Semakin Mendalami Al-Kitab, Pemuda Katholik Ini Semakin Yakin Bahwa Islam Ajaran yang Benar
Kunjungi Islam. Tetapi pada waktu mereka bekerja menjadi guru di salah satu sekolah Katholik, ayah dan ibu ikut arus lingkungan dan akhirnya menjadi pengikut agama Katholik.
Dari situ akhirnya anak – anaknya diasuh dan dibesarkan dengan ajaran Katholik. Aku pun disekolahkan di sekolah Katholik. Dari TK hingga SD aku disekolahkan di Yayasan Katholik. Pendidikan SMP, SMA hingga bangku kuliah aku jalani di Malang. Aku lulus Diploma di Uneversitas Negeri Malang jurusan Teknik Informatika. Ayahku sudah meninggal pada tahun 2002.
Ketika pada masa Pra-Paskah tahun 2008, aku dari teman – temanku yang beragama Islam sedang berkumpul, dan tiba – tiba ada salah seorang teman yang bertanya kepadaku, “Maaf, aku pingin nanya, bagaimana bisa seorang Tuhan menderita sengsara disalib? Bagaimana bisa Tuhan dibunuh?”
Mendengar pertanyaan itu, emosiku terpancing. Belum sempat aku menjawab pertanyaan itu, ia kemudian mengambil Kitab Suci Al-Qur’an. Ia menceritakan tentang kisah Isa Almasih menurut Islam. Nama Isa Almasih atau Yesus Kristus dan Maria atau Siti Maryam ternyata juga ada dan dimuliakan dalam Islam. Temanku membacakan ayat tentang kisah penyaliban Isa.
Menurut Al Qur’an, Isa tidak disalib, melainkan Isa diselamatkan oleh Allah. Kisah Isa yang di ceritakan temanku itu membuatku marah. Tidak sampai di sini saja, keesokan harinya aku kembali menemui temanku yang beragama Islam itu. Kali ini aku membawa Al-Kitab. Kami mulai berdiskusi membahas tentang kisah Isa Almasih.
Jika dalam ajaran kristiani, Yesus dianggap sebagai anak Tuhan, maka Islam memuliakan Yesus sebagai Nabi atau utusan Allah (Rasulullah). Dari diskusi itu aku yang lebih banyak diam, tak bisa menjawab pertanyaan – pertanyaan dari temanku itu, sebab ayat – ayat dalam Al-Kitab Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru saling berselisih antara ayat 1 dengan yang lain.
Ketika aku mendengar temanku membacakan beberapa ayat terjemah Al-Qur’an, ternyata ajaran Taurat, Zabur, dan Injil juga ada dalam Al-Qur’an. Hal ini membuatku semakin bimbang dengan agama Katholik.
Hingga saat hari jum’at itu tiba, aku masih sempat beribadah ke gereja. Hari Jum’at Agung adalah hari dimana Yesus disalib lalu wafat. Tapi dalam pikiranku, aku masih saja teringat akan ayat Al-Qur’an yang dibacakan temanku itu. saat upacara penciuman salib pada patung kaki Yesus, kondisi badanku mendadak panas, panas sekali, entah kenapa pada saat itu aku tidak kuat lagi berada di dalam gereja. Lalu aku keluar dan tidak lagi mengikuti misa secara diam – diam kala itu, agar tidak ketahuan ibu dan adik – adikku.
Diam – diam aku bertekad untuk terus – menerus membaca Al-Kitab, maupun buku – buku agama Katholik. Anehnya tidak ada satupun ayat yang menyebutkan bahwa Yesus mengaku sebagai anak Tuhan, “Sembahlah Yesus!”. Tidak satupun kujumpai kalimat itu. Malah dengan sangat jelas, Yesus mengaku sebagai utusan Allah (Rasulullah).
Ini sama seperti yang tertera dalam Al-Quran, bahwa Isa Almasih hanyalah utusan Allah, bukan Tuhan. Ketika aku terus – menerus membacanya, lalu aku tertidur. Aku bermimpi di suatu tempat berkabut, langit mendung dan aku memakai pakaian putih – putih. Lalu aku berjalan maju dan akhirnya aku melihat sebuah palang. tertulis ke kiri jalan ke Neraka sedangkan ke kanan jalan menuju Surga.
