Dari Ka'bah, Alhambra, Hingga Taj Mahal
10Berita , JAKARTA -- Sejarah arsitektur Islam berawal ketika Nabi Muhammad Saw beserta para sahabatnya membangun masjid pertama di Quba, Madinah pada 1 H/622 M. Dengan denah segi empat dan dinding yang menjadi pembatas sekelilingnya, masjid pertama itu terbilang amat sederhana dan bersahaja, belum megah dan indah seperti saat ini.
Di sepanjang bagian dalam dinding masjid pertama yang dibangun Rasulullah Saw tersebut dibuat bagian depan yang disebut mihrab dan serambi yang langsung bersambung dengan lapangan terbuka sebagai bagian tengah dari masjid segi empat tersebut. Bagian pintu masuknya diberi gapura. Bahan yang digunakan sangat sederhana, seperti batu alam atau batu gunung, pohon, dan daun-daun kurma.
Meski arsitekturnya amat sederhana, bangunan masjid pertama itu menjadi prototipe dari arsitektur masjid pada masa kemudian. Namun, ada pula yang menyatakan bangunan suci Ka'bah yang kini berada di Makkah sebagai cikal bakal arsitektur Islam. Rekonstruksi bangunan Ka'bah mulai dilakukan Rasulullah Saw dan para sahabat, dua tahun setelah umat Muslim berhasil menaklukan Makkah dari suku Quraish pada 630 M.
Adalah tukang kayu dari Abyssina dengan gayanya sendiri yang merekonstruksi Ka'bah. Bangunan suci inilah yang kemudian menjadi cikal bakal arsitektur Islam. Dalam perkembangannya, arsitektur Islam berkembang begitu luas baik itu di bangunan sekular maupun di bangunan keagamaan yang keduanya terus berkembang sampai saat ini.
Arsitektur Islam terus mengalami perkembangan dari bentuknya yang amat sederhana pada abad ke-6 M sampai ke tingkat kesempurnaan yang mengagumkan pada abad ke-8 M dan seterusnya. Arsitektur ternyata telah ikut serta membentuk peradaban Islam yang kaya. Di antara beragam karya arsitektur, masjid kuburan, istana dan benteng adalah yang paling amat berpengaruh dalam perkembangan arsitektur Islam. Malah, keempat karya arsitektur Islam itu memiliki pengaruh yang begitu luas terhadap bangunan-bangunan yang lainnya.
Gaya arsitektur Islam mulai begitu menonjol dengan desain dan bentuknya yang baru setelah kebudayaan muslim memadukannya dengan gaya arsitektur dari Roma, Mesir, Persia dan Byzantium. Hasil perpaduan kebudayaan Muslim dengan gaya arsitektur negara lain dapat terlihat pada `'Dome of The Rock'' yang selesai dibangun pada tahun 691 M di Yerusalem.
Gaya arsitek yang mencolok dari bangunan, terdapat pada ruang tengah yang luas dan terbuka. Selain itu, bangunan yang melingkar, dan penggunaan pola kaligrafi yang berulang. Selain itu, akulturasi itu juga terjadi pada Masjid Raya Samarra di Irak yang selesai dibangun pada tahun 847. Bangunan masjid ini memiliki ciri khas yang ditandai dengan keberadaan minaret. Perpaduan juga tampak pada Masjid Hagia Sophia di Istanbul, Turki yang turut mempengaruhi corak arsitektur Islam.
Ernst J Grube dalam tulisannya berjudul What Is Islamic Architecture mengungkapkan, bentuk dominan dari arsitektur Islam sebenarnya terletak pada arsitekturnya yang tersembunyi. Artinya, arsitektur Islam baru bisa terlihat setelah memasukinya dan melihat bentuknya dari dalam.
Berkembangnya arsitektur Islam tersebut didukung sejumlah faktor, seperti semakin tingginya teknologi bangunan. Selain itu, faktor sosial politik dan kenegaraan, misalnya peperangan, juga telah membuat arsitektur Islam berkembang semakin pesat. Peperangan telah memicu berkembangnya benteng-benteng dan tembok pertahanan. Faktor lainnya yang ikut mendukung berkembangnya arsitektur Islam adalah berubahnya tingkat ekonomi masyarakat Muslim.
Sumber :Republika.co.id