SOK MODERN, Pembayaran Tunai Sudah Ketinggalan
Saya kok agak terganggu dengan nalar "sok modern" seolah pembayaran Tunai Sudah ketinggalan, harus pakai kartu, dll. Bila kalian belajar teori ekonomi, sejatinya tujuan adalah "efisiensi" tapi kalian pernah pahami, makna dasar efisiensi selain Hal yang bersifat Kuantitatif membandingkan input dg output, Ada nilai Kualitatif ekonomi yakni "memerdekakan dan menggembirakan Kemanusiaan", melalui Apa? Kebebasan memilih prioritàs dari banyak alternatif.
Tahu kenapa Monopoli salah satu yang selalu dihindari dalam perekonomian?, Karena monopoli merampas hak konsumen untuk memilih. Pun, demikian dengan kasus pembayaran Tol harus dengan Kartu dll, yang tidak memberikan pilihan sama sekali Bagi konsumen. Merampas hak Ekonomi paling dasar Yakni kebebasan memilih.
Kemudian anda berpendapat. Kan bebas memilih mau pakai Tol atau tidak? Bila tidak mau Bayar pakai Kartu, jangan Masuk Tol. Lagi, harus Saya jelaskan. Pilihan alternatif pelayanan publik yang layak dan efisien di Indonesia tdk banyak. Sementara Tol adalah barang publik yang dikomersialisasikan, atau seringkali disebut sebagai barang Quasi Publik. Kebijakan membangun Tol sebenarnya, bukan kebijakan demi pelayanan publik yang sejatinya didominasi oleh sikap altruisme bukan egoisme yang berorientasi Pada profit. Jadi, ditengah deviasi perampasan hak publik melalui Orientasi pembangunan jalan Raya berbayar Yakni Tol, konsumsen/warga/publik dirampas lagi hak Kemanusiaannya dengan tidak bisa memilih membayar dengan Kartu atau tunai.
Bagi manusia bernalar sehat, kemiskinan yang sesungguhnya adalah kehilangan kebebasan untuk memilih. Jomblo aja pilihan kok . Sorry blo....
Jadi, Substansi Ekonomi itu menggembirakan Kemanusiaan, Bila efisiensi bisa menggembirakan maka let's take it. Namun, Bila efisensi justru merampas kemanusiaan let's leave it. [PurWD/voa-islam.com]
Salamv
Anin
[Sedang belajar Ekonomi Kebijakan Publik]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!
Sumber:voa-islam