reklamasi ini. Ini menandakan mereka tidak ada kepentingan apakah reklamasi dilanjutkan atau tidak. Mereka memilih abstain.
Tidak adanya lawan dalam peta SNA di media sosial, menunjukkan bahwa para pengembang tidak bermain dalam tataran opini publik. Setidaknya dalam periode pengamatan sebulan terakhir, mereka tidak berusaha untuk membangun citra positif terhadap reklamasi. Di media, hanya Luhut seorang diri yang memperjuangkan.
MEDIA ONLINE
Sehari sebelumnya, dua tokoh dihadapkan dalam pemberitaan di media terkait reklamasi, yaitu Luhut vs Anies. Hari ini, media sudah mulai menempatkan Sandiaga dalam kancah pemberitaan, sehingga tiga tokoh ditampilkan, yaitu Luhut vs Anies+Sandi.
Sandi muncul dalam agenda, khususnya terkait pernyataan dia tentang 'Drama Queen' yang ditujukan ke Luhut. Juga terkait ketidakhadiran Sandi dalam dua kali meeting yang dijadwalkan dengan Luhut untuk membahas reklamasi.
CLOSING
Pertempuran tanpa lawan di media sosial seperti ini yang sulit ditebak endingnya. Publik di satu sisi melawan reklamasi dengan suara yang gempita, sementara pengembang di sisi lain tidak memperlihatkan jurus mereka dalam memperjuangkan kepentingan mereka terhadap reklamasi. Mereka bertarung dalam senyap.
Warganet yang kontra Anies-Sandi memilih abstain. Sehingga, kini tinggal Anies-Sandi dan full dukungan publik di belakangnya. Cukupkah dukungan publik ini?
___
*Sumber: fb Ismail Fahmi