Salah Logika Jika Dalih Reklamasi Karena Jakarta Kekurangan Lahan
10Berita , Jakarta – Data dari Rujak Center for Urban Studies mengungkap bahwa argumen reklamasi karena Jakarta kekurangan lahan tidak benar. Ahli Tata Kota, Marco Kusumawijaya mengatakan, argumen tersebut mencerminkan kesalahan logika.
“Penduduk bertambah perlu sekian meter persegi tanah. Hal itu menjadi salah satu alasan untuk dilakukan reklamasi dengan menggerus laut. Tentu saja itu kesalahan,” kata Marco di Gedung Bundar Widya Graha LIPI, Kamis (26/10/2017).
Co Founder Rujak menilai Jakarta bukan kekurangan lahan tanah, tetapi kekurangan ruang lantai. Ruang lantai yang dimaksud adalah jumlah luas lantai yang dibangun di atas luas tanah tertentu. Ia membandingkan Jakarta dengan Singapura, yang telah membangun ruang lantai tiga kali lebih banyak dari Jakarta.
“Pemerintah mestinya membangun lebih banyak lantai. Buat hunian vertikal, tidak perlu tinggi-tinggi, cukup empat lantai atau enam lantai untuk tempat tinggal,” ujar Marco.
Marco sebenarnya enggan menggunakan istilah bangunan vertikal. Istilah itu, menurutnya, mengesankan tempat tinggal dengan puluhan lantai semacam apartemen berbiaya sangat tinggi. Padahal bangunan vertikal dapat dibangun hanya dengan empat hingga delapan lantai seperti bangunan-bangunan di Eropa.
Marco juga menambahkan, banyaknya tempat kumuh di Jakarta disebabkan karena kurangnya ruang lantai tersebut. “Kekumuhan terjadi karena orang mendapat terlalu sedikit ruang lantai. Kekumuhan terjadi karena jumlah manusia tidak dipenuhi dengan fasilitas,” kata dia.
Pernyataan mengenai jumlah penduduk bertambah kemudian luas juga harus ditambah, menurut Marco tidak benar. Justru ketika jumlah penduduk bertambah, harus dibangun juga fasilitas lain.
“Fungsi lahan tidak hanya menampung manusia, ada jasa menyerap CO2, tempat penampungan air, dan sebagainya. Jadi enggak bisa manusia tambah sekian maka kota tambah sekian. Justru harus dibalik. Kalau manusia nambah sekian sawah harus ditambah lagi,” kata dia.
Kebanyakan fasilitas utama untuk kebutuhan manusia, misalnya sawah, tidak bisa ditingkatkan. Namun hunian bisa ditingkatkan. Sementara itu, kepadatan penduduk di Jakarta beragam. Ada daerah yang mencapai 1.000 jiwa per hektar, namun ada pula yang hanya 50 jiwa per hektar.
Reporter: Hafidz Salman
Editor: M. Rudy
Sumber : Kiblat.