“Permisi, Ada Tempat Duduk untuk Ibu Hamil?”
muhammad abdus syakur/hidayatullah.com
Penumpang berjejalan di gerbong KRL relasi Jakarta-Bogor saat berhenti di Stasiun Depok, Jawa Barat, Jumat malam (20/10/2017).
10Berita - SATU rangkaian Commuter Line tujuan Bogor, Jawa Barat, berhenti di Stasiun Pasar Minggu, Jakarta Selatan, suatu malam sekitar pukul 20.13 WIB.
Jam segitu, kereta rangkaian listrik (KRL) arah dari Jakarta ini sedang padat-padatnya penumpang. Maklum, waktunya pulang kerja bagi mereka; para pengguna KRL, transportasi murah dan ‘bebas macet’.
Pintu otomatis KRL terbuka. Sebagian penumpang turun, bertukar posisi dengan calon-calon penumpang yang beranjak naik. Di pintu dekatku, seorang wanita berjilbab bergegas masuk ke gerbong.
“Permisi mau ke kursi,” ujarnya. Tak biasanya ada penumpang yang masuk KRL sambil permisi.
Meski begitu, aku dan sebagian penumpang segera berupaya membukakan jalan untuk wanita tersebut lewat. Dia menerobos pelan ke dalam kerumunan, menyelinap di antara sesaknya gerbong.
Aku semakin terhimpit. Sambil bertanya-tanya, ngapain dia bela-belain masuk ke bagian dalam gerbong saat lagi padat begini.
Baca: Ini ‘Keistimewaan’ bagi Penumpang Berpuasa Saat Berbuka di KRL
Selama ini jika kereta lagi penuh sesak, biasanya penumpang yang baru masuk memilih berdiri sedapatnya di dekat pintu. Soalnya, jangankan berpindah tempat apalagi masuk ke bagian dalam, untuk bergerak di tempat saja cukup repot.
“Permisi mau ke kursi!” ujar wanita itu lagi setelah melewatiku, memohon tanpa memelas.
Beberapa penumpang berusaha peduli dengan wanita itu. Sebagian lainnya cuek atau tak mampu berbuat apa-apa. Aku masih membatin, kenapa wanita itu rela “mendesak” masuk.
Jumat, 20 Oktober 2017 itu, pertanyaanku terjawab cepat. Ternyata ia sedang sangat membutuhkan kursi untuk duduk, tak kuat berdiri lama. Maklum, ia sedang berbadan dua alias hamil.
Penumpang Prioritas
Wanita hamil, ibu membawa balita, lansia, dan penyandang cacat (disabilitas), adalah penumpang prioritas dalam layanan PT Kereta Api Indonesia khususnya Commuter Line Jabodetabek. Pada setiap pojok gerbong KRL pun, disediakan kursi-kursi prioritas yang dikhususkan bagi empat jenis penumpang khusus itu.
Namun begitu, sudah tak berbilang rasanya kudapati penumpang prioritas yang terpaksa berdiri di kereta karena tak kebagian kursi. Kondisi itu biasanya terjadi jika sedang tak ada petugas Walka di gerbong tersebut, atau jika tak ada penumpang duduk yang menyadarinya. Sering pula penumpang prioritas yang tak kebagian kursi enggan atau malu meminta tempat duduk kepada penumpang lain.
Tapi banyak juga ‘kisah heroik’, ketika penumpang yang duduk di kursi mengalah dan mempersilakan penumpang prioritas untuk duduk.
Jumat malam itu pun, dalam perjalanan di KRL dari arah Jakarta, aku harap ibu hamil yang menerobos padatnya penumpang segera mendapatkan haknya. Tapi sepertinya tak mudah. Selain harus melewati ‘barikade’ penumpang, ibu hamil itu harus berani menyuarakan hak prioritasnya.
Dan rupanya, ia tergolong ‘berani’. Ini kutangkap jelas dari sepenggal kalimat yang ia ungkapkan kepada siapa saja di dalam gerbong itu. Sebaris kalimat yang cukup langka kudengar.
“Permisi, ada tempat duduk untuk ibu hamil?” Ia berujar setengah bertanya separuh meminta tapi dengan nada terdengar tegas.
Mendengar itu, seketika terjadi kasak kusuk di dalam gerbong. Terlihat dan terdengar banyak penumpang yang langsung respek.
“Ada ibu hamil, ada ibu hamil!” Seru beberapa orang.
Sebagian lainnya langsung melakukan sesuatu agar ibu hamil itu segera bisa duduk. Ada yang mengeser badannya, ada pula yang mengingatkan penumpang lain yang sedang duduk untuk berkenan berganti posisi. Sempat beberapa saat ibu hamil itu menjadi pusat perhatian.
Hingga kemudian, seseorang mau berganti posisi dengannya. Alhamdulillah, mungkin begitu batin perempuan yang kini terlihat duduk tenang dalam perjalanan pulang.
Ibu hamil ini akhirnya kebagian tempat duduk di kursi KRL Jakarta-Bogor. [Foto: Syakur/hidayatullah.com]
Budaya PositifFirta, nama ibu hamil itu. Ia mengaku sudah sering berjibaku dengan padatnya penumpang KRL dari Jakarta, demi pulang ke rumah setelah seharian bekerja. Termasuk saat masih belum hamil.
Suatu kesyukuran, malam itu ia kembali dapat duduk di KRL. “Ada mbak-mbak (yang kasih kursi tadi). Cuman tadi kursinya berempat agak sempit,” ujarnya, tertawa kecil, seturunnya di Stasiun Depok. Kami bincang sebentar setelah kuperkenalkan diri sebagai wartawan hidayatullah.com.
Ia mengaku, sebelum hamil masih bisa memaksakan berdiri di KRL. “Atau suka-suka lah. Kalau sekarang sudah hamil,” ujar wanita 30-an tahun, karyawan sebuah BUMN di kawasan Gatot Subroto, Jakarta ini.
Dalam kondisi mengandung janin berusia 3 bulan saat itu, Firta tak bisa lagi maksain berdiri lama di KRL. Demi masa depan bayinya, ia harus duduk dan pe-de meminta khusus prioritas.
Di era modern saat ini, dimana warga Jakarta dan sekitarnya masih sering dicitrakan egois dan abai dengan sekitarnya, masih ada secercah kebaikan di atas transportasi massal. Fitra turut merasakan itu.
Firta (jilbab abu-abu). [Foto: Syakur/hidayatullah.com]
Selama hamil pernah terpaksa berdiri karena tak kebagian kursi di KRL? “Oh enggak,” jawab wanita yang mengaku pertama kalinya mengandung ini, sambil sesekali memegang perutnya yang terlihat membuncit.
Dan ia mengakui, kepedulian warga, khususnya dalam berbagi tempat duduk bagi penumpang lain, adalah budaya positif yang harus dilestarikan.*
Sumber : Hidayatullah