Aku lalu mengambil arah kanan, yakni jalan menuju Surga, lalu aku melihat banyak sekali manusia yang sedang mengantri untuk masuk surga. Aku pun bergabung dalam antrian panjang itu, tetapi saat aku hendak masuk ke dalam barisan itu, aku tiba – tiba saja ditarik keluar barisan oleh seseorang. Ia seperti memakai pakaian ihram, berwarna serba putih.
Dia berpesan padaku bahwa jika ingin masuk Surga, maka ikutilah dirinya. Aku menurut dan mengikuti langkahnya ke masjid, masjid yang sangat indah sekali. Aku diajari cara berwudhu dan shalat. Namun ketika selesai shalat, tiba – tiba saja terjadi gempa yang amat keras. Lalu aku keluar dan melihat tanah – tanah terbuka mengeluarkan jenazah yang dibangkitkan kembali. Aku mendengar suara keras memekik telinga seperti suara adzan. Saat itu aku menangis ketakutan dalam mimpi.
Ketika aku terbangun, rupanya saat itu tepat pada saat adzan Subuh berkumandang, aku menangis ketika terbangun dari tidur. Tiba – tiba saja saat itulah hatiku sudah dibalik oleh Tuhan. Aku ingin shalat akan tetapi belum hafal cara berwudhu dan shalat.
Saat aku mulai didera rasa bimbang, aku sempat bertanya kepada ibu mengenai 10 perintah Allah. Salah satunya jangan menyembah berhala, lalu mengapa kita sering menyembah patung Bunda Maria dan Kristus?. Ibuku lantas marah dan menjawab, “Itukan kitab perjanjian lama, aturan lama, sudah berbeda saat Yesus sudah lahir! Kamu ini dipengaruhi oleh siapa?” Mengetahui reaksi ibu seperti itu, aku kemudian memilih untuk masuk kamar dengan terus mencari tahu jawaban pertanyaan yang aku lontarkan kepada ibu.
Aku telah memiliki tekad yang kuat tatkala itu untuk masuk Islam. Ketika aku melihat teman – temanku berangkat shalat jum’at ke masjid, aku memutuskan untuk ikut sesuai dengan kemauanku sendiri. Yang kurasakan saat berada di dalam masjid begitu sejuk, khusyu’. Aku menangis karena masih merasa bersalah. Aku menyesal karena selama ini aku tak meng-esakan Allah.
Beberapa waktu kemudian aku bersyahadat di hadapan beberapa saksi. Itu pun dilakukan masih sembunyi – sembunyi karena masih takut kalau keluarga marah besar. Tapi aku kemudian berfikir bahwa cepat atau lambat, kelak keluarga pasti akan mengetahuinya. Walau pertama mereka sempat marah besar, dan aku dimusuhi oleh teman – teman Katholik, aku tetap harus menjalaninya.
Akhirnya aku memilih Islam sebagai jalan hidupku, aku masuk Islam pada tanggal 1 April 2008. Aku memilh Islam karena ajarannya sangat masuk akal (logis). Berbeda sekali dengan agamaku yang terdahulu dengan dogma Trinitas. Al-Qur’an dimanapun ternyata sama isinya. Sedangkan Alkitab tahun demi tahun banyak mengalami perubahan sehingga membuat aku bingung mempelajarinya.
Salah satu hal yang membuatku terkesan dengan Islam adalah tentang ajaran Tauhid, yakni meng-esakan Allah. Sejak masuk islam, hati dan pikiranku menjadi tenang, karena benar – benar seperti menemukan kembali Tuhan yang hilang. Semenjak masuk Islam ini, aku merasa tidak kehilangan seorang Yesus dan Bunda Maria. Aku malah merasa menjadi pengikut setianya.
