Madame Fatima: Tak Jadi Masuk Biara Setelah Mendengar Kalimat "Allahu Akbar"
10Berita - Kisah Madame Fatima Mil Davidson mendapatkan hidayah Islam terbilang unik. Seperti sebuah keajaiban, cahaya Islam itu menyentuhnya saat ia baru saja masuk ke kehidupan biara. Waktu itu ia memang sudah berniat untuk menjadi biarawati.
Saat ini Madame Fatima menjabat sebagai Menteri Pembangunan Sosial dan Pemerintah Lokal, Republik Trinidad dan Tobago, sebuah negara kepulauan di kawasan Laut Karibia bagian selatan. Pada majalah berbahasa Arab Men-bar-al-Islam di Kairo, ia menceritakan awal mula menemukan Islam dan bagaimana akhirnya ia menjadi seorang Muslimah.
“Saya membantah keras cerita yang mengatakan bahwa saya masuk Islam pada tahun 1975 dengan tidak mengakui ajaran Kristen. Sungguh, saya tidak bisa memahami dan menjelaskan apa yang saya alami. Saya akan mengajak Anda kembali ke tanggal 9 Maret 1950, hari yang sudah ditetapkan buat saya untuk masuk biara. Ketika saya bangun pagi di hari itu , saya merasa mendengar suara yang menyebutkan kalimat ‘Allahu Akbar, Allahu Akbar’, suara itu terngiang-ngiang di telinga saya dan membuat seluruh tubuh dan hati saya bergetar,” kata menteri yang sebelum masuk Islam bernama Model Donafamik Davidson.
“Saya tidak begitu tahu, itu apa. Tapi hari itu saya menolak masuk ke biara. Setelah itu, menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mencari petunjuk Tuhan, sampai akhirnya saya menemukan Al-Quran dengan terjemahannya. Lalu, dengan mudah saya menaruh kepercayaan pada terjemahan Al-Quran yang saya baca,” sambungnya.
Secara kebetulan, Madame Fatima kemudian bertemu dengan seorang cendikiawan muslim asal Pakistan Maulana Siddiq dan ulama dari India Syaikh Ansari. Ia terlibat pembicaraan yang mendalam dengan kedua ulama itu, tentang budi pekerti dan apa yang dirasakan dalam hatinya. Begitu banyak pertanyaan detil yang diajukan Madame Fatima, hingga kedua ulama berseru, “Alhamdulillah, Anda seorang muslim ! Anda sekarang seorang muslim. Bacalah apa yang Anda sukai, masuklah ke masjid dan berdoa. Kami siap menerima Anda, kapanpun Anda merasa ingin belajar apapun.”
Madame Fatima merasa gembira dengan respon kedua ulama tersebut. “Saya bahagia. Setelah hari itu, saya merasa hati saya dilimpahi dengan keimanan dan rasa cinta serta kebanggaan terhadap Nabi Muhammad Saw,” ujarnya.
Meski demikian, Madame Fatima mengaku baru secara resmi memeluk Islam sekitar tahun 1975. “Sampai sekarang, sudah 36 tahun saya menjadi seorang muslim. Sejak saya mendengar suara misterius yang menggetarkan kalbu, dan lalu saya menolak masuk biara. Hati saya sudah memproklamirkan Allahu Akbar,” tukasnya.
“Saya menjadi gadis pertama dari komunitas kulit berwarna yang masuk ke masjid. Dan ini mendorong banyak remaja muslimah untuk juga datang ke masjid-masjid untuk salat, khususnya ke Masjid Anjuman Jami’ Sanatal yang didirikan oleh ulama besar Dr. Syaik Ansari di kota Francis di Trinidad. Masjid itu sekarang dipimpin oleh Al-Haj Shafiq Muhammad,” tutur Madame Fatima.
Ia juga menceritakan bahwa warga di lingkungannya masih berpikir bahwa Islam adalah agama orang India, yang memiliki ajaran dari beragam kepercayaan dan agama. “Dalam perkembangannya, di kalangan warga pribumi, kebanyakan yang berasal dari Afrika, makin banyak yang memeluk Islam. Rasio warga muslim meningkat hingga 13 persen dari total penduduk Republik Trinidad dan Tobago. Selebihnya, 31 persen penduduk negara ini beragama Kristen, 27 persen beragama Protestan, 6 persen pemeluk agama Hindu dan 23 persen pemeluk keyakinan lainnya, ” papar Madame Fatima.
Lalu, apakah keislamannya membawa dampak pada pekerjaannya sebagai salah satu pejabat di negara yang mayoritas penduduknya non-Muslim? Menjawab pertanyaan ini, Madame Fatima menjawab, “Islam mengajarkan kita untuk ikhlas dan efisien dalam menjalankan pekerjaan dan saya mempraktekkan ajaran Islam dengan tulus …”
“Saya tidak berbohong, baik dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan pribadi saya. Saya berusaha menghindari segala sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Islam, semampu saya dan dengan kesadaran diri yang kuat. Jadi, dampak keislaman saya pada pekerjaan, tidak lain hanyalah semua pekerjaan saya berjalan baik dan penuh rahmat. Mantan perdana menteri bahkan menganjurkan saya untuk berkunjung ke Mesir, tempat sekolah Islam terkenal Al-Azhar dan salah satu pusat peradaban. Dia suka membicarakan Islam juga,” ujar Madame Fatima.
Ia sungguh beruntung, karena perdana menteri yang sekarang menjabat, mengizinkannya berkunjung ke Mesir terkait tugasnya sebagai menteri pembangunan sosial dan pemerintahan lokal. “Perdana Menteri juga menganjurkan saya mengunjungi Al-Azhar dan Mahkamah Tinggi Agama Islam,” imbuhnya.
Madame Fatima beberapa kali berpartisipasi dalam pemlu parlemen dan sukses. Ia pernah menjabat sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan. Ia menjadi teladan sebagai seorang muslim yang mampu menunjukkan kemampuannya di bidang politik.
“Hal penting yang harus Anda ketahui, Republik Trinidad dan Tobago memberikan hari libur resmi pada saat Idul Fitri dan Idul Adha. Komunitas Muslim bebas menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan, baik di rumah maupun di masjid-masjid,” jelas Madame Fatima.
Sebagai bagian dari umat Islam, ia menyerukan dunia Islam untuk bersatu dibawah bendera Islam agar posisi dunia Islam dan kaum Muslimin menjadi kuat. “Allah Yang Mahabesar telah membimbing saya ke jalan Islam dan saya berdoa padaNya untuk membimbing umat Islam ke arah persaudaraan dan perdamaian, agar umat Islam menjadi masyarakat terbaik di masa kini, dan sudah menjadi inspirasi bagi umat manusia,” tandas Madame Fatima. (ln/SP)
Sumber : Eramuslim