Operasi Mapenduma, Kisah Pembebasan Sandera di Irian Barat (Bagian 2)
Redaksi – Senin, 24 Safar 1439 H / 13 November 2017 07:30 WIB
Maka Brigjen Prabowo langsung menggerakkan pasukan begitu mendengar lampu hijau. Pengintaian lewat udara dilakukan terus menerus. Sebuah pesawat tanpa awak yang bisa mendeteksi panas tubuh ikut digunakan. Bukan perkara mudah melacak jejak sandera di tengah belantara Papua. Tapi TNI terus menekan mereka.
OPM yang terdesak terus bergerak masuk hutan. Dalam keadaan panik, tanggal 15 Mei OPM membunuh dua anggota Tim Lorentz, Navy dan Matheis dibantai dengan kampak. Rupanya mereka berniat membunuh seluruh sandera yang berasal dari Indonesia dan hanya menyandera warga negara asing. Dengan histeris sisa sandera berlari menyelamatkan diri.
Kejadian selanjutnya sangat dramatis. Dalam keadaan putus asa mereka bertemu pasukan Linud 330 Kostrad yang telah mencoba mengikuti mereka berhari-hari. Pasukan pimpinan Kapten Agus Rochim tersebut menemukan permen dan pembalut wanita yang tercecer di hutan. Dua benda tersebut menambah keyakinan mereka tak jauh lagi dari sandera.
“Kami TNI Batalyon 330,” teriak salah satu anggota pasukan saat bertemu para sandera.
Ketegangan para sandera itu berubah menjadi rasa lega. Mereka telah diselamatkan oleh pasukan elite baret hijau itu.
Kapten Agus memerintahkan pasukannya membuat parameter dan melindungi para sandera yang selamat. Pasukan Yon 330 berkali-kali menembakan senjata untuk mencegah OPM mendekat.
Sumber : Eramuslim