Jejak Islam di Bumi Cenderawasih
10Berita , JAKARTA -- Belum ada kesepakatan kapankah Islam masuk ke bumi Cenderawasih ini. Mengutip jurnal Melacak Sejarah Islam di Tanah Papua, Islam masuk ke Papua tidak terlepas dari pengaruh Kerajaan Majapahit dan kerajaan lain di nusantara yang ekspedisinya melalui Maluku.
Sementara, versi lain menyebutkan bahwa Islam masuk ke Papua sekitar abad XIII, tepatnya 1224 dibawa oleh Syekh Iskandar atas titah Syekh Abdurrauf dari Kerajaan Samudra Pasai yang merupakan keturunan ke-27 dari ulama sufi terkenal, Abdul Qadir al-Jilani.
Meski masih menjadi perdebatan kapan Islam masuk ke Papua, yang tidak bisa dibantah lagi bahwa fondasi Islam telah berdiri kokoh di tanah yang kaya dengan hasil tambang itu, terutama di wilayah Fakfak.
Hanya dari versi atas titah Kerajaan Samudra Pasailah beberapa peninggalan Islam di Papua masih tersisa sampai saat ini. Berikut sejumlah bukti kuat akar Islam di Papua:
Mushaf Tua
Mushaf Alquran ini merupakan tulisan tangan Syekh Iskandar Syah dengan ukuran sekitar 50 x 40 cm di atas kulit kayu. Sebelum wafat, Syekh Iskandar yang dipercaya sebagai tokoh yang menyebarluaskan Islam di Papua mengamanatkan kepada keturunan Raja Patipi di Papua.
Setelah mushaf tua ini hilang selama kurang lebih 800 tahun, kini mushaf itu sudah tersimpan rapi di kediaman Raja Patipi ke XVI H Ahmad Iba di Fakfak.
Manuskrip
Selain menulis mushaf Alquran, Syekh Iskandar Syah juga menulis kitab tentang hadis, ilmu tauhid, dan kumpulan doa sebagai penunjang dakwahnya di tanah Papua.
Empat kitab ini bersampul kulit rusa yang ditulis di atas daun lontar, pelepah kayu, dan daun koba-koba, pohon asli Papua yang kini mulai punah. Berdasarkan cerita turun-temurun, lima manuskrip pertama diyakini masuk ke Papua pada 1214.
Dalam rangka penyebaran Islam, kitab-kitab itu dibawa oleh Syekh Iskandar Syah dari Kerajaan Samudra Pasai di Aceh yang datang menyertai rombongan ekspedisi kerajaannya ke wilayah timur. Mereka masuk lewat mes yang berada di wilayah Kerajaan Teluk Patipi saat itu.
Masjid Tua Patimburak
Salah satu peninggalan sejarah Islam di Kokas, Fakfak, Papua Baratm adalah masjid tua di Kampung Patimburak. Tepatnya masjid yang masih berfungsi hingga saat ini dibangun oleh seorang alim bernama Abuhari Kilian pada 1870.
Menurut catatan sejarah, masjid dengan konsep sebuah geraja ini merupakan masjid tertua di Fakfak. Selama keberadaannya, masjid ini pernah beberapa kali direnovasi. Namun, masjid tetap dipertahankan bentuk aslinya, seperti empat pilar penyangga yang terdapat di dalam masjid dan lubang bekas peluru tentara Jepang.
Sumber : Republika.co.id