Yang membantuku dalam proses bimbingan hingga mengantarkan diriku pada Islam adalah teman – temanku yang Muslim, yang sebelumnya pernah berdiskusi mengenai Yesus dalam Al-Kitab. Mereka adalah teman – teman musisi. Mereka sempat tidak percaya bahwa aku ingin cepat – cepat masuk Islam. Mereka kira aku hanya bercanda.
Meski ibu masih marah padaku, kala itu aku masih tetap bertahan tinggal di rumah, tinggal dengan ibu, adik dan kakak. Aku meminta maaf telah membuat ibu emosi lantaran aku masuk Islam. Kira – kira dua minggu kemudian, aku bermimpi. Di dalam mimpi itu aku sedang berada di dalam rumah, namun tak ada siapapun.
Aku berjalan keluar rumah, penuh dengan kabut tebal. Tidak satupun orang ku jumpai. Lalu aku menoleh ke arah kiri,. Aku seperti melihat orang yang sedang menghampiriku. Lama – lama wujudnya semakin jelas dan mendekat. Aku bergetar ketakutan melihatnya.
Di dalam mimpi itu, aku bisa membaca tulisan Arab yang terpasang di jubahnya, padahal saat itu aku belum bisa membaca tulisan Arab. Tulisan itu adalah “Munkar”. Dia berwujud seperti orang yang memakai jubah warna hitam memakai penutup kepala sehingga wajahnya tak terlihat. Aku berlari menjauhinya, namun kakiku tak bisa juga beranjak.
Ketika dia menghampiriku, dia langsung mencambukku. Namun cambuknya tidak mengenai badanku. Dia berpesan kalau shalat bacalah Surat An Naas, dan jangan lupa ajak teman – teman menegakkan lima waktunya.
Aku terus saja di cambuki sampai aku berteriak, “Allahu Akbar, Allahu Akbar!” berkali – kali hingga aku terbangun. Ternyata ibuku saat itu mengetuk pintu kamar dan ia sepertinya ketakutan ketika mendengar aku berteriak “Allahu Akbar!”
Lalu aku keluar kamar dan menceritakan mimpi tadi kepada ibu dengan wajah penuh ketakutan. Lalu aku beranjak shalat Tahajud, saat ibu tahu akan hal itu, ia hanya diam saja. Mulai saat itulah kemudian sikap ibu berubah kepadaku. Besok paginya justru aku disuruh untuk belajar Islam dengan baik, disuruh menonton tayangan – tayangan dakwah Islam di televisi.
Tahun 2010 aku memutuskan untuk berhijrah mencari pekerjaan. Aku tinggalkan kota Malang, dan tinggal di kota Bogor. Keputusan itu aku lakukan setelah aku beberapa kali shalat Istikharah. Pesalnya pada sata di rumah, aku terkadang merasa terganggu karena saat ibu hendak pergi ke gereja, seringkali aku disuruh ikut mengantarnya sampai di depan halaman gereja. Sering juga saat waktu sholat Maghrib, ibu malah menyuruhku menjemputnya di gereja. Akan tetapi biasanya aku memilih untuk melaksanakan shalat Maghrib terlebih dahulu, baru menjemput ibu ke gereja.
Ada juga kegiatan – kegiatan doa bersama di rumah. Lama – lama aku tidak bisa tahan, aku harus pindah ke lingkungan orang – orang muslim. Alhamdulillah, sekarang aku bisa berkerja di Bogor, aku juga membangun sebuah rumah Tahfidz Quran disana.
Meski aku hijrah ke Bogor, komunikasiku dengan ibu masih terus berlanjut dengan baik. Meski sampai sekarang ibu kadang masih melarangku untuk syiar Islam. Namun demikian aku tolak dengan cara yang baik. Alhamdulillah, hubungan kami pun sampai saat ini masih terjalin secara baik.
Aku berharap, aku bisa menjadi seorang Muslim yang benar – benar bermanfaat bagi diriku sendiri maupun orang lain. Aku bertekad harus sukses supaya bisa membahagiakan ibu, karena kalau aku menjadi beban ibu, justru akhu khawatir jika keimananku tergoncang lagi seperti dahulu. Semoga tidak! Mohon doanya.
Sumber: kabarmakkah.com | Majalah Hidayah